Kamis, 11 Oktober 2012

????


Hujan datang di siang kelam
Berbicara lewat guruh langit
Menyisir jalan ke masa silam
Terdekam duduk diatas tanya

Semua cerita bagai benang merah
Disulam sedih,duka,senang,bahagia
Seperti alunan suara suling gembala
Terbawa siraman deras hujan derita

Inikah batas dari kekosongan jiwa
Sedang sukma masih menari indah
Roda dunia tak berperasaan lagi
Kuntum bunga tak bermekaran jua

Masa depan membayangi kita
Suatu janji diucapkan kepastian
Sedang malam belum berlalu jua
Akankah takdir yang akan bicara ?

Sekuntum kesunyian berdiri dihadapanku
Sebatang kehampaan berhembus dekatku
Semilir kebisingan kanan dan kiriku jauh
Membelah seutas kekecewaan terdalam

Tak adakah satu keajaiban nyata darimu
Tak adakah lagu merdu yang terdengar
Bila habis rasa dan gelora melanda jiwa
Bila datangnya redup sayu nyala lilin lilin

Lorong lorong tak lagi ramai kita lalui
Hiruk pikuk tak lagi diperdengungkan
Diatas gunung gunung menjulang tinggi
Di tebing tebing tepian sungai sungai ini

Satu goresan tergurat menyilaukan hati
Menjawab selaksa makna di wajahmu kasih
Perjalanan malam semakin dekat dan pasti
Terlepas genggaman berseru selamat jalan

??


Hari tak lagi seindah dulu
Bila mendung selalu datang
Bila hujan selalu mengguyur
Resah dan cemas campur satu

Dimanakah gerang dan lagak
Sembunyi cahaya dipucuk awan
Banyak termenung dalam ruang
Sampai kapan belenggu terbebas

Tak mau lagi aku terpaku sendiri
Berjalan tanpa arah dan tujuan
Tak mau lagi aku berharap lagi
Memendam kerinduan dalam hati

Walau engkau datang kembali
Seribu pesona warnai tubuhmu
Selaksa wangi menyertai dirimu
Seribu tahun bakal kita bertemu

Dalam candaan dan tawa riangmu
Bersama dengan harum nafasmu
Terbawa mimpi dalam alam nyata
Terlihat pasti masa masa indah

Namun aku hanyalah manusia biasa
Semua hal datang dan pergi dariku
Walaupun setiap bunga penuh wangi
Namun maaf,aku tak bisa bersamamu

?


Jalan yang berliku diantara pepohonan
Sumber air yang jernih mengalir turun
Tempat berkicau burung burung seroja
Tempat bunga dan rumput menghijau

Aku sendiri berjalan dikeheningan sore
Melamun betapa besar karya ciptaanNya.
Sembari mencoba bertanya dalam hatiku
Apakah arti hidupku di dunia fana ini ?


Rasa yang datang dan pergi..
Rasa yang hilang dan mati..
Seperti tak ada ujung jalan ini..
Seperti apa yang tak kelihatan..

Berpacu bersama dalam mendung sore..
Tak sepi dan sunyi dimana ada bernyanyi..
Pelangi bagai asa yang menepi sendiri lagi..
Lara dibatas di jalan menuju asa yang kelam..

JODOHKU

Assalammu'alaikum........


Apa kabar jodohku? Baik-baik saja kan?? Berat rasanya kantung mataku tertutup. Bagaimana dengan kamu? Apa kamu slalu terbangun disepertiga malam terakhir? Dan apakah mulutmu trs menerus berdzikir dimalam itu?

Jujur aku rindu kamu....jodohku...,,

Tapi saat ini blm saatnya untuk kita bertemu, bukannya aku tak mau..,atau aku tak rindu. Tapi memang karna perjalanan kita masih panjang. Dan masih banyak kewajiban yg harus kita penuhi sayang..,,Terkadang aku berfikir...apa nanti saat subuh tiba kau akan membangunkanku??Mengajakku bertafakur dan bersujud kepada-Nya??

Berat hati ini menantimu, gelisah pula hati ini memikirkanmu. Apa kau slalu hiasi langkahmu dengan kebaikan-kebaikan? Dan apakah nanti saat Dzuhur tiba..

kau akan meninggalkan kesibukanmu sementara, untuk menghadap-Nya?

Jodohku...sehatkah kamu?

Kalau saja aku berada disampingmu saat ini, mungkin aku akan merawatmu dengan penuh kasih sayang.,

Jodohku sabar dan tenanglah...

aku disini masih bersabar menantimu,Hatimu tak sedang terluka kan? tersenyumlah... karna aku yakin kebahagiaan akan slalu menyertai kita,Jikalau detik ini hatimu sedang terluka, ambil air wudlulah... dan mendekatlah kepada-Nya.,Tapi disini ak berharap kau baik-baik saja..,


Hmm....

waktu ini memang terasa lama buadku.,tapi ak yakin takkan lama lagi kau akan hadir menyapaku dan mengajakku untuk melakukan shalat fardhu.

Dan sering pula kau akan menyanyakan.. " Sudah shalatkah kau sayang?"

Jodohku...aku rindu..,

Kapan kita bertemu? Begitu banyak hal yg ingin ku ceritakan kepadamu. Begitu banyak pula harapanku untuk menantikan nasihat2mu. Hati ini kosong...dan hati ini tak sabar menanti kehadiranmu yg kan membalut dan menyembuhkan luka dihatiku.

Jodohku...

apa kau jg rindu padaku? Bagaimana dengan Qur'an mu? Sudahkah kau baca diantara maghrib dan isya'? Apa yg kau pahami dari surah itu? Ceritakanlah kepadaku....Aku siap mendengarkan., dan begitu jg dengan keluh kesahmu,aku siap berbagi sayang...

