Rabu, 17 Februari 2010

‘SUB CLASSIS DILLENIIDAE”

PRAKTIKUM IV

Topik : Sub classis Dilleniidae
Tujuan : Mengetahui ciri-ciri morfologi dan aspek botani beberapa tumbuhan yang termasuk dalam sub classis Dilleniidae
Hari, tanggal : Selasa, 13 November 2007
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN
1.1 Alat yang dipergunakan :
1. Baki/nampan
2. Pisau/silet/cutter
3. Lup
4. Alat-alat tulis (kertas, pensil, penggaris, dll)
1.2 Bahan yang dipergunakan :
1. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
2. Coklat (Theobroma cacao L.)
3. Randu/kapuk (Ceiba pentandra Gaertn. Var indica Bakh.)
4. Pepaya (Carica papaya L.)
5. Tanjung (Mimusops elengi L.)

II. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengamati dan mencatat sifat-sifat (character) serta ciri-ciri dari specimen yang meliputi :
a. Perawakan tumbuhan
b. Periodisitas (umur)
c. Sifat-sifat akar
d. Sifat-sifat batang
e. Sifat-sifat daun
f. Sifat-sifat bunga
g. Sifat-sifat buah dan biji
h. Menentukan sifat-sifat lain seperti adanya derivat epidermis, sifat anatomi, pollen dan kandungan bahan kimia yang dapat merupakan sifat dalam determinasi tumbuhan.
3. Menggambar hasil pengamatan yang meliputi :
a. Tumbuhan lengkap atau cabang lengkap
b. Bagian-bagian dari tumbuhan (daun, bunga dan buah)
c. Irisan melintang atau membujur bunga
d. Irisan melintang atau membujur buah
4. Menentukan aspek botani atau nilai ekonomis dari setiap specimen yang diamati.
5. Melakukan pertelaan/determinasi untuk setiap specimen yang diamati.

III. TEORI DASAR
Tumbuhan yang termasuk sub classis Dillenidae mempunyai ginaesium sinkarpus, kecuali pada ordo Dilleniales yang apokarpus. Stamen masak secara sentrifugal dengan pollen yang binukleat kecuali pada famili Cruciferae yang trinukleat. Ovula unitegmik atau biregmik dengan endosperm yang “crassinucellate”. Kebanyakan yang termasuk anggota sub classis Dilleniidae merupakan tumbuhan berkayu.
Pollen yang mewakili sub classis Dilleniidae diketemukan berupa fosil dari sekitar 100 juta tahun yang lalu pada awal periode Kretaseus bawah. Sub classis Dilleniidae terdiri dari 13 ordo, 78 famili dan sekitar 25.000 species.
Suku Dilleniaceae berupa pohon, perdu atau liana. Biasanya mengandung falvonol mirisetin (yang jarang pada Magnoliidae), bertanin, biasanya dengan asam ellagat dan proantosianin, tanpa sel-sel minyak atsiri dan kebanyakan tanpa alkaloid. Daun tunggal, tersebar, jarang berhadapan, stipula tak ada atau seperti sayap menempel pada petiolus. Bunga tunggal atau dalam simosa atau rasemus, kuning atau putih, biseksual, sepal 5, imbrikatus, persisten, petal 5, imbrikatus, cepat jatuh, stamen banyak. Ginaesium dengan ovarium superus, beberapa sampai banyak karpel, ruang banyak, ovul 1 atau lebih tiap karpel. Buah baka atau folikulus, biji dengan endosperm.


V. ANALISIS DATA
1. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) mempunyai habitus berupa perdu dengan tinggi antara 1-4 m. Periodisitasnya pirenial dengan sistem perakaran tunggang. Mempunyai batang yang berbentuk bulat dengan arah tumbuh yang tegak, permukaan batangnya kasar. Percabangan simpodial. Daunnya merupakan daun yang tidak lengkap karena tidak mempunyai pelepah daun. Mempunyai tata letak daun tersebar yang berselang-seling dan mempunyai stipula. Bentuk daun bulat telur meruncing, kebanyakan tidak berlekuk, dengan tepinya yang bergerigi kasar dan ujung yang meruncing sementara pangkal daunnya tumpul dengan pertulangan daun menyirip. Tekstur daunnya licin berwarna hijau tua. Daun penumpu berbentuk garis.
Bunga tunggal atau dalam pembungaan stimosa, berdiri sendiri di ketiak atau sedikit menggantung. Bunga berukuran cukup besar dan pada bagian luar lingkaran kelopak bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak yang disebut kelopak tambahan. Daun mahkota cukup lebar dengan jumlah yang lebih dari empat, bebas satu sama lain tetapi pada pangkal seringkali berlekatan dengan buluh yang merupakan perlekatan tangkai-tangkai sarinya. Daun mahkota berbentuk telur terbalik, bentuk baji dengan panjang 5,5-8,5 cm, berwarna merah dengan noda tua pada pangkal, berwarna daging, oranye atau kuning. Benang sarinya banyak dan berlekatan membentuk suatu kolom yang berongga yang menyelubungi putik. Tabung benang sari sama panjang dengan mahkota. Bakal buah beruang 5.
Aspek botani Kembang sepatu ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman obat.
Klasifikasi menurut (Cronquist.1981):
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L.
Kunci Determinasi Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119a-120b-128b-129b-135b-136b-139b-140b-142b-143a-144a Familia Malvaceae

2. Coklat (Theobroma cacao L.)
Coklat (Theobroma cacao L.) mempunyai habitus berupa pohon kecil. Periodisitasnya pirenial dengan sistem perakaran tunggang. Mempunyai batang yang berbentuk bulat dengan arah tumbuh yang tegak, permukaan batangnya kasar, dengan percabangan yang monopodial. Daun coklat bertangkai dan berbentuk jorong memanjang dengan ujung daun meruncing dan pangkal daunnya tumpul. Tekstur daunnya kasar, berwarna hijau muda.
Coklat mempunyai bagian bunga lengkap di mana bunganya berkelamin dua dan berbilang 5, terdapat dalam berkas di ketiak atau pada kayu yang tua. Daun kelopak berbentuk lanset panjang dan berwarna putih, kadang-kadang keunguan. Daun mahkota panjang (8-9 mm), kuku dari dalam dengan dua rusuk merah, helaiannya menggantung berwarna putih kuning atau kemerahan. Tabung benang sari berbentuk periuk dan tiap kali 2 benang sari yang seluruhnya bersatu, berseling dengan 1 staminodium yang berwarna ungu tua dengan ujung yang putih. Bakal buah beruang 5 dengan bakal biji yang banyak. Buah coklat merupakan buah buni yang berbentuk bulat telur memanjang dengan 5 pasang rusuk. Penampang melintang buah memperlihatkan eksokarpium, endokarpium dan salut biji.
Aspek botani Coklat merupakan tanaman industri yang buahnya dapat dimanfaatkan untuk membuat coklat olahan maupun jenis makanan lainnya.
Klasifikasi menurut (Cronquist.1981)
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma cacao L.
Kunci Determinasi Coklat (Theobroma cacao L.) :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b-128b-129b-135b-136b-139b-140b-142b-143a-144b-145b
Familia Sterculiaceae

3. Randu/Kapuk (Ceiba pentandra Gaertn. Var indica Bakh.)
Randu mempunyai habitus berupa pohon yang tingginya antara 8-30 m dan menggugurkan bunga. Periodisitasnya pirenial dengan sistem perakaran tunggang. Mempunyai batang yang berbentuk bulat dengan arah tumbuh yang tegak lurus, permukaan batangnya licin, dengan percabangan yang monopodial. Terdapat alat-alat tambahan pada batang muda yang dilengkapi dengan duri berbentuk kerucut. Tajuk jarang dan cabang berada dalam tiga-tiga, menyimpang ke samping secara horizontal.
Daun randu ini merupakan daun majemuk yang bertipe menjari beranak daun tujuh karena mempunyai tujuh anak daun pada ujung ibu tangkainya. Daun randu ini mempunyai tangkai yang panjang. Anak daun mempunyai panjang antara 5-16 cm dengan susunan tulang daun yang menjari. Tekstur daunnya kasap berwarna hijau.
Bunga terkumpul di ketiak daun yang sudah rontok dekat dengan ujung ranting. Kelopak berbentuk lonceng, berlekuk 5 pendek. Daun mahkota berbentuk bulat telur terbalik memanjang dan pada pangkalnya bersatu, berwarna mentega dan dari luar berambut rapat. Benang sari yang berjumlah 5 buah bersatu membentuk tabung pendek. Bakal buah beruang 5 dengan bakal biji yang banyak. Tangkai putik berbentuk benang. Buah memanjang, menggantung dan membuka dari bawah ke atas dengan katup yang dilengkapi dengan rambut wol yang panjang. Di dalam buah itulah terdapat kapas dan biji.
Aspek botani Kapas buahnya dapat digunakan untuk bahan dasar membuat kasur.
Klasifikasi menurut (Cronquist.1981):
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Bombaceae
Genus : Ceiba
Species : Ceiba pentandra Gaertn. Var indica Bakh.
Kunci Determinasi Randu/Kapuk (Ceiba pentandra Gaertn. Var indica Bakh.) :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b-128b-129b-135b-136b-139b-140b-142b-143a-144b-145a
Familia. Bombaceae

