PRAKTIKUM 7.1
Topik :
pemecahan dormansi pada biji
Tujuan : untuk mematahkan dormansi biji karena kulir biji yang terlalu
keras dengan
perlakuan fisik dan kimia
Hari/tgl : Selasa / 03 Nopember 2010
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP
UNLAM Banjarmasin.
I. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang dipergunakan :
1. Alat penggosok (Amplas)
2. Cawan petri
b. Bahan yang diperlukan
1. 5 Biji Kecipir dan 5 biji kemiri
2. Larutan H2SO4 1 M
3. Larutan HCL 2 M
4. Kapas, tissue
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan 5 Biji Kecipir dan 5 biji kemiri, memberi label kelompok perlakuan
I, II, III, IV, V, VI
2.
Memberi perlakuan masing-masing kelompok sebagai
berikut.
Perlakuan pertama : Langsung dikecambahkan sebagai kontrol
Kelompok I dan IV : Menghilangkan sebagian kulit bijinya pada
bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara diamplas, kemudian dikecambahkan
dalam cawan petri yang dialasi dengan tissue basah.
Perlakuan
I dan V : Merendamnya dalam larutan asam sulfat selama
10 menit kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkannya dalam cawan
petri yang dialasi tissue basah (biji diampelas)
Kelompok
II : Merendamnya dalam larutan asam sulfat
selama 10 menit kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkannya
dalam cawan petri yang dialasi tissue basah (biji tidak diampelas)
Kelompok
6 : Merendamnya dalam larutan asam
sulfat 15 menit, kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkannya
dalam cawan petri yang dialasi tissue basah. (biji tidak diampelas)
Kelompok
3 : Merendam dalam alrutan asam
klorida selam 10 menit kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkannya
dalam cawan petri yang tdialasi dengan tissue basah (biji tidak diampelas)
Kelompok
5 : Merendam dalam alrutan asam
klorida selama 15 menit, kemudian mencuci dengan air mengalir dan
mengecambahkannya dalam cawan petri yang tdialasi dengan tissue basah. (biji
tidak diampelas)
3.
Menjaga kelembaban semua perlakuan dengan menyiramnya
tiap hari
4.
Mengamati kapan biji mulai berkecambah, menghitung
persentase perkecambahan masing-masing kelompok. Percobaan diakhiri setelah 2
minggu.
III. TEORI DASAR
Dormansi adalah
suatu fase tipikal yang memperlihatkan adaptasi khusus terhadap kondisi-kondisi
lingkungan yang berlawanan (Wilkins,1989). Dilihat dari strukturnya kulit biji
terdiri atas : kulit biji, embrio dan cadangan makanan. Kulit biji membatasi
endosperm (cadangan makanan) dalam biji.
Kulit biji
selain berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan organel perkecambahan dan
sebagai alat pemencar, kulit biji juga dapat menghambat masuknya air dan
oksigen yang masuk dalam biji. Terbatasnya air dan oksigen yang masuk dalm biji
mengakibatkan proses metabolisme dalam biji menjadi minimal. Kondisi ini
merupakan gambaran biji yang sedang dorman.
Dtruktur dari
kulit biji kebanyakan terdiri dari beberapa lapis sel, yang berasala dari
jaringan integumen ovule, juga ada beberapa kulit biji yang mempunyai tambahan,
antara lain endosperm serta banyak tersusun oleh selulosa yang kesemuanya
menyebabkan biji menjadi keras.
Kebanyakan
biji masak berkadar air rendah (5 – 20 % dari berat total,), dengan demikian
perkecambahan tidak akan terjadi sampai biji mengimbisisi air dan udara untuk
metabolisme sel embrio. Imbisisi akan menaikan turgiditas sel-sel biji sehingga
akhirnya merobek kulit biji.
Meskipun
kondisi lingkungan biji cukup mendukung untuk berlangsungnya perkecambahan,
namun ada biji yang tetap tidak dapat berkecambah (dormansi). Umumnya penyebab
terjadinya dormansi biji ini adalah karena embrio yang masak dan
impermeabilitas kulit biji terhadap air atau oksigen. Hambatan perkecambahan
biji karena embrio belum masak disebut after ripening, dan dapat diatasi
setelah biji mengalami serangkaian proses enzimatis, disamping menghalangi
masuknya air dan oksigen juga dapat berupa hambatan mekanis untuk tumbuhnya
embrio. Perlakuan untuk dapat melunakan atau merusak kulit biji yang keras,
sehingga akan menyebabkan biji tersebut mudah berkecambah disebut scarifikasi.