Perubahan apa yg kau lakukan dari hari ke hari sayang? semakin membaikah? Tak kau sentuh kan hal-hal yg dilarang agama?

Aku berharap seperti itu...Jodohku....

disetiap langkahku dan seusai shalatku.

ku titipkan AL -Fatihah untukmu,agar kau slalu berada dijalan-Nya..

Sabar ya sayang, waktu-waktu ini bukanlah waktu yg lama.

Jangan sampai kau salah jalan sayang.,Salam rindu pula untuk orang tuamu, baik-baikah mrk?Masihkah kau jaga mereka dg kasih sayangmu?Dan sudahkah kau bersyukur??

Sayang...

nantilah aku, dgn berbagai kebaikan yg nantinya akan membawa Rahmat untuk kita, Jagalah dirimu dari hal-hal yang dilarang agama. Karna aku mencintaimu secara tulus...

Jodohku...

bersiaplah kau untuk mencintaiku scara tulus dan mau menerima segala kekuranganku...dan membenarkanku dikala ak salah.Sayang... berusahalah! Kita pasti akan sukses! Bahagiakan orang tuamu...dengan menjaga sikapmu dan tuturkatamu..

Aku yakin kau adalah orang yang sabar, orang yang cakap untuk memimpin kelak.

Jgn pernah merasa sepi..

karna aku disini masih setia menantimu, dan disini aku masih setia menjaga kehormatanku.

Sayang...

kalau siang sudah berlalu..pejamkan matamu dg buaian do'a, begitu juga ucap do'a dariku selalu menyertaimu...
Smoga ALLAH selalu menjadikan kita dijalan yang benar. AMin...

Jodohku...
Tak terasa pena ini telah banyak ku goreskan diatas kertas putih ini, yg memang benar ini adalah tanda kerinduanku kepadamu.,

Ingatlah sayang...

aku slalu ada untukmu...

Untuk itu jgn pernah kau merasa sendiri atau sepi..

Hmm...semoga kerinduanku ini akan terjawab,seiring berjalannya waktu ^_^



Sabtu, 08 September 2012

ADELE



"When the rain
Is blowing in your face
And the whole world
Is on your case
I could offer you
A warm embrace
To make you feel my love

When the evening shadows
And the stars appear
And there is no - one there
To dry your tears
I could hold you
For a million years
To make you feel my love

I know you
Haven't made
Your mind up yet
But I would never
Do you wrong
I've known it
From the moment
That we met
No doubt in my mind
Where you belong
I'd go hungry
I'd go black and blue
I'd go crawling
Down the avenue
No, there's nothing
That I wouldn't do
To make you feel my love

The storms are raging
On the rolling sea
And on the highway of regret
Though winds of change
Are blowing wild and free
You ain't seen nothing
Like me yet

I could make you happy
Make your dreams come true
Nothing that I wouldn't do
Go to the ends
Of the Earth for you
To make you feel my love, To make you feel my love"

Sabtu, 04 Agustus 2012

Mengapa ibu mudah menangis ?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab aku wanita”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya e
rat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”
Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas” sang ayah menjawab, “Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”
Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, “Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan”.


Tak lupa untuk para wanita kususunkan kesepuluh lemah jemari ini atas bening lembut yang pernah kau teteskan tuk kemarau dan gersangnya kekhilafanku. Terutama untukmu ibu, sungguh hujan tangismu tlah basahi keringnya kemarau kehidupanku hingga ku mencintaimu.

Untuk ibu tercinta

PEMANFAATAN ECENG GONDOK ( ) UNTUK BAHAN BAKU BRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Eichornia crassipes (The Utilization of Water Hyancinth (Eichornia crassipes) for Basic Comodity of Briquette in Order to Alternative Fuel)


1. Pendahuluan
 Eceng gondok (Eichornia crossipes) pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Carl Friedrich
Philipp von Martius, seorang botanis berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brasilia. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya, sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma karena dapat merusak lingkungan perairan. Tanaman eceng gondok mengandung 17,2% protein kasar, 15-18% serat dan 16-20% abu, yang terdiri dari beberapa komponen, seperti; hidrogen, kalium, kalsium, karbon, belerang, mangan dan lainlain.Komponen kimia yang terkandung dalam tanaman eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara tempat tumbuh dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok dapat menyerap logam-logam berat dan senyawa sulfid. Selain itu, eceng gondok mengandung protein lebih dari 11,5% atas dasar berat kering dan  mengandung  selulosa yang lebih tinggi daripada non selulosanya, seperti; lignin, abu, lemak dan zat-zat lain. Eceng gondok merupakan komoditi perairan yang memiliki nilai selulosa yang tinggi, penanganan pasca panen eceng gondok yang mudah dan hasilnya bermanfaat juga bernilai ekonomis tinggi diperlukan agar eceng gondok tidak merusak ekosistem perairan. Pembuatan briket dari bahan baku eceng gondok merupakan salah satu solusi untuk memanfaatkan eceng gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kadar perekat optimum briket eceng gondok dan mengetahui jenis briket eceng gondok yang terbaik untuk dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif.

2. Bahan dan Metode Penelitian
  Penelitian ini meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu; analisis kadar khrom awal, perlakuan awal eceng gondok
(Eichornia crossipes), dan proses adsorpsi. Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi; gelas piala, pengaduk bermagnet, corong, gelas pengaduk, gelas ukur, timbangan, kertas saring dan spektrofotometer serapan atom (AAS).   Prosedur percobaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1 Analisis kadar Cr awal limbah
 Larutan Cr standar dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 3, dan 4 ppm. Panjang gelombang pada AAS diatur
pada 357,9 nm. Sebanyak 10 mL larutan standar diukur absorbansinya menggunakan AAS dan dibuat kurva standar
yang menyatakan hubungan konsentrasi ion Cr (VI) dengan absorbansinya. Sebanyak 10 mL contoh air limbah
diukur adsorbansinya dan hitung konsentrasi ion Cr (VI)nya berdasarkan kurva standar yang dibuat sebelumnya.
2.2 Perlakuan awal Eceng gondok
  Tanaman eceng gondok diletakkan di tempat yang bersih dan terbuka dan dikeringkan dibawah terik sinar
matahari. Setelah benar-benar kering eceng gondok dihancurkan dengan menggunakan blender sampai menjadi
serbuk. Sebagian eceng gondok kering dibakar dan diambil arangnya untuk digunakan sebagai adsorbent.
2.3 Proses adsorpsi
   Sebanyak 250 ml air limbah industri pelapisan logam dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan adsorbent sebanyak 5 gram ke dalamnya. Sistem ini diaduk secara terus menerus agar selalu homogen.
Setiap 1 jam, sebanyak 10 mLsampel diambil untuk dianalisis kadar khromnya dengan menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS).
2.4 Kinetika Adsorpsi
Khrom merupakan bahan berbahaya yang banyak dijumpai dalam bentuk oksida Cr (III) dan Cr (VI). Di
dalam bahan alam, khromium selalu berada dalam bentuk senyawa bervalensi tiga, sedangkan Khromium bervalensi enam sukar dijumpai di alam karena merupakan oksidator yang sangat kuat. Khromium valensi tiga memiliki sifat racun yang lebih rendah dibanding valensi enam. Logam khrom memiliki toksisitas yang tinggi dan bersifat karsinogenik dalam badan air, sehingga membahayakan lingkungan perairan (Shankera et al, (2005). Salah satu sumber pencemaran logam khrom adalah limbah cair dari industri pelapisan logam. Pelapisan logam merupakan suatu usaha untuk melapisi permukaan suatu logam dengan pelapisan logam lain, dengan cara elektrolisis (elektrokimia) atau galvanisasi, yang bertujuan untuk memperbaiki kenampakan, kekerasan, maupun ketahanan terhadap kerusakan dan korosi.  Adsorpsi merupakan fenomena di mana molekul-molekul fluida (gas, uap, maupun cairan) secara selektif mengalami proses perpindahan massa menuju permukaan padatan penyerap. Adsorbsi terjadi karena adanya perbedaan potensial antara molekul-molekul adsorbate dengan permukaan aktif pada pori-pori adsorbent. Gaya tersebut yang menyebabkan molekul-molekul adsorbate secara difusional terjerap ke dalam pori-pori adsorbent, dan terikat untuk waktu tertentu.  Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah jenis adsorbent, jenis adsorbate, konsentrasi adsorbate, luas permukaan aktif adsorbent, daya larut adsorbent, dan kemungkinan terjadinya koadsorbsi pabila terdapat lebih dari satu jenis adsorbate.  Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki  kemungkinan penggunaan eceng gondok untuk menurunkan kadar Khrom dalam limbah cair industri pelapisan logam dan mempelajari kinetika adsorpsi logam Khrom pada partikel arang eceng gondok.
  
2. Bahan dan Metode Penelitian
  Penelitian ini meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu; analisis kadar khrom awal, perlakuan awal eceng gondok
(Eichornia crossipes), dan proses adsorpsi.
  Bahan-bahan penelitian yang digunakan antara lain; arang eceng gondok yang di peroleh dari Rawa Pening
(Ambarawa) sebagai adsorbent, limbah cair industri pelapisan logam yang diperoleh dari Lingkungan Industri Kecil,
Semarang dan akuades yang diproduksi di Laboratorium Proses Kimia, Jurusan Teknik Kimia, FT-UNDIP.
  Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi; gelas piala, pengaduk bermagnet, corong, gelas
pengaduk, gelas ukur, timbangan, kertas saring dan spektrofotometer serapan atom (AAS).
  Prosedur percobaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1 Analisis kadar Cr awal limbah
 Larutan Cr standar dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 3, dan 4 ppm. Panjang gelombang pada AAS diatur
pada 357,9 nm. Sebanyak 10 mL larutan standar diukur absorbansinya menggunakan AAS dan dibuat kurva standar yang menyatakan hubungan konsentrasi ion Cr (VI) dengan absorbansinya. Sebanyak 10 mL contoh air limbah diukur adsorbansinya dan hitung konsentrasi ion Cr (VI)nya berdasarkan kurva standar yang dibuat sebelumnya.
2.2 Perlakuan awal Eceng gondok
  Tanaman eceng gondok diletakkan di tempat yang bersih dan terbuka dan dikeringkan dibawah terik sinar
matahari. Setelah benar-benar kering eceng gondok dihancurkan dengan menggunakan blender sampai menjadi
serbuk. Sebagian eceng gondok kering dibakar dan diambil arangnya untuk digunakan sebagai adsorbent.
2.3 Proses adsorpsi
   Sebanyak 250 ml air limbah industri pelapisan logam dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan adsorbent sebanyak 5 gram ke dalamnya. Sistem ini diaduk secara terus menerus agar selalu homogen.
Setiap 1 jam, sebanyak 10 mLsampel diambil untuk dianalisis kadar khromnya dengan menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS). Serat eceng gondok saat ini banyak digunakan dalam industri-industri mebel dan kerajinan rumah  tangga (UKM) karena selain mudah didapat, murah, tidak membahayakan kesehatan, dapat mengurangi polusi lingkungan (biodegradability) sehingga nantinya dengan pemanfaatan sebagai  serat penguat komposit mampu mengatasi permasalahan lingkungan. Dari pertimbangan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa teknis berupa kekuatan tarik dari komposit berpenguat serat eceng gondok dengan perlakuan pola anyaman variasi arah serat sudut arah serat sudut 0 0  dan 450. sebagai matrik resin polyester.
Dari hasil pengujian spesimen dilakukan analisa kekuatan tarik kemudian dibandingkan dengan
nilai kekuatan tarik yang diijinkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia sebagai tolak ukur standar ujinya. Pengujian
komposit berpenguat serat eceng gondok membandingkan arah serat sudut 0 dan 450

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis nilai kalor bakar, kadar air, kadar zat menguap, kadar karbon terikat dan kadar abu dilakukan terhadap bahan baku briket eceng gondok yang terdiri dari arang eceng gondok, campuran arang dan serbuk eceng gondok 1:1 (b/b), serbuk eceng gondok dan perekat tepung tapioka. Hasil analisis sifat fisis dan kimia bahan baku untuk pembuatan briket eceng gondok . Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko-kimia dari bahan baku briket eceng gondok dapat diketahui bahwa nilai kalor bakar tertinggi terdapat pada arang eceng gondok sebesar 3207 kal/g, sedangkan nilai kalor bakar terendah terdapat pada serbuk eceng gondok sebesar 1783,62 kal/g.

Nilai Kalor Bakar Briket
 kadar optimum perekat tapioka pada masingmasing jenis briket eceng gondok adalah sebagai berikut. Briket eceng gondok yang terbuat dari arang dengan kadar optimum perekat sebesar 5% mempunyai nilai kalor bakar sebesar 3347 kal/g, briket eceng gondok yang terbuat dari campuran arang dan serbuk sebesar 12,5% dengan nilai kalor bakar sebesar 3061kal/g dan briket eceng gondok yang terbuat dari serbuk sebesar 15% dengan nilai kalor sebesar 2556 kal/g.

Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko kimia dari ketiga jenis briket dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku briket, dengan nilai kalor bakar berkisar antara 2601 - 3370 kal/g, keteguhan tekan antara 1,39 - 6,55 kg/cm ,kadar air antara 4,40 - 7,60%, kadar zat menguap antara 24,77 - 56,00%, kadar abu antara 7,69 - 20,13%, karbon terikat antara 27,97 - 51,71%, waktu briket mulai terbakar antara menit 26 detik - 5 menit 45 detik, dan laju pembakaran berkisar antara 0,0618 - 0,1258 g/detik. Massa jenis campuran eceng gondok dan air sebesar 1100 kg/m3. Kadar perekat optimum dalam briket arang adalah pada konsentrasi 5%, briket campuran 12,5%, dan biobriket eceng gondok adalah pada konsentrasi perekat 15%. Jenis briket terbaik adalah briket campuran arang eceng gondok dengan serbuk eceng gondok.2

Daftar Pustaka
Shankera et al, (2005),  ”Chromium toxicity in plants. Environment International”, 31, Hal. 739– 753
Ho, Y.S. and McKay, G., (1998), “Pseudo-second order model for sorption processes”, Process Biochemistry 34, Hal. 451–465
Ho,Y.S.  (2006), “Review of second-order models for adsorption systems”, Journal of Hazardous Materials B136, Hal. 681–689
Mohanty, K., Mousam Jha, B.C. Meikap, M.N. Biswas,  (2006), Biosorption of Cr(VI) from aqueous solutions by Eichhornia crassipe.  Chemical Engineering Journal 117, Hal. 71–77

Kamis, 26 Juli 2012

pengelolaan dan pengolahan dari limbah yang baik dan benar dari limbah Pabrik Irma Sasirangan.


I.          PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Selama masa perkuliahan, mahasiswa hanya diberikan berbagai teori atas berbagai hal yang dipelajari, dimana teroi ini kadang banyak yang dianggap masih abstrak dan sulit dipahami karena berbagai hal termasuk keterbatasan media dalam penyampaian materi yang sedang diajarkan. Oleh karena itusebagai realisasi dari berbagai teori yang telah dipelajari harus ada suatu fakta dan kejelasan agar penguasaan ilmu pengetahuan akan semakin mantap baik secara ilmiah maupun secara logika. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan mengadakan pembelajaran langsung ke lapangan atau sering dikenal dengan nama praktek kerja lapangan (PKL), dimana ketika berada di lapangan mahasiswa akan secara langsung berhadapan dengan berbagai kenyataan yang sebenarnya merupakan penerapan dari teori-teori yang diajarkan di bangku kuliah. Sehingga dari sini dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan mahasiswa dalam belajar.
      Mata kuliah toksikologi lingkungan sendiri merupakan mata kuliah yang mengajarkan berbagai toksikan yang terdapat dialam terutama yang berada di lingkungan sekitar kita serta cara-cara pengolahan zat toksikan tadi sehingga tidak akan menimbulkan  efek pencemaran lingkungan. Kegiatan pembelajaran lapangan ini murni untuk menambah wawasan mahasiswa terhadap penanganan limbah dari suatu kegiatan usaha sehingga limbah tersebut memenuhi baku mutu atau layak untuk dibuang ke lingkungan. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa salah satu kegiatan yang dilakukan oleh  Pabrik Irma Sasirangan  yang berlaku adalah kegiatan sasirangan. Oleh karena itu, kami selaku mahasiswa sangat tertarik untuk mempelajari pengelolaan limbah perusahaan tersebut yang bersifat ramah lingkungan 
      Selain itu pembelajaran lapangan ini juga dimaksudkan untuk memantapkan pemahaman tentang toksikologi lingkungan oleh mahasiswa sehingga tidak terjadi salah pengertian dan pemikiran dikemudian hari.

2.      Tujuan Kunjungan Lapangan
      Adapun tujuan dari dilaksanakannya PKL mata kuliah Toksikologi Lingkungan ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan dari limbah yang baik dan benar dari limbah Pabrik Irma Sasirangan.

3.      Kegunaan/Manfaat
Maksud dari diadakannya kegiatan ini adalah agar mahasiswa dari pengikut mata kuliah Toksikologi Lingkungan dapat mengerti bagaimana proses pengelolaan limbah yang baik dan benar.
Sedangkan bagi perusahaan yang bersangkutan, perusahaan tersebut dapat mensosialisasikan bagaimana cara pengelolaan dari limbah yang baik dan benar melalui mahasiswa yang melaksanakan penelitian.

4.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari         : Selasa
Tempat    : Pabrik Irma Sasirangan
Waktu     : 10.00- selesai

5.      Metode Kegiatan Pkl
Metode yang digunakan dalam peneltian kali ini adalah dengan cara mengamati proses pengelolaan dan pengolahan limbah yang dihasilkan oleh Pabrik Irma Sasirangan, dan juga melakukan tanya jawab dengan petugas yang berwenang dalam proses tersebut.
  
II.       KEPUSTAKAAN
Sejarah Modernisasi Kain Sasirangan
Oleh: Maskur
Sasirangan asal kata dari sirang. Sirang diambil dari kata bahasa banjar yang artinya rajut atau dirajut. Untuk lebih memudahkan dalam pengucapan atau mengingat kata tersebut maka kata sirang itu ditambah awalan dan akhiran, menjadi sasirangan. Kita sering mendengar kain jumputan Palembang. Kata jumputan itu berasal dari kata jumput, artinya diikat, mendapat akhiran maka menjadi kata jumputan.
Kalau kita perhatikan antara kain sasirangan dan kain jumputan, kelihatannya ada sedikit persamaan, baik dilihat dari warna maupun motif. Bahan baku kain dan bahan pewarna yang digunakan oleh pengrajin jumputan, sebagian juga ada digunakan oleh pengrajin sasirangan. Perbedaan kalau kain jumputan mereka menggunakan tali rapia yang sudah dikecilkan untuk mengikat motif dan merajut, sedangkan kain sasirangan itu lebih dominan menggunakan benang untuk menyirang atau merajut sehingga ketika proses akhir selesai, benang yang melekat pada kain itu dilepas maka motifnya lebih nampak kelihatan. Pola atau motif yang nampak itulah yang dinamakan sasirangan. Untuk mendapatkan motif sasirangan yang bagus diperlukan ketelitian pengrajin bagian sirang atau rajut, jika penusukan jarum yang mengikuti pola motif yang ada pada lembaran kain itu jaraknya tidak terlalu jauh dan juga menarik ikatan benangnya pada masing-masing motif itu kuat, istilah bahasa banjarnya pisit maka hasilnya akan jauh lebih baik dan motif sasirangan terlihat jelas.
Proses pembuatan kain sasirangan cukup rumit/unik, dikerjakan melalui tahap-tahapan mulai dari mendesign motif, merajut, mencelup, membuka rajutan, mencuci dan mensetrika. Keseluruhan penyelesaiannya dikerjakan oleh masing-masing pengrajin sesuai dengan keahliannya dan tidak menggunakan alat mekanis. Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan pemilihan bahan baku dan pewarna yang berkwalitas, kalau kita menggunakan bahan warna yang berkwalitas maka Insya Allah hasilnya akan baik, ini bisa dilihat dengan kecerahan warna yang lekat pada kain itu (tidak kelihatan burem), awet dan tahan lama.
Sejarah Modernisasi (1986)
Sejarah ini muncul atas ide dan saran pemerintah daerah melalui kanwil departemen perindustrian propinsi Kalimantan Selatan (bidang industri kecil) kepada kantor Derpatemen Perindustrian Pusat (bidang industri kecil).
Kepala bidang industri kecil pada waktu itu adalah Dra. Edith Ratna, beliau juga dipercaya sebagai pimpinan proyek P2WIK-UNDF (Peningkatan Peranan Wanita Industri Kecil-United Nation Development Fund).
Untuk merealisasikan saran ini Pimpinan proyek beserta rombongan datang ke Banjarmasin dan melakukan kerjasama dengan kanwil departemen perindustrian propinsi Kalimantan Selatan (dulu kanwil ada di Banjarbaru) untuk membicarakan langkah-langkah ke depan tentang modernisasi kain pamitan/ sasirangan.
Informasi yang mereka peroleh sebelum datang ke Banjarmasin bahwa di daerah ini sejak dulu secara turun-temurun ada beberapa kelompok masyarakat pengrajin yang membuat kain pamitan/sasirangan, untuk keperluan pengobatan tradisional (kepercayaan), misalnya apabila ada anak balita yang sering mendapat sakit dan pertumbuhan tubuhnya terlambat maka dengan keyakinan memakai kain ini bisa menghilangkan dan menyembuhkan penyakit yang dialaminya. Kepercayaan lainnya yaitu sebagai acara/adat mandi-mandi bagi calon penganten dan ibu hamil tua agar mendapatkan kemudahan dalam melahirkan anak.
Selain informasi di atas, mereka juga pernah mendengar ada sebuah perkumpulan/organisasi yang membuat kain sasirangan untuk keperluan pakaian, namun usaha itu tidak bertahan lama.
Pengrajin pamintan yang masih aktif mengerjakan usahanya pada waktu itu, tempatnya di Jalan Seberang Mesjid Kelurahan Seberang Mesjid Banjarmasin (Seberang Pasar Lama). Untuk mewujudkan ide ini mereka kemudian mengadakan kunjungan dan melihat langsung proses pembuatan kain pamintan/sasirangan. Setelah mengamati dan mengadakan interview dengan pembuatnya lalu mereka menyarankan agar manfaat kain pamintan/sasirangan ini tidak hanya untuk pengobatan atau kepercayaan saja tapi bisa lebih diberdayakan untuk keperluan pakaian sehari-hari, dimana proses pembuatan dan penggunaan bahan baku kain dan bahan pewarna disesuaikan dengan bahan baku kain dan pewarna yang biasa dibuat oleh pengrajin batik. Dalam upaya untuk memenuhi keinginan ini mereka meminta agar bisa dihimpun anggota sebanyak 20 orang yang semuanya adalah wanita untuk mendapatkan pelatihan yang berkenaan dengan proses produksi. Pelatihan diadakan selama satu bulan penuh dengan mengambil tempat di balai Kelurahan seberang mesjid. Materi pelatihan antara lain Simulasi, Manajemen Pemasaran dan Produksi, Design motif, Pencelupan/pewarnaan serta materi lainnya yang ada hubungannya dengan modernisasi. Semua instruktur yang memberikan materi pelatihan itu didatangkan dari Balai Diklat Departemen Perindustrian Pusat Jakarta.
Setelah pelatihan selesai mereka memberikan bantuan berupa bahan baku kain dan pewarna agar bisa digunakan untuk membuat kain sasirangan sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan dan juga mereka meminta supaya segera dibentuk satu wadah/organisasi. Pada tanggal 9 September 1986 terbentuklah suatu wadah yang diberi nama Kelompok Kayuh Baimbai (KUB), dengan tujuan agar para anggota ini bisa saling berkomunikasi serta dapat memasarkan hasil produksinya.
Sebelum rombongan kembali ke Jakarta ada beberapa pesan atau himbauan serta harapan yang dikemukakan oleh pimpinan/ketua P2WIK kepada anggota kelompok ini, jika suatu saat nanti diantara anggota pengrajin ada yang berhasil menjadi pengusaha sasirangan maka berikanlah kesempatan lapangan kerja sebanyak mungkin terutama kepada masyarakat yang ada di sekitar dimana saudara berdomisili.
Untuk pembinaan selanjutnya beliau menunjuk dan mengangkat Dra. Rohana (Pegawai Kantor Wilayah Departemen Perindustrian KalSel) sebagai koordinator serta Ibu Ida Fitria sebagai motivator untuk selalu memonitor perkembangan usaha kelompok ini, dan secara periodek mereka melaporkannya kepada ketua P2WIK Pusat.
      Peran serta P2WIK-UNDF dalam membina kelompok KUB ini diberikan secara terus-menerus selama lebih dari satu tahun. Dalam rangka memperkenalkan hasil kerajinan ini, terutama kepada masyarakat luar Kalimantan mereka sering mengikut sertakan ke setiap pameran-pameran yang ada di Jakarta dengan fasilitas ruang stand serta menanggung biaya transport. 
     Pada setiap pameran mereka juga membantu mendatangkan para perancang terkenal untuk penataan display kain sasirangan agar nampak kelihatan lebih ekslusif  sehingga bisa menarik perhatian para pengunjung yang lewat stand tersebut, selain itu pada saat berlangsungnya pameran setiap hari mereka secara bergiliran selalu mendampingi dan ikut aktif memberikan informasi kepada pengunjung mengenai proses pembuatan kain sasirangan. Sejak itulah kain sasirangan yang merupakan komoditas kebanggaan kerajinan daerah ini mulai dikenal banyak orang.Kami anggota kelompok patut bersyukur kepada Allah SWT yang telah membukakan jalan kepada Departemen Perindustrian Pusat dan Kanwil Perindustrian TK. I KalSel serta Kantor Perindustrian TK. II Kotamadya Banjarmasin yang begitu banyak membantu kami dalam memberikan informasi terutama kepada Pemda dan instansi terkait sehingga usaha ini bisa berkembang dan telah menjadi budaya masyarakat daerah ini untuk selalu memakainya sebagai pakaian sehari-hari, terutama untuk pakaian seragam kantor, sekolah, acara perkawinan, pertemuan-pertemuan dan juga sebagai barang souvenir bagi tamu-tamu yang datang ke daerah ini. Harapan kami mudah-mudahan kain kerajinan sasirangan ini dapat terus dilestarikan hingga pada masa akan datang. Untuk menjaga dan melestarikan budaya ini tentu peran pemerintah daerah melalui dinas terkait sangat kami harapkan agar kelangsungan hidup usaha ini dapat bertahan sampai kapanpun.
III.   PROSEDUR KUNJUNGAN LAPANGAN
1.          Melakukan kunjungan ke Pabrik Irma Sasirangan.
2.        Mendengarkan pengarahan dari karyawan pabrik Irma Sasirangan mengenai proses pengelolaan limbah dari pembuatan kain sasirangan.
3.     Melakukan pengamatan langsung ke tempat pengelolaan limbah sambil melakukan wawancara kepada karyawan.
4.          Mengamati proses pembuatan kain sasirangan dan pembuangan limbah.
5.          Mencatat hasil pengamatan.