4. Pepaya (Carica papaya L.)
Papaya mempunyai habitus berupa herba berkayu atau semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus, dengan tipe batang yang herbaceus. Bentuk batang tanaman Pepaya bulat berongga serta bergetah dan terdapat bekas tangkai daun yang telah lepas pada permukaan kulit batangnya. Arah tumbuh batang tegak lurus dengan percabangan yang monopodial.
Daun berjejal pada ujung batang batang, memilki tangkai daun yang panjang dengan bangun/helaian daun yang bulat. Ujung daunnya runcing sementara pangkal daunnya bulat, dengan tipe daun yang bercangap menyirip.
Pepaya merupakan tumbuhan poligami (polygamus) karena pada tumbuhan ini terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci secara bersama-sama. Tajuk bunga pada bunga jantan berbentuk terompet dan berwarna putih kekuningan. Tenda bunganya keras dan berjumlah lima buah dan dilengkapi dengan kelopak yang terletak pada lingkaran luar yang berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam. Bunga betina kebanyakan berdiri sendiri dengan daun mahkota yang lepas atau hampir lepas serta berwarna putih kekuningan. Bakal buahnya beruang satu.
Buah Pepaya berbentuk bulat telur memanjang, berdaging dan berisi cairan. Bijinya banyak dan dibungkus oleh selaput yang berisi cairan dan di dalamnya berduri tempel berjerawat. Daunnya yang muda dan terutama buah yang mentah berisi suatu enzim yang dinamakan papaine, yang mempunyai sifat melarutkan putih telur (menghancurkan).
Aspek botani Pepaya yaitu buah yang sudah masak dapat dimakan, rasanya manis bahkan ada pula yang terasa kurang manis/tawar, sementara buah yang masih muda, bunga, maupun daunnya dapat dijadikan sebagai sayuran.
Klasifikasi menurut (Cronquist.1981):
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L.
Kunci Determinasi Pepaya (Carica papaya L.) :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120a-121b-124b-125a-126a Familia. Caricaceae


5. Tanjung (Mimusops elengi L.)
Tanjung mempunyai habitus berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 15 m. Periodisitasnya pirenial dengan sistem perakaran tunggang. Mempunyai batang yang berbentuk bulat dengan arah tumbuh yang tegak lurus, permukaan batangnya kasar, dengan percabangan yang monopodial. Daunnya berbentuk jorong atau bulat telur memanjang. Mempunyai pangkal daun yang bulat dan ujung tumpul, dan tepi daunnya berombak. Urat daunnya menyirip dengan tekstur daun licin berwarna hijau tua.
Bunganya merupakan bunga tunggal atau dua dalam ketiak daun, menggantung, berkelamin dua dan berbau enak. Daun kelopak dalam 2 karangan empat yang perlahan-lahan menyempit. Mahkota sama panjangnya dengan kelopak, berwarna putih kotor dengan tabung lebar yang pendek dan sedikit banyak terletak dalam 2 karangan. Benang sari tertancap dalam leher yang berambut, berseling dengan staminodia yang ujungnya bergigi dan pipih. Tangkai putik tidak atau hampir tidak dapat menjulang di luar bunga. Buah memanjang, berwarna merah oranye dengan kelopak yang tidak rontok. Bijinya satu dengan sisi yang pipih, berwarna hitam coklat dan terdapat dalam daging buah yang berwarna muda.
Aspek botani Tanjung dapat ditanam sebagai tanaman pelindung dan dapat dimanfaatkan untuk membuat minyak wangi dan campuran kosmetik.
Klasifikasi menurut (Cronquist.1981):
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Classis : Dilleniidae
Ordo : Ebenales
Familia : Sapotaceae
Genus : Mimusops
Species : Mimusops elengi L.
Kunci Determinasi Tanjung (Mimusops elengi L.) :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120a-121b-124b-125a-126b-127a- Familia Sapotaceae

VI. KESIMPULAN
1. Ciri-ciri morfologi dari beberapa tumbuhan yang termasuk dalam sub classis Dilleniidae adalah kebanyakan habitusnya berupa pohon, mempunyai ginaesium sinkarpus, stamen masak secara sentrifugal dengan pollen yang binukleat.
2. Tumbuhan yang termasuk dalam sub classis Dilleniidae antara lain: Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), Coklat (Theobroma cacao L.), Randu/kapuk (Ceiba pentandra Gaertn. Var indica Bakh.), Pepaya (Carica papaya L.), dan Tanjung (Mimusops elengi L.)
3. Aspek botani dari specimen yaitu : buah Coklat dan Pepaya dapat dikonsumsi oleh manusia, khususnya Coklat mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
4. Aspek botani Randu/kapuk digunakan sebagai bahan membuat kasur.
5. Aspek botani Kembang sepatu merupakan tanaman hias.
6. Aspek botani Tanjung ditanam sebagai tanaman pelindung dan dapat dimanfaatkan untuk membuat minyak wangi dan campuran kosmetik.

VII. DAFTAR PUSTAKA
Adrak, Adria Rifarin dan Sri Amintarti. 2007. Penuntun Praktikum Botani Tumbuhan Tinggi. FKIP UNLAM. Banjarmasin.

Dasuki, Undang Ahmad. !994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati. ITB.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Steenis, Van. 2003. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

“MODEL-MODEL PEMBELAJARAN”


“MODEL-MODEL PEMBELAJARAN”



1. NUMBERED HEAD TOGETHER
(Spencer Kagan 1992)
Langkah-langkah:
• Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor
• Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
• Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
• Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka
• Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
• Kesimpulan

2. EXAMPLE NON EXAMPLE (GAMBAR DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD)
LANGKAH-LANGKAH
• Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan
• Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
• Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dan analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
• Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
• Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
• Kesimpulan

3. COOPERATIVE SCRIPT
DANSEREAU, 1985
Metode belajar dimana siwa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah
1). Guru membagi siswa untuk berpasangan
2). Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3). Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4). Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,dengan memasukkan Ide-ide pokok dalam ringkasannya.
5). Sementara pendengar : meyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang kurang lengkap
6). Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
7). Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
8). Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
9). Penutup




4. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
d. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
e. Kesimpulan

5. STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION
TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI
SLAVIN 1995
Langkah-langkah
• Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll)
• Guru menyajikan pelajaran
• Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggta kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti
• Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
• Memberi evaluasi
• Kesimpulan

6. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Aroson, Blaney,Stephen, Sikes, and Snapp 1978
Langkah-langkah
• Siswa dikelompokkan dalam = 4 anggota tim
• Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
• Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
• Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
• Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
• Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
• Guru memberi evaluasi
• Penutup

7. PROBLEM BASE INSTRUCTIONAL (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
Langkah-langkah
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yanh dipilih
• Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut ( menetapkan topik, tugas, jadwal dll)
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
• Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka membagi tugas dengan temannya.
• Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

8. ARTIKULASI
Langkah-langkah
• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
• Guru menyampaikan materi sebagai mana biasa
• Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
• Suruhlaah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
• Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
• Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum difahami siswa
• Kesimpulan/penutup
9. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan
awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukaakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa / sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya
6. dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
7. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
8. memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

10. MAKE A MATCH
(MENCARI PASANGAN)
Lorne Curran, 1994
Langkah-langkah :
• Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian kartu jawaban
• Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
• Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dan kartu yang dipegang
• Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban)
• Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktunya diberi nilai/skor
• Setiap satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
• Lakukan seterusnya
• kesimpulan//penutup

11. THINK PAIR AND SHARE
(FRANK LYMAN,1985)
Langkah-langkah :
• Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin di capai
• Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang telah disampaikan guru
• Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok = 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
• Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
• Awal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
• Kesimpulan
• Penutup

12. DEBATE
Langkah-langkah :
• Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
• Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok di atas
• Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya dari kelompok pro untuk berbicara, saat itu di tanggapi atau dibahas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mengemukakan pendapatnya
• Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap pembicara dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
• Guru dan siswa menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
• Dari data-data dipapan tersebut
• Guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai

13. ROLE PLAYING
Langkah-langkah:
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing siswa duduk dikelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan masing-masing diberi kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
14. GROUP INVESTIGATION
(sharan, 1992)
Langkah-langkah:
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
15. TALKING STIK
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada peganganya/paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4. Guru mengembil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikain seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup
16. BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya)
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula

17. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disamapikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk menjelaskan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyagkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok
4. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
5. Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis kedalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
6. Evaluasi
7. Penutup
18. STUDENT FASILITATOR AND EXPLANING
(siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya)
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5. Guru menerangkan materi yang disajikan
6. Penutup

19. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan kalau benar diisi tanda benar (V) dan salah diisi tanda silang (X)
6. Siswa yang sudah mandapat tanda (V) vertikal atau horizontal atau diagonal harus berteriak horay… atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup

20. DEMONSTRATION
(khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan TPK
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
4. Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan
5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa
6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa dideomstrasikan
7. Guru membuat kesimpulan

21. EXPLICIT INTRUCTION
(PENGAJARAN LANGSUNG)
(ROSENSHINA & STEVENS, 1986)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

22. OPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperatif terpadu membaca dan menulis
(Steven & slavin, 1995)
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacan/kliping dan tulis pada selembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. penutup

23. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
LINGKARAN KECIL-LINKARAN BESAR
OLEH SPENCER KAGAN
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan. Pasangan-pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur
Langkah-langkah :
1. Seluruh kelas berdiri membetuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama,menghadap kedalam
3. Para siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi
4. Bertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
5. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil dalam di tempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam
6. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian seterusnya

24. TEBAK KATA
MEDIA :
buat kartu berukuran 10x10 cm dan isilah atau ciri-ciri atau kata-kata lainnya, yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5x2cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi atua diselipkan ditelinga)
Langkah-langkah :
1. Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3. Seorang siswa diberi kartu berukuran 10x10cm yang nanti dibacakan pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga
4. Sementara siswa membawa kartu 10x10cm membacakan kata-kata yang tertullis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang di tempelkan di dahi atau ditelinga
5. Apabila jawabannya tepat ( sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung di beri jawabannya.
CONTOH KARTU
• Perusahaan ini tanggung jawabnya tidak terbatas
• Dimiliki oleh satu orang
• Struktur organisasinya tidak resmi
• Bila untung dimiliki, diambil sendiri
NAH…..SIAPA…..AKU?

JAWABNYA :PERUSAHAAN PERSEORANGAN
LATAR BELAKANG TIMBULNYA KOPERASI INDONESIA
KATA KONSEP
Penjajahan UU Kep/stb No 91 tahun 1992
Penderitaan Asas Demokrasi
Kemiskinan Ekonomi Rakyat
Solidaritas Alat distribusi
Organisasi Koperasi Asas Pancasila
Aria Wirya Atmaja UUD 1995 Pasal 23
Bank Penolong & tabungan UU no 12 tahun 1997
Koperasi Simpan Pinjam UU No 25 tahun 1992
Budi Utomo
Serikat Dagang Islam Koperasi Konsumsi
Lanjutan
Tugas
a. Buatlah sekurang-kurangnya lima kalimat menurut pendapatmu sendiri. Secara ringkas harus mencakup paling sedikit 4 kata dari daftar diatas dan setiap kata dapat dipakai berulang-ulang
b. Kerja kelompok
Diskusikanlah kalimat-kalimat anda apabila kalimat anda sudah benar
c. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan kembali untuk mendapatkan kesimpulan

25. WORD SQUARE
MEDIA :
Buat kotak sesuai keperluan
buat soal sesuai TPK
Langkah-langkah :
1. Sampaikan materi sesuai TPK
2. Bagikan lembar kegiatan sesuai contoh
3. Siswa disuruh memjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan point setiap jawaban dalam kotak

Contoh :
T Y E N I O K N
R A U A N K U O
A B A R T E R M
N A N I P R S I
S D G I I T G N
A O N L S A I A
K L A A I S R L
S A C E K B O S
I R I N G G I T
CONTOH SOAL:
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara ….
2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang disebut nilai ..
6. Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …
8. Dorongan sesorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …
9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …

26. SCRAMBLE
MEDIA :
• Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan TPK
• Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah :
1. Guru menyajikan materi sesuai TPK
2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh
Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A


TAKE AND GIVE
MEDIA :
• Kartu ukuran ±10x15cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya) sesuai dengan TPK
• Kartu contoh sejumlah mahasiswa
• CONTOH kartu :


Langkah-langkah :
1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
2. Jelaskan materi sesuai TPK
3. Untuk memantapkan penguasaan tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) ± 5 menit
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh
5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give)
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain)
7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Kesimpulan

28. CONSEPTSENTENSE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi secukupnya
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ±4 orang secara heterogen
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat
6. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang di pandu guru
7. Kesimpulan

29. COMPLETTE SENTENSE
Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan yang ingin di capai
2. Menyampaikan materi atau peserta disuruh membacakan buku model dengan waktu secukupnya
3. Bentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4. Buatkan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh)
5. Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia
6. Diskusikan bersama-sama anggota kelompok
7. Jawaban-jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal
8. Kesimpulan

30. TIME TOKEN ARENDS 1998
Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali
Langkah-langkah :
1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik
a. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan
3. Bila telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara satu kupon
4. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis
5. Dan seterusnya

31. PAIR CHEKS SPENCER KAGEN 1993
• APA YANG DILAKUKAN?
• BEKERJA BERPASANGAN
Bentuk tim dalam pasangan-pasangan dua siswa dalam pasangan itu mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih
• PELATIH MENGECEK
Apabila partner benar pelatih memberi kupon
• BERTUKAR PERAN
seluruh partner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
• PASANGAN MENGECEK
seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
• PENEGASAN GURU
guru mengarahkan jawaban/ide sesuai konsep

32. KELILING KELOMPOK
Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
Caranya ………?
1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

BAB I
A. PENDAHULUAN
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata-mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik, dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik itu justru sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam pembangunan rohaniah atau spiritual, yang secara bulat diartikan sebagai pembangunan manusia, dan yang terakhir ini merupakan tugas utama pendidikan.
Persepsi yang keliru tentang arti pembangunan, yang menganggap bahwa pembangunan itu hanya semata-mata pembangunan material dapat berdampak menghambat pembangunan sistem pendidikan, karena pembangunan itu semestinya bersifat komprehensif yaitu mencakup pembangunan manusia dan lingkungannya. Paparan materi ini bermaksud memberikan gambaran yang komprehensif tenatang pembangunan manusia dengan lingkungannya. Dengan mempelajari materi ini maka kita akan memahami esensi pendidikan dan pembangunan, titik temu antara keduanya, peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya.
2. Bagaimana sumbangan pendidikan pada pembangunan.
3. Bagaimana pembangunan sistem pendidikan nasional.





Bab ii
PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

A. ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYA
Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi. Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat dipenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan.
Manusia sebagai sasaran pembangunan (baca: pendidikan), wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”. Fuad Hasan menyatakan: “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dan aktualisasi (Manusia dan Citranya, Juni 1985) ”. Diantara kedua kutub itu terentang upaya pendidikan. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pendidikan berperan mengembangkan yaitu menghidupsuburkan potensi-potensi “kebaikan” dan sebaliknya mengkerdilkan potensi “kejahatan”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendirian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerja sama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain, dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayaan terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan. Jadi pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedang pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia.
Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada suatu garis menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan itu menunjang pembangunan, juga dapat dilihat korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi peserta didik yang mengalami pendidikan.
Hasil penelitian di negara maju umumnya menunjukkan adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan yang dialami seseorang dengan tingkat kondisi sosial ekonominya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dialami seseorang, semakin baik kondisi sosial ekonominya.
Kiranya jelas bahwa hasil pendidikan dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan. Jelasnya, suatu masyarakat yang makmur tentu dapat lebih membiayai penyelenggaraan pendidikannya ke arah yang lebih bermutu.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antarkeduanya.
1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi:
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berperikehidupan kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
Prof. Dr. Slamet Iman Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia yang baik. Manusia yang baik dimanapun ia berada akan memperbaiki lingkungan.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
1). Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Disamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang pentingutamanya hal-hal yang bersifat religius. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
2). Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta dibimbing untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bekal dimaksud baik berupa bekal dasar, lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan di berbagai bidang.


3). Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkanproses belajarnya melalui jalur formal.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan jasa, pendidikan menengah (SM), perguruan tinggi (PT), memberikan bekal pad peserta didik secara berkesinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diartikan bahwa pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri ke dalam gerak pendidikan.
Pendidikan pada tingkat menengah memberikan dua macam bekal yaitu membekali peserta didik yang ingin melanjutkan ke pendidikan tnggi (SMA) dan bekal kerja bagi peserta didik yang tidak melanjutkan sekolah (SMTA). Pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kerja keahlian menurut bidang tertentu.

4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain: bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain. Pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat diartikan sebagai aktivitas, pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia. Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Orang-orang dimaksud hanya tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
Uraian tentang sumbangan pendidikan pada pembangunan seperti dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membangun lingkungannya
b. Pada instansi terakhir, manusialah sebagai kunci pembangunan. Kesuksesan pembangunan sangat tergantung pada manusianya.
c. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia pencipta pembangunan.

C. PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Biasa dikatakan, manusia hanya mengejar kesempurnaan agar dapat dekat dengan kesmpurnaan, tetapi tidak akan pernah menyatu dengan kesempurnaan itu sendiri.
Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika masyarakat Indonesia (menurut rencana pembangunan) pada Pelita VI berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi agraris harus berubah ke arah situasi dan kondisi dimana Indonesia disibukkan dengan kegiatan industri.
Kriteria ”kualitas manusia” tentu berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Misalnya soal pendidikan dasar (basic education) minimal bagi warga negara berubah datri 6 tahun menjadi 9 tahun. Penghargaan masyarakat terhadap waktu juga berubah, dan seterusnya.
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai agent of change (agen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntutan baru tersebut.

2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
a. Hubungan Antar Aspek-Aspek
Aspek filosofis, keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apapun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap berada di dalam wadah filosofis dan yuridis.
Meskipun aspek filosofis itu menjadi landasan tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain itu secara total. Contohnya Undang-Undang pendidikan No. 12 Tahun 1954 diubah menjadi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja seperti yang lalu yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal yang sama tetap belangsung meskipun falsafah pendidikan zaman penjajahan berubah sejak mulai kita merdeka dengan falsafah Pancasila.
b. Aspek Filosofis Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembangan hakikat manusia yang bersifat kodrati yang berarti bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati itu paralel dengan jiwa pancasila. Filsafat pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Iklim pendidikan seperti itu jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang arah tujuannya ialah mewujudkan manusia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif dan inovatif serta mandiri, tetapi penuh tenggang rasa.
Jika struktur pendidikan dan kurikulum di ubah dengan maksud agar lebih berguna untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu di topang dengan teori-teori yang handal. Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara teori dengan praktik, demikian kata J. H. Guning, ”Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktik hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan praktik tanpa teori hanya terdapat pada orang gila (M.J. Langeveld 1965 : 18).
M.J. Langeveld menyatakan bahwa mempelajari ilmu mendidik berarti mengubah diri sendiri. Artinya dengan mempelajari imu mendidik seseorang dapat membenahi tindakan-tindakannya sehingga terhindar dari kesalahan-keslahan mendidik.
c. Aspek Yuridis
Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. Beberapa pasal melandasi pendidikan baik yang sifatnya eksplisit (pasal 31 Ayat (1) dan (2); Pasal 32) maupun yang implisit (Pasal 27 Ayat (1) dan (2); Pasal 34). Pasal-pasal tersebut yang sifatnya masih sangat global dijabarkan lebih rinci ke dalam bentuk UU Pendidikan. Berdasarkan UU Pendidikan inilah sistem pedidikan disusun dan dilaksanakan.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosialbudaya dan politik.
Dalam praktiknya, perkembangan pola struktur tidak dapat dipisahkan dari aspek filosofis. Pada zaman penjajahan Belanda misalnya, sekolah taman kanak-kanak belum dianggap sebagai suatu kebutuhan. Jenjang pendidikan formal yang terendah adalah sekolah rakyat atau sekolah desa (volk School) 3 tahun. Dalam hal ini demikian sekolah desa tidak berfungsi sebagai pendidikan dasar (basic education) yang memberikan bekal dasar kepada setiap warga negara untuk berperan serta dalam pembangunan, tetapi sekadar untuk konsumsi politik etis dan menyiapkan tenaga buruh yang sekedar dapat membaca dan menulis juga melancarkan roda pemerintahan penjajah. Sejak zaman penjajah, jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan rendah, menengah, dan pendidikan tinggi, tetapi adanya segregasi pendidikan sangat dirasakan. Saat itu dikenal apa yang disebut ”Three Tract Systems” yaitu pemilihan pendidikan untuk tiga macam golongan: Untuk rakyat jelata (bawahan), golongan atas pribumi yang disejajarkan dengan belanda, dan untuk golongan bangsa Belanda, Eropah, dan Timur Asing.
Sejak zaman kemerdekaan pemilihan seperti itu sudah tidak ada lagi. Semua sistem pendidikan yang ada disediakan untuk melayani semua anggota masyarakat. Beberapa tahun kemudian sesudah kita merdeka, jenis pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tinggi demikian pula pendidikan nonformal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi karena beberapa penyebab. Pertama, karena aspirasi berpendidikan dari orang tua dan angkatan muda semakin meningkat, kedua, semakin berkembangnya jenis pekerjaan di masyarat, dan sejumlah di antaranya mengalami peningkatan kualitas, hingga menuntut persyaratan kerja yang lebih andal. Banyak jenis pekerjaan baru bermunculan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebagai akibatnya timbullah kebutuhan beraneka ragam tenaga kerja yang harus dipersiapkan melalui berbagai pendidikan kejuruan tingkat menengah atas dan berbagai fakultas atau program studi pada perguruan tinggi, demikian pula melalui pendidikan nonformal.
Terjadinya perubahan struktur dalam sistem pendidikan kita dapat disebut antara lain: Pendidikan guru pada zaman penjajahan belanda dikenal apa yang disebut CVO (Cursur voor Volks-Onderwijs) dengan lama studi dua tahun sesudah sekolah rakyat (SR) lima tahun, Normal School yang lama studinya 4 tahun sesudah SR lima tahun, setara dengan SGB (Sekolah Guru Bawah).
Dalam pada itu perlu dicatat bahwa pendidikan guru pada zaman Belanda hanya sampai pada tingkat kursus hoofdakte (kursus B1 setara dengan sarjana muda dan B2 setara dengan tingkat sarjana lengkap). Meskipun demikian, alumni B2 dapat dihitung dengan jari.
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikulum berubah maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasi, pendekatannya ataupun metodenya. Kurikulum dalam sistem pendidikan persekolahan di negara kita telah mengalami penyempurnaan dalam perjalanannya.
Pada zaman penjajahan Belanda karena sederhananya tujuan yang ingin dicapai, maka kurikulum pada SR (Sekolah Rakyat) misalnya dikenal dengan apa yang disebut 3R’s. Pada zaman penjajahan Jepang pelajaran diwarnai iklim militeritis (upacara penghormatan hinomaru, Taiso (sekarang SKJ), latihan kemiliteran, Kingrohosi (kerja bakti), menyanyikan nyanyian perjuangan dan pelajaran bahasa serta tulisab Jepang. Sedangkan pelajara-pelajaran yang lain dinomorduakan.
Pada era orde lama materi pelajaran 7 bahan zaman orde lama dan pokok indoktrinasi (tahun 1950-1960an) menempati posisi penting dalam kurikulum, terutama kurikulum pendidikan tinggi. Dengan terjadinya tragedi nasional pada tahun 1965, maka pada era orde baru, mulai tahun 1966, materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila menjadi matrei pokok kurikulum pada semua jenis pendidikan.
Kurikulum pada pra universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum 1968. tetapi kurikulum ini dianggap belum memberikan rambu-rambu yang jelas, baik orientasinya maupun pendidkan kurikulumnya. Usaha penyempurnaan selanjutnya menghasilkan kurikulum 1975 atau 1976 yang berorientasi pada hasil (product oriented) dengan metode PPSI (Prosedur Kurikulum Pengembangan Sistem Instruksional). Tetapi, karena pengalaman antara tahun 1976-1980 menunjukkan bahwa apa yang dikehendaki tidak tercapai, maka upaya penyempurnaan kurikulum selanjutnya menghasilkan kurikulum 1984. Model ini memadukan dua orientasi yaitu product oriented dengan proses oriented, yang ditunjang dengan pendekatan CBSA. Kemudian menjelang tahun 1990 dilengkapi dengan muatan lokal, yang berlatar belakang pada tuntutan sosial kultural pembangunan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi, yaitu berupa dipenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
3. Sumbangan pendidikan pada pembangunan pada beberapa segi:
a). Segi sasaran pendidikan
b). Segi Lingkungan Pendidikan, baik pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
c). Segi Jenjang Pendidikan
d). Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
4. Wujud pembangunan sistem pendidikan meliputi: aspek filosofis keilmuan, aspek yuridis, aspek struktur, dan aspek kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 1998. Pengantar Pendidikan. Rine

PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

BAB I
A. PENDAHULUAN
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Terdapat suatu kesan bahwa persepsi masyarakat umum tentang arti pembangunan lazimnya bersifat menjurus. Pembangunan semata-mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau pembangunan fisik berupa gedung, jembatan, pabrik, dan lain-lain. Padahal sukses tidaknya pembangunan fisik itu justru sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam pembangunan rohaniah atau spiritual, yang secara bulat diartikan sebagai pembangunan manusia, dan yang terakhir ini merupakan tugas utama pendidikan.
Persepsi yang keliru tentang arti pembangunan, yang menganggap bahwa pembangunan itu hanya semata-mata pembangunan material dapat berdampak menghambat pembangunan sistem pendidikan, karena pembangunan itu semestinya bersifat komprehensif yaitu mencakup pembangunan manusia dan lingkungannya. Paparan materi ini bermaksud memberikan gambaran yang komprehensif tenatang pembangunan manusia dengan lingkungannya. Dengan mempelajari materi ini maka kita akan memahami esensi pendidikan dan pembangunan, titik temu antara keduanya, peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya.
2. Bagaimana sumbangan pendidikan pada pembangunan.
3. Bagaimana pembangunan sistem pendidikan nasional.





Bab ii
PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

A. ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYA
Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi. Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat dipenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan.
Manusia sebagai sasaran pembangunan (baca: pendidikan), wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”. Fuad Hasan menyatakan: “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dan aktualisasi (Manusia dan Citranya, Juni 1985) ”. Diantara kedua kutub itu terentang upaya pendidikan. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pendidikan berperan mengembangkan yaitu menghidupsuburkan potensi-potensi “kebaikan” dan sebaliknya mengkerdilkan potensi “kejahatan”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendirian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerja sama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain, dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayaan terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan. Jadi pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedang pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia.
Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada suatu garis menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan itu menunjang pembangunan, juga dapat dilihat korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi peserta didik yang mengalami pendidikan.
Hasil penelitian di negara maju umumnya menunjukkan adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan yang dialami seseorang dengan tingkat kondisi sosial ekonominya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dialami seseorang, semakin baik kondisi sosial ekonominya.
Kiranya jelas bahwa hasil pendidikan dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang usaha pendidikan. Jelasnya, suatu masyarakat yang makmur tentu dapat lebih membiayai penyelenggaraan pendidikannya ke arah yang lebih bermutu.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antarkeduanya.
1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi:
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berperikehidupan kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
Prof. Dr. Slamet Iman Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia yang baik. Manusia yang baik dimanapun ia berada akan memperbaiki lingkungan.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
1). Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Disamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang pentingutamanya hal-hal yang bersifat religius. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
2). Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta dibimbing untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bekal dimaksud baik berupa bekal dasar, lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan di berbagai bidang.


3). Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkanproses belajarnya melalui jalur formal.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan jasa, pendidikan menengah (SM), perguruan tinggi (PT), memberikan bekal pad peserta didik secara berkesinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diartikan bahwa pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri ke dalam gerak pendidikan.
Pendidikan pada tingkat menengah memberikan dua macam bekal yaitu membekali peserta didik yang ingin melanjutkan ke pendidikan tnggi (SMA) dan bekal kerja bagi peserta didik yang tidak melanjutkan sekolah (SMTA). Pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kerja keahlian menurut bidang tertentu.