Di alam,
dormansi karena kulit biji yang keras dapat
dipatahkan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan pergantian musim
antar basah dan kering/panas, temperatur rendah, aberasi oleh pasir gurun,
aktivitas mikroba, tanah, api, atau oleh alat pencerna makanan burung, dan hean
mamalia. Secara praktis, hal ini dapat dilakukan secara fisik/mekanis, seperti
menggosok kulit biji dengan benda aberasiveatau secara kimia dengan
merendamnya ke dalam larutan asam pekat.
IV. HASIL
PENGAMATAN
A. Tabel persentase perkecambahan biji kecipir dan
biji Kemiri dalam beberapa perlakuan
No.
|
Kelompok
|
Perlakuan
|
Jumlah Biji Yang Berkecambah (%)
|
|
Kecipir
|
Kemiri
|
|||
1.
|
7
|
Langsung dikecambahkan sebagai kontol
|
0
|
1
|
2.
|
1
dan 4
|
Direndam dengan aquadest(Diampelas kulit)
|
100%
|
0 %
|
3.
|
1
dan 5
|
Direndam dalam larutan H2SO4
10 menit (Diampelas kulit
bijinya/ digerinda)
|
0 %
|
0 %
|
4.
|
2
|
Direndam dalam larutan H2SO4
10 menit (tidak diampelas)
|
0 %
|
0 %
|
5.
|
6
|
Direndam dalam larutan H2SO4
15 menit (tidak berampelas)
|
0 %
|
0 %
|
6.
|
3
|
Direndam dalam larutan HCl 10 menit(tidak
diampelas)
|
33,33%
|
0 %
|
7.
|
5
|
Direndam dalam larutan HCl 15 menit(tidak
diampelas)
|
40 %
|
0 %
|
V. .ANALISIS DATA
Dormansi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali jaringan yang dorman gagal
tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal. Mekanisme utama yang
menyebabkan suatu biji dormansi atau terjadinya dormansi yang berkepanjangan, penyebab
terhambatnya perkecambahan adalah:
1. Faktor Lingkungan
a kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan
b. suhu
c. kurangnya air
2. Faktor Internal
a. kulit biji : mencegah masuknya gas dan
efek mekanik
b. embrio yang masih muda (immature)
c. rendahnya kadar etilen
d. adanya zat penghambat (inhibitor)
e. tidak adanya zat perangsang tumbuh
Dormansi
karena kulit biji yang keras dapat
dipatahkan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan pergantian musim
antar basah dan kering/panas, temperatur rendah, aberasi oleh pasir gurun,
aktivitas mikroba, tanah, api, atau oleh alat pencerna makanan burung, dan
hewan mamalia. Secara praktis, hal ini dapat dilakukan secara fisik/mekanis, seperti
menggosok kulit biji dengan benda aberasive atau secara kimia dengan
merendamnya ke dalam larutan asam pekat.
Pada
percobaan ini kita ingin mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang
terlalu keras dengan perlakuan fisik dan kimia. Biji yang kita gunakan adalah
biji kecipir dan bijikemiri, perlakuan secara fisik dilakukan dengan digerinda
atau diamplas sedangan perlakuan secara kimianya dengan cara perendaman dengan
larutan H2SO4 1 M dan HCl 2 M. Untuk biji kecipir dan
biji lengkeng dilakukan beberapa perlakuan yang dapat di analisis sebagai
berikut:
- Pada perlakuan kontrol
Dalam perlakuan kontrol ini, biji kecipir dan biji kemiri tidak diberikan
perlakuan apa-apa, hanya ditumbuhkan pada medium kapas. Setelah beberapa hari
penanaman untuk biji kecipir tidak terjadi perkecambahan, sedangkan untuk biji kemiri
juga tidak mengalami perkecambahan.
- Pada perlakuan kulit biji yang diampelas
Pada biji
yang diampelas pada bagian yang tidak ada lembaganya, setelah beberapa hari
penanaman terlihat 5 biji kecipir berkecambah dan 5 biji lengkeng tidak berkecambah,
masing-masing dengan persentase 100 % dan 0%. Hal ini sesuai berdasarkan teori,
proses pengampelasan dapat mempercepat masa dormansi sehingga banyak biji yang
berkecambah. Namun pada biji kemiri teori ini tidak terbukti mungkin disebabkan
oleh kulit biji yang cukup keras dan masa dormansi dari kemiri relatif lama
atau panjang dan mungkin kurang teliti pada saat pengampelasan.