IV.   HASIL/DATA
a.          Pembuatan pola
1)      Berbagai pola yang digunakan




1)      Proses pembuatan pola pada kain sasirangan
            Keterangan: gambar pola/motif di kain sasirangan
b.          Berbagai zat pewarna yang digunakan dalam pewarna kain sasirangan
1)          Berbagai zat warna 


2)          Proses pencampuran zat warna
a.      Soda api, NaCl, dan zat warna lainnya
b.      Pencampuran zat warna
Keterangan: zat warna yang sudah dimasukkan dalam baskom kemudian ditambahkan dengan air yang mendidih sehingga pencampuran ketiga jenis zat kimia merata.



V.       REKOMENDASI
Pencemaran air dari industri kain sasirangan dapat berasal dari : buangan air proses produksi, buangan sisa-sisa pelumas dan minyak, buangan bahan-bahan kimia sisa proses produksi, sampah potongan kain, dan lainnya.
Air buangan yang bersifat asam atau basa dapat menurunkan daya pembersih alam yang dipunyai air penampungnya. Air buangan yang mengandung bahan kimia dan sisa-sisa pelumas dapat merubah warna, bahkan dapat mengakibatkan matinya makhluk-makhluk air yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia.
Pada beberapa negara maju, termasuk di Indonesia telah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diizinkan untuk dibuang langsung ke dalam lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri tekstil termasuk industri kain sasirangan boleh membuang limbah cairnya langsung ke lingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan bahan kimia atau bahan lainnya dalam air buangannya tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi persyaratan.
Dilihat dari pengamatan yang kami lakukan dimana air buangan limbah zat warna hanya  dibuang di bawah rumah tanpa adanya pengolahan terlebih dulu pada limbah tersebut
1.   Parameter Air Buangan Industri Kain Sasirangan
Potensi pencemaran air buangan industri kain sasirangan sangat bervariasi tergantung dari macam proses yang dilakukan, kapasitas produks, jenis bahan baku, bahan pewarna dan bahan penolong yang digunakanserta kondisi lingkungan tempat pembuangannya.
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan industri kain sasirangan dapat disamakan dengan karakter air buangan industri tekstil yang meliputi parameter fisika seperti zat padat, suhu, warna dan bau; parameter kimia seperti lemak, minyak pelemas zat aktif permukaan, zat warna, fenol, sulfur, pH, krom, tembaga, senyawa racun, dan sebagainya.
a.   Parameter Fisika
1)      Padatan Total adalah jumlah zat padat yang tertinggal, apabila air buangan dipanaskan atau diuapkan pada suhu 103° C s/d 105° C. Padatan ini terdiri dari padatan tersuspensi, padatan koloidal, dan padatan terlarut.
2)      Padatan Tersuspensi, merupakan padatan dengan ukuran lebih besar dari 1 mikron, dapat mengendap sendiri tanpa bantuan zat tambahan (koagulan), meskipun dalam waktu agak lama.
3)      Padatan Koloidal, merupakan padatan dengan ukuran antara 1 milimikron sampai 1 mikron, tidak dapat mengendap tanpa bantuan koagulan. Kekeruhan air buangan antara lain disebabkan adanya partikel-partikel koloidal.
4)      Padatan Terlarut, merupakan padatan dengan ukuran lebih kecil dari 1 milimikron, terjadi dari senyawa organik atau anorganik yang dalam larutan berupa ion-ion.
5)      Warna, ditimbulkan dari sisa-sisa zat warna yang tidak terpakai dan kotoran-kotoran yang berasal dari sutera alam. Disamping dapat mengganggu keindahan, mungkin juga dapat bersifat racun, serta biasanya sukar dihancurkan. Genangan air yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau.
6)      Bau dari air buangan menandakan adanya pelepasan gas yang berbau seperti hidrogen sulfida. Gas ini timbul dari hasil penguraian zat organik yang mengandung belerang atau senyawa sulfat dalam kondisi kekurangan oksigen.
7)      Suhu air buangan biasanya lebih tinggi dari suhu air tempat pembuangannya. Pada suhu yang lebih tinggi kandungan oksigen dalam air berkurang sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman-tanaman air yang tidak diinginkan.

b.   Parameter Kimia
Parameter kimia yang digunakan untuk mengukur derajat pencemaran air buangan antara lain adalah : BOD, COD, pH, senyawa anorganik, senyawa organik, karbohidrat, protein, lemak dan minyak.
1)      Biologycal Oxygen Demand (BOD), adalah jumlah oksigen terlarut dalam air buangan yang dapat dipakai untuk menguraikan sejumlah senyawwa organik dengan bantuan mikro organisme pada waktu dan kondisi tertentu. Besaran BOD biasanya dinyatakan dalam satuan ppm,artinya kebutuhan oksigen dalam miligram yang dipergunakan untuk menguraikan zat pencemar yang terdapat dalam satu liter air buangan.
2)      Chemical Oxygen Demand (COD)
Beberapa jenis zat organik dalam air buangan sukar diuraikan secara oksidasi menggunakan bantuan mikro organisme, tetapi dapat diuraikan menggunakan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam, misalnya menggunakan kalium bikromat atau kalium permanganat. Besaran COD dinyatakan dalam satuan ppm.
3)      pH, merupakan parameter penting untuk kehidupan manusia, makhluk air, tanaman, kesehatan dan industri. Air buangan dikatakan bersifat asam apabila pH 1 s/d 7, dikatakan alkalis apabila pH 7 s/d 14, dan dikatakan netral apabila pH sekitar 7. Biasanya air buangan industri sasirangan bersifat alkalis karena dalam pengolahannya banyak menggunakan senyawa alkali seperti dalam pemasakan, pencelupan, dan pengelentangan.
4)      Senyawa Anorganik. Sangat beragam, pada umumnya berupa alkali, asam dan garan-garam. Zat-zat tersebut dapat menyebabkan kondisi air buangan bersifat alkalis, asam atau netral dengan kadar elektrolit tinggi.
5)      Senyawa Organik pada umumnya merupakan gabungan unsur, karbon, hidrogen, oksigen dan juga mungkin unsur nitrogen dan belerang.

c.       Pengolahan Limbah Cair secara Kimia
Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan).
Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui penambahan/pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan.
Beberapa rekombinasi yang dapat kami berikan kepada pabrik limbah sasirangan dalam pengolahan limbahnya adalah:
1.      Dengan koagulasi
Dalam pengolahan limbah cara ini, hal yang penting harus diketahui adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Umumnya zat pencemar industri kain sasirangan terdiri dari tiga jenis yaitu padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi. Terdapat 3 (tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu : tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok dengan cairan.
1.1  Tahap Pembentukan Inti endapan
Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH limbah. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60 s/d 100 rpm selama 1 s/d 3 menit; pengaturan pH tergantug dari jenis koagunlan yang digunakan, misalnya untuk :
 Alum
          pH 6 s/d 8
 Fero Sulfat
 pH 8 s/d 11
 Feri Sulfat
          pH 5 s/d 9
 PAC
          pH 6 s/d 9






1.2   Tahap Flokulasi
Pada tahap ini terjadi penggabungan inti inti endapan sehingga menjadi molekul yang lebih besar, pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40 s/d 50 rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat terbentuknya flok dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit.
         Polielektrolit digunakan secara luas, baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik dan anionik; biasanya bersifat larut air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah : volume lumpur yang terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan warna, dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur (dewatering).

1.3  Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan
Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil dengan menggunakan skimmer.

Klarifier berfungsi sebagai tempat pemisahan flok dari cairannya. Dalam klarifier diharapkan lumpur benar-benar dapat diendapkan sehingga tidak terbawa oleh aliran air limbah yang keluar dari klarifier, untuk itu diperlukan perencanaan pembuatan klarifier yang akurat.
Kedalaman klarifier dipengaruhi oleh diameter klarifier yang bersangkutan. Misalkan dibuat klarifier dengan diameter lebih kecil dari 12m, diperlukan kedalaman air dalam klarifirer minimal sebesar 3,0 m.
Berdasarkan informasi yang diperoleh tentang pengelolaan limbah cair kimia secara baik yang telah dipaparkan di atas, maka kami selaku pengamat dalam praktek kuliah lapangan (PKL) ini memberikan saran-saran antara lain :
1)      Bagi pihak industri/pabrik sasirangan tersebut untuk membuatkan kolam penampungan dengan teknik pengolahan seperti diatas agar limbah dari perwarna tidak langsung di buang ke lingkungan karena sifatnya membahayakan.
2)      Selanjutnya, setelah dibuatkan kolam penampungan limbah cair dari sasirangan disarankan untuk dipisahkan dengan cara pengendapan, agar bahan kimia dari air pencemar tersebut dapat terpisah dengan air yang akan dibuang ke sekitar pemukiman masyarakat (sudah ramah lingkungan).
3)      Jika hal itu sudah dilakukan, maka langkah selajutnya disarankan untuk pada periode waktu tertentu kolam penampungan tadi diperiksa dalam waktu 6 bulan sekali untuk mengecek apakah ada yang rusak. Dan jika ada yang rusak maka hendaklah diperbaiki secepatnya.
4)      Selain itu, pada pabrik Irma sasirangan terjadi pencemaran air, udara dan tanah. Pencemaran udara yang terjadi ialah apada proses pewarnaan kain sasirangan yang baru dirajut, yaitu air panas yang dicampurkan dengan zat pewarna mengeluarkan uap yang sangat banyak dan terhirup oleh pekerjanya maka itu sangat berbahaya. Saran kami untuk para pekerjanya dalam melakukan pekerjaan menggunakan masker. Pencemaran air dan tanah yang terjadi pada proses pembuangan limbah, yaitu zat warna yang digunakan dalam proses pewarnaan dibuanga langsung kelingkungan sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran. Menurut pekerja disana limbah yang dibuang masuk ke dalam pipa lalu pipa itu jarak dengan air sungai 500 meter, dan pipa pembuangan limbah itu ada yang bocor sehingga limbah langsung mencemari sungai yang ada disana. Dan menurut pendapat kami, sungai disana tidak efektif lagi untuk digunakan karena sudah tercemar oleh limbah industri dari pabrik Irma Sasirangan, tetapi sampai sekarang tidak ada penanganan lebih lanjut oleh pihak industri rumah tangga pabrik Irma Sasirangan. Menurut kami, hal ini sangat perlu diperhatikan oleh pihak Pabrik Irma Sasirangan.

VI.   DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2008. http://www. rubiyah.com

Maskur. 1986. Sejarah Modernisasi Kain sasirangan. Banjarmasin : Pabrik
        Irma Sasirangan.





LAMPIRAN


1.      Mengapa pada saat pewarnaan yang digunakan adalah air panas tidak menggunakan air dingin?
2.      Apakah dalam satu tempat seperti proses pembuatan motif sasirangan, penyetrikaan, pewarnaan, pembuangan limbah dijadikan satu. Apakah itu standar dan apa ada efek dari penyatuan tempat!

JAWABAN
1)      Secara spesifik belum tahu, tapi pewarnaan itu berupa padatan, exp: soda api, karena air panas jika dicampurkan dengan zat warna memudahkan cepat larut/homogen dibandingkan menggunakan air dingin. Kita analogikan saja gula yang dilarutkan ke dalam air panas lebih cepat larut dibandingkan dengan air dingin.
2)      Tergantung dari perusahaannya sendiri, tetapi menurut kami perusahaannya itu belum standar karena pada tempat produksinya disatukan dari tempat pembuatan motif sasirangan, proses pewarnaannya sampai pembuangan limbahnya. Seharusnya :
a.   Pembuatan motif sasirangan + penyetrikaan dijadikan satu tempat.
b.      Proses pewarnaan + pembuangan limbah dijadikan satu tempat.
Efeknya pasti ada, tapi bagi perusahaan tentu sudah memikirkan, apakah hal itu tidak memberi kesulitan bagi proses pembuatannya, tetapi kita tidak tahu pasti apa yang menyebabkan mereka menjadikan tempat produksi mereka menjadi satu tempat, kemungkinan masalah biaya atau masalah tempat. Karena kalau kita harus membedakan tempat produksinya harus memerlukan dana yang banyak dan tempat yang khusus atau luas

Welcome to my Activity

disini aq nampilin segala macam aktivitasku dan suasana hatiku baik senang, sedih, galau, gundah, gulana dll.

Total Tayangan Halaman