4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain: bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain. Pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat diartikan sebagai aktivitas, pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia. Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Orang-orang dimaksud hanya tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
Uraian tentang sumbangan pendidikan pada pembangunan seperti dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membangun lingkungannya
b. Pada instansi terakhir, manusialah sebagai kunci pembangunan. Kesuksesan pembangunan sangat tergantung pada manusianya.
c. Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia pencipta pembangunan.

C. PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Biasa dikatakan, manusia hanya mengejar kesempurnaan agar dapat dekat dengan kesmpurnaan, tetapi tidak akan pernah menyatu dengan kesempurnaan itu sendiri.
Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika masyarakat Indonesia (menurut rencana pembangunan) pada Pelita VI berubah dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi agraris harus berubah ke arah situasi dan kondisi dimana Indonesia disibukkan dengan kegiatan industri.
Kriteria ”kualitas manusia” tentu berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Misalnya soal pendidikan dasar (basic education) minimal bagi warga negara berubah datri 6 tahun menjadi 9 tahun. Penghargaan masyarakat terhadap waktu juga berubah, dan seterusnya.
Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem pendidikan harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai agent of change (agen perubahan sosial) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntutan baru tersebut.

2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
a. Hubungan Antar Aspek-Aspek
Aspek filosofis, keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis. Oleh karena itu, perubahan apapun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain tersebut harus tetap berada di dalam wadah filosofis dan yuridis.
Meskipun aspek filosofis itu menjadi landasan tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain itu secara total. Contohnya Undang-Undang pendidikan No. 12 Tahun 1954 diubah menjadi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja seperti yang lalu yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal yang sama tetap belangsung meskipun falsafah pendidikan zaman penjajahan berubah sejak mulai kita merdeka dengan falsafah Pancasila.
b. Aspek Filosofis Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembangan hakikat manusia yang bersifat kodrati yang berarti bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati itu paralel dengan jiwa pancasila. Filsafat pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Iklim pendidikan seperti itu jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang arah tujuannya ialah mewujudkan manusia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif dan inovatif serta mandiri, tetapi penuh tenggang rasa.
Jika struktur pendidikan dan kurikulum di ubah dengan maksud agar lebih berguna untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu di topang dengan teori-teori yang handal. Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara teori dengan praktik, demikian kata J. H. Guning, ”Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktik hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan praktik tanpa teori hanya terdapat pada orang gila (M.J. Langeveld 1965 : 18).
M.J. Langeveld menyatakan bahwa mempelajari ilmu mendidik berarti mengubah diri sendiri. Artinya dengan mempelajari imu mendidik seseorang dapat membenahi tindakan-tindakannya sehingga terhindar dari kesalahan-keslahan mendidik.
c. Aspek Yuridis
Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. Beberapa pasal melandasi pendidikan baik yang sifatnya eksplisit (pasal 31 Ayat (1) dan (2); Pasal 32) maupun yang implisit (Pasal 27 Ayat (1) dan (2); Pasal 34). Pasal-pasal tersebut yang sifatnya masih sangat global dijabarkan lebih rinci ke dalam bentuk UU Pendidikan. Berdasarkan UU Pendidikan inilah sistem pedidikan disusun dan dilaksanakan.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosialbudaya dan politik.
Dalam praktiknya, perkembangan pola struktur tidak dapat dipisahkan dari aspek filosofis. Pada zaman penjajahan Belanda misalnya, sekolah taman kanak-kanak belum dianggap sebagai suatu kebutuhan. Jenjang pendidikan formal yang terendah adalah sekolah rakyat atau sekolah desa (volk School) 3 tahun. Dalam hal ini demikian sekolah desa tidak berfungsi sebagai pendidikan dasar (basic education) yang memberikan bekal dasar kepada setiap warga negara untuk berperan serta dalam pembangunan, tetapi sekadar untuk konsumsi politik etis dan menyiapkan tenaga buruh yang sekedar dapat membaca dan menulis juga melancarkan roda pemerintahan penjajah. Sejak zaman penjajah, jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan rendah, menengah, dan pendidikan tinggi, tetapi adanya segregasi pendidikan sangat dirasakan. Saat itu dikenal apa yang disebut ”Three Tract Systems” yaitu pemilihan pendidikan untuk tiga macam golongan: Untuk rakyat jelata (bawahan), golongan atas pribumi yang disejajarkan dengan belanda, dan untuk golongan bangsa Belanda, Eropah, dan Timur Asing.
Sejak zaman kemerdekaan pemilihan seperti itu sudah tidak ada lagi. Semua sistem pendidikan yang ada disediakan untuk melayani semua anggota masyarakat. Beberapa tahun kemudian sesudah kita merdeka, jenis pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tinggi demikian pula pendidikan nonformal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi karena beberapa penyebab. Pertama, karena aspirasi berpendidikan dari orang tua dan angkatan muda semakin meningkat, kedua, semakin berkembangnya jenis pekerjaan di masyarat, dan sejumlah di antaranya mengalami peningkatan kualitas, hingga menuntut persyaratan kerja yang lebih andal. Banyak jenis pekerjaan baru bermunculan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebagai akibatnya timbullah kebutuhan beraneka ragam tenaga kerja yang harus dipersiapkan melalui berbagai pendidikan kejuruan tingkat menengah atas dan berbagai fakultas atau program studi pada perguruan tinggi, demikian pula melalui pendidikan nonformal.
Terjadinya perubahan struktur dalam sistem pendidikan kita dapat disebut antara lain: Pendidikan guru pada zaman penjajahan belanda dikenal apa yang disebut CVO (Cursur voor Volks-Onderwijs) dengan lama studi dua tahun sesudah sekolah rakyat (SR) lima tahun, Normal School yang lama studinya 4 tahun sesudah SR lima tahun, setara dengan SGB (Sekolah Guru Bawah).
Dalam pada itu perlu dicatat bahwa pendidikan guru pada zaman Belanda hanya sampai pada tingkat kursus hoofdakte (kursus B1 setara dengan sarjana muda dan B2 setara dengan tingkat sarjana lengkap). Meskipun demikian, alumni B2 dapat dihitung dengan jari.
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikulum berubah maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasi, pendekatannya ataupun metodenya. Kurikulum dalam sistem pendidikan persekolahan di negara kita telah mengalami penyempurnaan dalam perjalanannya.
Pada zaman penjajahan Belanda karena sederhananya tujuan yang ingin dicapai, maka kurikulum pada SR (Sekolah Rakyat) misalnya dikenal dengan apa yang disebut 3R’s. Pada zaman penjajahan Jepang pelajaran diwarnai iklim militeritis (upacara penghormatan hinomaru, Taiso (sekarang SKJ), latihan kemiliteran, Kingrohosi (kerja bakti), menyanyikan nyanyian perjuangan dan pelajaran bahasa serta tulisab Jepang. Sedangkan pelajara-pelajaran yang lain dinomorduakan.
Pada era orde lama materi pelajaran 7 bahan zaman orde lama dan pokok indoktrinasi (tahun 1950-1960an) menempati posisi penting dalam kurikulum, terutama kurikulum pendidikan tinggi. Dengan terjadinya tragedi nasional pada tahun 1965, maka pada era orde baru, mulai tahun 1966, materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila menjadi matrei pokok kurikulum pada semua jenis pendidikan.
Kurikulum pada pra universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum 1968. tetapi kurikulum ini dianggap belum memberikan rambu-rambu yang jelas, baik orientasinya maupun pendidkan kurikulumnya. Usaha penyempurnaan selanjutnya menghasilkan kurikulum 1975 atau 1976 yang berorientasi pada hasil (product oriented) dengan metode PPSI (Prosedur Kurikulum Pengembangan Sistem Instruksional). Tetapi, karena pengalaman antara tahun 1976-1980 menunjukkan bahwa apa yang dikehendaki tidak tercapai, maka upaya penyempurnaan kurikulum selanjutnya menghasilkan kurikulum 1984. Model ini memadukan dua orientasi yaitu product oriented dengan proses oriented, yang ditunjang dengan pendekatan CBSA. Kemudian menjelang tahun 1990 dilengkapi dengan muatan lokal, yang berlatar belakang pada tuntutan sosial kultural pembangunan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi, yaitu berupa dipenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
3. Sumbangan pendidikan pada pembangunan pada beberapa segi:
a). Segi sasaran pendidikan
b). Segi Lingkungan Pendidikan, baik pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
c). Segi Jenjang Pendidikan
d). Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
4. Wujud pembangunan sistem pendidikan meliputi: aspek filosofis keilmuan, aspek yuridis, aspek struktur, dan aspek kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 1998. Pengantar Pendidikan. Rine

लापोरण प्रक्तिकुम पेंग्लिंग SPP (SNAKMA)

BAB I

Topik : SPP (SNAKMA)
Tujuan : Mengenal pengetahuan tentang jenis-jenis hewan vertebrata yang ada di SPP (SNAKMA) Pelaihari
Hari/Tanggal : Sabtu/8 Desember 2007
Tempat : Kawasan Sekolah Pertanian dan Pembangunan (Sekolah Peternakan Masyarakat) Pelaihari

I. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Alat dokumentasi
2. Alat tulis
3. Buku-buku literatur
Bahan : Spesies-spesies hewan vertebrata yang ada di sekitar SPP SNAKMA Pelaihari

II. CARA KERJA
1. Melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar SPP (SNAKMA) dan ruang insatalasi klinik hewan dan reproduksi hewan yang ada di SPP (SNAKMA).
2. Mengamati hewan-hewan apa saja yang terdapat di SPP (SNAKMA).
3. Menyiapkan alat tulis dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh narasumber.
4. Mendokumentasikan aspek-aspek penting yang ada di SPP (SNAKMA) pelaihari dan jenis-jenis hewan yang ada.
5. Membuat hasil pengamatan dan analisis yang berkaitan dengan SPP (SNAKMA).

III. DASAR TEORI
Sekolah Pertanian dan Pembangunan (Sekolah Peternakan Masyarakat) atau yang disingkat dengan SPP (SNAKMA), merupakan salah satu sarana pendidikan yang didirikan untuk mengenal lebih dalam tentang ilmu peternakan dan melakukan pengembangan-pengembangan terhadap ternak-ternak yang dikelola. SNAKMA berlokasi di daerah kawasan Pelaihari. Sekolah ini menampung banyak siswa dan siswi yang ingin belajar dan memajukan dunia peternakan.
Di tempat ini banyak terdapat hewan-hewan ternak yang dipelihara, terutama dari classis Mamalia. Hewan-hewan yang ada di SNAKMA diantaranya yaitu:
a. Classis Aves, berupa ayam kate
b. Classis Mamalia, berupa kuda dan bermacam-macam jenis sapi.
Selain itu di SNAKMA ini juga terdapat kandang-kandang dan ruangan-ruangan dengan fasilitas yang cukup lengkap. Di antaranya ruang kelas untuk pengajaran, ruang laboratorium, ruang pelengkapan, kandang-kandang hewan yang memadai dan ruang instalasi klinik hewan dan reproduksi hewan.
Ruang instalasi klinis hewan dan reproduksi hewan ini merupakan salah satu tempat yang sangat berperan penting di SNAKMA. Ruang instalasi klinis hewan dan reproduksi hewan ini terbagi atas 2 bagian. Ruang yang pertama adalah ruang kantor dan obat dan di sebelahnya terdapat ruang bedah atau kamar bedah. Ruang bedah ini biasanya digunakan untuk melakukan operasi pada hewan, terutama hewan-hewan yang ukurannya lebih kecil dari pada sapi dan kuda, misalnya ayam, anjing, kucing atau kambing.


V. ANALISIS DATA
1. SPP (Sekolah Pertanian dan Pembangunan) / SNAKMA.
- Yang memberikan materi :
1) Bapak Drh. Komarodin dan Sukirman
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di SPP (klinik hewan) bersama Drh. Komarudin bahwa perkawinan hewan-hewan ternak disana, khususnya selain dengan cara alamiah juga diusahakan perkembangbiakan dengan 'kawin suntik' dan 'transfer embrio'. Namun, yang dilaksanakan disana hanyalah perkawinan dengan 'kawin suntik' dan secara alamiah. Sedangkan transfer embrio belum pernah dilaksanakan karena keterbatasan jumlah sapi betina dan teknologi yang belum memungkinkan untuk melakukan transfer embrio disana.
Jenis hewan-hewan vertebrata yang ada pada lingkungan sekitar SPP cukup banyak, diantaranya ayam, sapi, kuda dan kambing. Namun, spesies hewan yang paling banyak ditemukan di areal inin adalah ayam.
Klinik hewan dan reproduksi hewan tereletak dibagian belakang areal SPP. Klinik ini baisanya digunakan : 1) Untuk melakukan bedah bangkai pada hewan-hewan yang telah mati untuk mengetahui penyebab kematian hewan tersebut. 2) Memberikan vaksinasi dan pengobatan pada hewan-hewan peliharaan.
Jenis-jenis penyakit yang sering diderita hew3an-hewan ternak disana menurut nara sumber diantaranya :
1. Penyakit pada sapi : SE, jembrana, flu, demam dan septisemia (septisemia ini dapat menular pada hewan-hewan lainnya).
2. Penyakit pada ayam : ND, polurum (penyakit pada saluran pencernaan), CRD (penyakit yang menyebabkan rusaknya kantong udara), dan combru (penyakit pada hewan ternak terutama menyerang bagian hati).
Diagnosa yang dilakukan dalam mengetahui penyakit :
1. Gejala klinis, yang terlihat pada hewan tersebut.
2. Patologi anatomi / bedah bangkai.
3. Uji laboratorium.
4. Uji Biologis, di uji pada hewan percobaan.
Cara perkembangbiakan sapi perah dengan 'kawin suntik' yaitu :
1. Kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah hewan / sapi betina sedang mengalami birahi. Birahi biasanya berlangsung selama 10 jam. Ciri-ciri sapi betina sedang mengalami birahi dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai berikut :
a) Sapi betina tersebut mengeluarkan suara-suara khusus (menge'mbok').
b) Nafsu makan turun.
c) Biasanya sering menaiki temannya yang berada disekitarnya.
d) Pada alat kelaminnya terlihat : abu (vulvanya membengkak), angat (terasa hangat), dan abang (vulvanya berwarna merah).
e) 2 B = berlendir dan bengak-bengok.
2. Setelah kita mengetahui bahwa hewan tersebut birahi, maka waktu 10 jam tadi harus benar-benar diperhatikan. Dibagi menjadi : 6 jam 1, 6 jam 2, dan 6 jam 3. Waktu yang paling baik untuk melakukan kawin suntik yaitu pada 6 jam ke-2.
3. Alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan suntik (misalnya : stro, kontainer, pistolit dan gunting serta tisu) harus dibersihkan / disterilkan terlebih dahulu.
4. Stro kemudian diisi dengan sperma sapi jantan, kemudian stro tersebut dimasukkan ke dalam pistolit.
5. Ujung dari stro tersebut dipotong  5 ml baru kemudian disuntikkan pada sapi betina tersebut.
Perhitungan waktu kebuntingan dilakukan setelah esok harinya. Masa kehamilan sapi biasanya selama 280 hari. Setelah melahirkan, lama birahi selanjutnya 30 - 45 hari. Namun, boleh dikawinkan lagi setelah 2 bulan.
Batasan umur sapi yang boleh dikawinkan :
1. Pada sapi Bali, biasanya dikawinkan paling baik pada umur 21 bulan.
2. Pada sapi Ongole dan Barahman, bila telah berumur 30 bulan.
3. Pada sapi perah, umur yang baik untuk dikawinkan yantu pada 2 ½ tahun.
Untuk perkawinan pertama, sapi harus mengalami perkawinan secara alami. Apabila dilakukan penyuntikan pada perkawinan pertama maka akan terjadi proses kelahiran yang kurang normal, misalnya : anak besar.
Sedangkan melalui transfer embrio, prosesnya biasanya dilakukan setelah sapi birahi selama 7 hari. Proses transfer embrio dilakukan dikota Bogor. Pada kawin suntik, keunggulan yang paling dominan dihasilkan dari sapi jantan. Sedangkan pada transfer embrio keunggulan 100% (dari jantan dan betina).
Selain dengan kawin suntik dan transfer embrio, perkembangan yang lebih lanjut memungkinkan perkembangbiakan secara 'kloning'. Dimana sel telur (n - kromosom diisi oleh kromosom 2n).
Secara umum, perkawinan pada sapi hingga menghasilkan individu baru hampir sama dengan manusia.









VI. KESIMPULAN
1. SPP (Sekolah Pertanian dan Pembangunan) / SNAKMA merupakan suatu tempat / institusi pendidikan yang dibuat untuk mencetak tanaga-tenaga ahli di bidang pertanian dan peternakan.
2. Jenis hewan-hewan vertebrata yang ada pada lingkungan SPP diantaranya adalah ayam, sapi, kuda dan kambing.
3. Pada SPP ini ada suatu tempat yang dinamakan "Klinik Hewan dan Reproduksi Hewan" yang biasanya digunakan untuk :
a. Melakukan bedah bangkai pada hewan-hewan yang telah mati untuk mengetahui penyebab kematian tersebut.
b. Memberikan vaksinasi dan pengobatan pada hewan-hewan peliharaan.
4. Jenis penyakit yang sering diderita hewan ternak, diantaranya :
• Pada sapi : SE, jembrana, flu, demam dan setisemia.
• Pada ayam : ND, polurum, CRD dan combro.
5. Diagnosa yang dilakukan dalam mengetahui penyakit diantaranya dengan :
a) Melihat gejala klinis pada hewan tersebut.
b) Patologi anatomi / bedah bangkai.
c) Uji laboratorium.
d) Uji Biologis.

Kamis, 11 Februari 2010

Makalah Pengetahuan Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Di antara banyak yang diabaikan adalah soal kependudukan. Satu aspek yang bakal menelan semua angka pertumbuhan itu jika tidak didukung politik kependudukan yang benar. Orde Baru telah menciptakan prestasi besar dalam bidang pengendalian penduduk melalui gerakan keluarga berencana. Angka pertumbuhan penduduk yang pada 1970 mencapai 2,7% per tahun bisa ditekan menjadi 1,3% per tahun di awal 2000. Sejak 2000, bersamaan dengan tumbangnya Orde Baru, ledakan penduduk mengancam. Di sejumlah provinsi angka pertumbuhan penduduk sudah melebihi angka rata-rata nasional yang 1,3%. Di beberapa provinsi angka pertumbuhan bahkan di atas 3%.
Bagaimana menekan laju pertumbuhan penduduk? Tidak bisa lain kecuali mengaktifkan kembali kesadaran keluarga berencana. Ancaman bagi Indonesia adalah partisipasi KB yang rendah di kalangan generasi baru karena matinya gerakan keluarga berencana akibat pemerintah yang kehilangan prioritas dalam soal pengendalian penduduk. Bila partisipasi KB rendah terjadi di dalam masyarakat yang angka kematian penduduknya rendah akibat kemajuan di bidang kesehatan dan kemakmuran, di sanalah awal ledakan penduduk itu terjadi. Karena itu, pemerintah harus sadar untuk menganut politik kependudukan yang benar. Bila hendak meningkatkan kesejahteraan melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi, laju pertumbuhan penduduk harus dikendalikan sehingga angka kelahiran maupun angka kematian sama-sama rendah (www. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.com)

1.2 Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini hanya dibatasi mengenai jumlah penduduk, jumlah RT dan RW serta masalah-masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat di desa Martadah Baru Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut Pelaihari.

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui jumlah penduduk, jumlah RT dan RW yang ada di desa Martadah Baru serta mengetahui masalah-masalah yang sering dihadapai masyarakat sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kependudukan
Menurut Dr H Lalu Burhan M.Sc, Kependudukan adalah Ilmu yang merupakan penghubung antara penduduk dan sistem sosial sehingga dapat mencari faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan dari demografi dengan menganalisa determinan-determinan dan konsekwensi-konsekwensi dari pertambahan penduduk. Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu (www.wikipedia.com).

2.2 Komponen Pertumbuhan Kependudukan
Menurut Dr H Lalu Burhan M.Sc, komponen kependudukan ada empat, yaitu:
1. Kelahiran (fertilitas): faktor penambah, merupakan kemampuan riil seorang wanita atau sekelompok untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan hidup.
2. Kematian (mortalitas): faktor pengurang, merupakan keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
3. Migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau batas administratif/batas bagian dalam suatu negara.



2.3 Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan adalah merupakan masalah nasional dan merupakan masalah kita semua, masalah bersama yang harus mendapat perhatian bersama pula. Penanganan masa¬lah kependudukan ini tidak bisa dilakukan secara sektoral saja, akan tetapi harus dilakukan se¬cara menyeluruh dan terpadu oleh semua pihak baik pemerintah maupun ditunjang oleh segenap lapisan masyarakat. Pemecahannya tidak bisa dilakukan sambil lalu dan asal saja, tetapi harus dilaksanakan dengan suatu perencanaan yang menyeluruh dan mantap.
Beberapa ahli kependudukan telah mensinyalir, apabila masa¬lah kependudukan ini tidak secepatnya mendapat perhatian yang serius dan tidak dlambil langkah-langkah terencana, maka diperkirakan jumlah penduduk dunia pada umumnya, khususnya di Indonesia akan menjadi dua kali lipat dari jumlah penduduk sekarang ini. Masalah kependudukan ini erat pula kaitannya dengan masalah pembangunan yang tengah kita laksanakan dewasa ini. Bila laju pertambahan penduduk tidak terkendalikan, maka hasil-hasil pembangunan yang dilaksana¬kan sekarang ini tidak akan berarti banyak bagi peningkatan kesejahteran seluruh rakyat. Hal inilah yang akan menimbulkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kecil.












Jadi kesimpulan dari permasalahan yang ada di desa Martadah Tambang Ulang adalah :
1. Listrik yang sering mati
2. Kurangnya fasilitas air bersih untuk kehidupan sehari-hari
3. Tidak adanya pengelolaan sampah yang baik
4. Pelayanan kesehatan dan sarana prasarana kesehatan
5. Jalan yang sebagian masih rusak
6. Fasilitas baik sarana dan prasarana pendidikan.
Solusinya dari permasalhan tersebut adalah sebaiknya harus ada perhatian dari pemerintah dan peran serta dari masyarakat sekitar terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di desa tersebut.



















3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga yang ada di desa Martadah Baru Kecamatan Tambang Ulang, diketahui jumlah penduduk yang ada di desa tersebut ± 182 KK. Jumlah ini berdasarkan data dari Balai desa pada tahun 2006, untuk tahun 2009 belum di data jumlah masayarakat yang ada di desa tersebut. Jumlah warga tersebut terbagi menjadi 13 Rukun Tetangga dan 3 Rukun Warga, sehingga dalam setiap RT terdapat ± 14 KK.
Di dalam kunjungan dengan warga tersebut, juga dilakukan wawancara mengenai masalah-masalah yang sering di hadapi oleh warga di desa Martadah Baru tersebut, namun dari semua warga yang diwawancara tidak semuanya menyampaikan masalah yang mereka hadapi hanya sebagian dari warga yang menyampaikan masalah tersebut. Masalah-masalah tersebut kebanyakan berasal dari fasilitan yang ada di desa Martadah Baru, antara lain keberadaan air bersih yang digunakan warga untuk keperluan sehari-hari sangat kurang (tidak bersih) meskipun ada jarak yang harus ditempuh cukup jauh, jalan yang rusak, penerangan listrik yang sering terjadi pemadaman. Selain masalah mengenai fasilitas umum, masyarakat sekitar juga mengeluh mengenai fasilitas sekolah seperti sarana prasarana berupa kursi yang masih kurang, tenaga pengajar yang masih kurang sehingga seorang guru bisa memegang lebih dari satu pelajaran dan juga kebersihan sekolah tersebut masih kurang. Selain fasilias sekolah, masyarakat sekitar juga merasa pelayanan kesehatan yang ada masih kurang dan jarak yang harus di tempuh cukup jauh, sehingga warga kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain masalah mengenai fsailitas, masyarakat juga merasa kekurangan lapangan pekerjaan, sehingga kebanyakan masyarakat sekitar menjadi buruh serabutan.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, ada beberapa solusi yang kami sampaikan antara lain mengadakan fasilitas air ledeng (PDAM) sehingga warga mengambil air bersih tidak jauh lagi dan warga tidak perlu menunggu (mendiamkan) air yang diambil sampai bersih lagi, dalam melakukan perbaikan jalan, hendaknya dilakukan dengan pengawasan dari pemerintah setempat sehingga hasilnya dapat lebih baik dan bertahan lebih lama. Selain itu, masalah fasilitas sekolah dan pelayanan kesehatan sebaiknya perlu penambahan jumlah tenaga SDM yang ahli dibidangnya dan menambah fasilitas sarana prasarana guna menunjang fasilitas tersebut sehingga masyarakat sekitar mandapatkan pelayanan yang baik. Untuk lapangan pekerjaan yang masih kurang, pemerintah dapat bekerja sama dengan perusahaan yang ada di daerah tersebut dengan melakukan pelatihan-pelatihan sehingga warga sekitar memiliki keahlian dan dapat dipraktikkan dengan membuka pekerjaan sendiri. Hal ini dapat menambah lapangan pekerjaan meskipun hanya dalam jumlah yang kecil.




















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Jumlah warga yang ada di desa Martadah Baru ± 182 kepala keluarga dan memiliki rukun tetangga ada 14.
2. Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat sekitar kebanyakan dari fasilitas yang tersedia, misalnya keberadaan air bersih masih kurang, jalan rusak, pelayanan kesehatan dan pendidikan masih kurang, penerangan yang sering terjadi pemadaman dan lapangan pekerjaan yang masih kurang.
3. Solusi yang dapat diberikan mengenai masalah-masalah tersebut antara lain pengadaan air bersih, perbaikan jalan yang rusak, penambahan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan pendidikan serta menambah lapangan pekerjaan dengan pelatihan-pelatihan usaha kecil.

4.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan mengenai masalah kependudukan ini adalah dalam hal fasilitas umum yang diberikan kepada masyarakat sekitar, hendaknya lebih ditingkatkan lagi sehingga masyarakat tidak terlalu bergantung kepada daerah yang lebih lengkap lagi fasilitas umumnya misalnya dalam pelayanan sekolah, kesehatan. Selain itu kepada msyarakat sekitar agar menjaga fasilitas yang sudah ada sehingga dapat bertahan lam dan menjaga kebersihan di semua tempat agar terlihat lebih bersih dan bebas dari penyakit yang akan menyerang masyarakat itu sendiri.

Praktikum Botani Tumbuhan Rendah

P R A K T I K U M VIII

Topik : Lumut

Tujuan : Untuk Mengamati morfologi gamet (n) dan sporofit (2n) lumut dari kelas Hepaticeae dan Musci

Hari / Tanggal : Rabu / 25 November 2009

Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.


I. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

1. Mikroskop 6. Pipet tetes

2. Kaca benda 7. Gelas kimia

3. Kaca penutup 8. Baki

4. Lup 9. Tissue

5. Silet/ Cutter

2. Bahan

1. Lumut daun (Musci)

2. Lumut hati (Marchantia polymorpha)

3. Aquadest

II. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Menggambar bentuk morfologi dari lumut daun (Pogonatum Sp) dan menentukan yang mana sporofitnya dan gametofitnya.

3. Mengamatinya dibawah mikroskop dan menggambar hasil pengamatan tersebut dan memberi keterangan.

III. TEORI DASAR

Dibandingkan dengan alga, jamur dan tumbuhan tingkat tinggi maka lumut merupakan golongan yang kecil. Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh ditempat-tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gemetofit tetapi sporofit tidak pernah merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan.

Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai thallus namun tidak mempunnyai akar, batang dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang dan daunnya belum memiliki akar sejati tapi hanya memiliki rhizoid. Perkawinan Bryophyta dengan oogami dan dibentuk anteredia dan arkegonia. Alat-alat kelamin tersebut adalah multieluler dengan lapisan sel steril yang mengelilingi fertil. Perbedaan dengan alat kelamin alga yang multiseluler adalah pada alat kelamin alga tidak terdapat lapisan steril, karena semua sel menghasilkan gamet. Bryophyta ada juga yang heterothallus dan homothallus.

Selain pembiakan seksual dan aseksual terjadi juga pembiakan vegetatif dan gemetofit. Marchantia dan Lunularia membentuk tunas-tunas atau gemma yang multiseluler pada bagian dorsal gametofit. Gemma ini dibentuk dalam kupula yaitu lekukan di dalam thallus bagian dorsal. Pada keadaan yang sangat lembab kupula terisi penuh oleh air yang menyebabkan gemma dapat lepas dari thallus. Pada waktu berkecambah gemma membentuk rhizoid dan tumbuhan menjadi gametofit.

Bryophyta dibagi atas 2 kelas, yaitu :

1. Kelas Hepaticae (Lumut hati)

Hepaticae berupa lumut primitif yang hidup di tempat-tempat lembab dan berbentuk thallus. Jika terdapat bagian yang menyerupai batang dan daun maka daun-daunnya terdapat dalam dua baris yang berhadap-hadapan tau berseling. Daun ini tebalnya hanya satu sel dan tanpa urat daun tengah : selsel daun memiliki ukuran sama yang disebut isodiamertis. Sebagian besar ditemukan didaerah tropis.

Tidak mempunyai akar tetepui hanya berupa rhizoid yang masuk ke dalam substrat. Rhizoid uniseluler dan tidak bercabang. Sporofitnya berumur pendek. Pada kapsul sporongium ada atau tidak ada benang-benang elater yang berfungsi mengeluarkan spora-spora.

Anggota kelas Hepaticae yang sering dijumpai adalah Riccia, Marchantia, Anthoceros, Megaceros yang semuanya tidak berdaun. Adapun yang jenis berdaun adalah Jungermania. Leucolejeuna dan Scapania.

2. Kelas Musci (Lumut daun)

Lumut yang termasuk musci adalah tanaman darat yang tumbuh ditempat-tempat lembab dan memiliki thallus simetri radial. Gametofit merupakan tumbuhan yang tegak yang terdiri atas batang dan daun yang tebalnya satu lapis sel dan umumnya memiliki urat daun tengah.






I. ANALISIS DATA

v Lumut Daun (Pogonatum Sp)

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisio : Bryophyta

Classis : Musci

Ordo : Bryales

Familia : Bryaceae

Genus : Pogonatum

Spesies : Pogonatum Sp

Sumber : ( Gembong, 1989 )

Lumut daun berdasarkan kepada habitusnya bentuk thallusnya adalah seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Lumut daun mempunyai batang dan daun yang mengandung klorofil. Baik batang maupun daun belum mempunyai jaringan pengangkut yaitu dalam hal ini berarti tidak mempunyai pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pada bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar. Rhizoid terdiri atas satu deret sel yang memanjang dengan sekat yang tidak sempurna. Seperti halnya fungsi dari akar, rhizoid juga berfungsi untuk melekatkan tumbuhan lumut daun pada tempat tumbuhnya, serta menyerap air dan zat hara.

Pada bagian pucuk terdapat alat perkembanganbiakan seksual yaitu berupa anteridium dan arkhegonium. Anteridium adalah merupakan organ jantan berbentuk tongkat yang tidak memiliki lapisan pelindung. Anteridium dapat menghasilkan sejumlah gamet jantan berflagela (sel sperma), dimana pada saat akan mengadakan pembuahan gamet jantan tersebut akan dilepaskan dari anteridium. Sedangkan arhegonium adalah merupakan organ betina yang berbentuk botol yang memiliki sel-sel pelindung yang melindungi sel telur yang terbentuk di dalamnya. Akhegonium menghasilkan satu gamet betina yang berukuran besar (sel telur) yang pada saat pembuahan sel telur tersebut tetap melekat pada arkhegonium.

Pada lumut daun ini gametofit keluar dari masa yang terdiri dari benang-benag hijau menyerupai ganggang, biasanya tegak dengan struktur seperti daun yang tersusun secara simetri radial mengelilingi tangkai, tumbuhnya melekat pada tumbuhan di permukaan tanah yang lembab.

Perkembangbiakan pada lumut daun dapat terjadi secara generatif dan vegetatif. Perkembangan secara generatif berlangsung dengan pembuahan sel telur oleh sel jantan dengan medium air oleh karena gerak pada tumbuhan yang berupa gerak kemetaksis. Pembuahan ini akan menghasilkan zigot yang akan membelah beberapa kali sehingga terbentuk embrio yang kemudian tumbuh menjadi sporangium atau tumbuhan spora.

Perkembangbiakan secara vegetatif berlangsung dengan pembebasan spora dari kapsula yang akan menghasilkan empat spora (tetraspora). Pada perkembangbiakan secara vegetatif ini sangat berperan adalah angina, karena dengan bantuan angin, spora dapat keluar dari gigi-gigi peristom dan jatuh ditempat yang sesuai.

Bagian –bagian sporofit adalah seta (tangkai sporofit) , kapsul (sporangium), kaliptra / tudung (berasal dari arkegonium yang robek akibat pertumbuhan memanjang sporofit), annulus (terdapat dibagian atas kapsul), operkulum (penutup, terdapat dipuncak kapsul).

v Lumut Hati (Marchantia polymorpha)

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisio : Bryophyta

Classis : Hepaticeae

Ordo : Marchantiales

Familia : Marchantiaceae

Genus : Marchantia

Spesies : Marchantia polymorpha

Sumber : ( Gembong, 1989 )

Marchantia polymorpha adalah tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar, terutama di daerah lembab. Lumut hati berbentuk lembaran daun dan tumbuh menempel di atas permukaan tanah. Permukaan atas tubuhnya berwarna hijau dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah penuh dengan rhizoid yang berfungsi untuk menempel dan mengisap zat-zat makanan. Tumbuhan ini tidak mempunyai daun dan batang. Jadi, tubuhnya berbentuk thallus.

Permukaan thallusnya terdiri dari lempengan yang berbentuk intan, yang menunjukkan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan melalui thallus menunjukkan ruang udara di bagian atas yang dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui pori yang menyerupai cerobong analog dengan stroma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal thallusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati.

Bagian penampang melintnag tubuh sebagai berikut :

a. Bagian paling atas adalah sel-sel epedermis yang dilindungi oleh kutikula. Di bawah epidermis terdapat sel-sel yang mengandung klorofil. Susunan selnya tidak rapat sehingga tampak adanya rongga antar.

b. Bagian paling bawah adalah epidermis bawah. Sebagian dinding selnya menonjol membentuk benang yang di sebut rhizoid.

Perkembangbiakannya dapat secara vegetatif maupun generatif. Reproduksi vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup. Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti yang disebut cupule atau kupula pada thallus bagian atas. Kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan bilamana gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rhizoid, lalu thallus yang baru akan berkembang.

Reproduksi generatif terjadi dengan membentuk gamet. Dari thallus yang berbentuk lembaran daun, organ anteridium dan arkegonium mencuat ke atas. Bentuk arkegonium seperti payung yang memiliki lekuk-lekuk pada tepinya, sedangkan anteridium seperti payung yang tepinya rata.

Anteridium merupakan organ kelamin jantan yang menghasilkan sperma dan arkegonium merupakan organ kelamin betina yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi, dan menghasilkan zigot, akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor.

II. KESIMPULAN

1. Bryophyta adalah jenis tumbuhan rendah yang dapat beradaptasi dengan lingkungan darat.

2. Gametofit lumut hidup bebas dan bersifat haploid (n) sedangkan sporofitnya tergantung pada gametofit dan bersifat (2n). Bryophyta adalah jenis tumbuhan rendah yang dapat beradaptasi dengan lingkungan darat.

3. Lumut hati mempunyai gametofit yang pipih, tidak mempunyai batang, sering suatu masa sederhana yang terdiri dari jaringan hijau bercabang, kadang–kadang dengan struktur menyerupai daun, tumbuhnya pada permukaan yang lembab dengan ratusan rhizoid yang panjang dan halus

4. Lumut hati mempunyai anteridium dan arkegonium yang terpisah pada dua individu (berumah dua).

5. Marchantia polymorpha mempunyai thallus yang tersembunyi, terletak pada bagian permukaan bawah reseptakel betina.

6. Lumut daun mempunyai thallus yang berbentuk seperti tumbuhan kecil dan terdiri dari tangkai yang berdiri tegak dengan alat-alat seperti benang yang keluar dari pangkalnya. Tidak terdapat jaringan pengangkut dan alat-alatnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya.yang mempuyai simetri bilateral.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Adrak, Adrian Rifarin dan Sri Amintarti. 2007. Penuntun Praktikum Botani Tumbuhan Rendah. FKIP UNLAM Banjarmasin.

Birsyam, Inge. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. FMIPA ITB : Bandung

Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan Obat obatan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Yudianto,Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae.TARSITO.Bandung

Sumber dari internet :

http;//www.images_google.co.id

http;//www.images_google.co.id

http://phobos.ramapo.edu/%7Espetro/Slides/_march_arch100x.jpg

http://www.emlab.com/m/media/Pogonatum cirrhatum.jpg


Welcome to my Activity

disini aq nampilin segala macam aktivitasku dan suasana hatiku baik senang, sedih, galau, gundah, gulana dll.

Total Tayangan Halaman