- Pada perlakuan dengan perendaman dengan H2SO4 1 M
Pada
perlakuan ini dengan biji yang diampelas dan dilakukan perendaman dengan
larutan H2SO4 1 M selama 10 menit, disini biji kecipir tidak
mengalami perkecambahan dan biji kemiri juga tidak mengalami perkecambahan.
Sedangkan untuk perendaman dengan waktu 15 menit juga tidak terlihat
perkecambahan biji kecipir maupun biji kemiri. Seharusnya pemberian zat kimia
dapat membantu perkecambahan biji atau mematahkan dormansi, dibandingkan dengan
kontrol biji yang berkecambah mungkin lebih banyak. Disini mungkin lama
perendaman biji dapat lebih membantu biji untuk berkecambah.
- Pada perlakuan dengan perendaman biji dengan HCl 2 M
Pada
perlakuan ini dengan biji yang tidak diampelas. Untuk perendaman selama 10
menit dalam asam klorida terlihat sekitar 33,33 % biji kecipir yang tumbuh
berkecambah namun pada biji kemiri tidak ada satu pun biji yang berkecambah.
Selanjutnya untuk perendaman dengan waktu perendaman selama 15 menit terlihat
sekitar 40 % biji kecipir yang tumbuh dan 0 % untuk biji kemiri artinya biji
kemiri tidak ada yang tumbuh natau berkecambah.. Dari pengamatan, lamanya
perendaman biji dalam zat larutan HCl juga dapat berpengaruh terhadap biji kecipir
untuk berkecambah. Namun untuk biji kemiri tidak berpengaruh mungkin
dikarenakan biji kemiri lebih keras daripada biji kecipir.
Berdasarkan
data yang diperoleh bahwa biji kecipir memiliki daya perkecambahan yang tinggi
dibandingkan dengan daya perkecambahan biji kemiri. Gagalnya perkecambahan
diduga dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain:
- Kurangnya cahaya untuk perkecambahan karena kita meletakkannya di dalam ruangan, sehingga cahayanya kurang,
- Kulit biji yang terlalu keras dan tebal sehingga air dan gas/udara tidak dapat masuk.
- Embrio yang masih muda (immature) dan rendahnya kadar etilen,
- Tidak adanya zat perangsang tumbuh.
- Untuk biji kecipir yang daya perkecambahannya rendah dapat disebabkan oleh kulit biji yang keras sehingga air tidak dapat atau sulit untuk menembus kulit biji.
- Kurangnya pengampelasan paad perlakuan yang menggunakan ampelas
- Pemberian kadar air yang berbeda pada saat penanaman biji di medium kapas.
VI. KESIMPULAN
- Dormansi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri.
- Berdasarkan hasil dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa untuk mematahkan dormansi pada biji dapat dilakukan dengan perlakuan fisik (diampelas) dan kimia (direndam dengan larutan H2SO4 1 M dan HCl 2 M).
- Berdasarkan tingkat keberhasilannya untuk memecahkan dormansi pada biji kecipir, maka yang paling tinggi adalah perendaman 15 menit tanpa diampelas dengan persentasi biji yang berkecambah adalah 40 %, dalam perendaman biji dalam asam klorida
- Sedangkan untuk biji kemiri, gagalnya perkecambahan diduga dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain:
a.
Kurangnya cahaya untuk perkecambahan karena kita
meletakkannya di dalam ruangan, sehingga cahayanya kurang,
b. Kulit biji yang terlalu keras dan tebal
sehingga air dan gas/udara tidak dapat masuk,
c.
Embrio yang masih muda (immature) dan rendahnya kadar
etilen,
d.
Tidak adanya zat perangsang tumbuh,
e.
Untuk biji kecipir yang daya perkecambahannya rendah
dapat disebabkan oleh kulit biji yang keras sehingga air tidak dapat atau sulit
untuk menembus kulit biji,
f.
Kurangnya pengampelasan pada perlakuan yang menggunakan
ampelas,
g. Pemberian kadar air yang berbeda pada saat
penanaman biji di medium kapas.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Lakitan. 1993. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Padang:
Rajawali Pers.
Sastamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Depdikbud.
Tim Dosen. 2008. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Banjarmasin: FKIP UNLAM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar