Sabtu, 07 Januari 2012

PENGARUH WIFOL TERHADAP KETAHANAN HIDUP IKAN NILA

LAPORAN PENELITIAN
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
( AHYT 256)


 PENGARUH WIFOL TERHADAP KETAHANAN HIDUP IKAN NILA



Dosen Pengasuh :
Drs. Bunda Halang, MT





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN







I.                   ALAT DAN BAHAN

A.    Alat
1.      Ember Plastik
2.      Suntikan
3.      Penghitung waktu (jam)
B.     Bahan
1.      Ikan Nila                    .           
2.      Wifol
3.      Air

II.                CARA KERJA

1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2.      Mengukur larutan Wifol dengan konsentrasi yang berbeda, yakni 1 ml; 2 ml; 3 ml dan 4 ml.
3.      Menyediakan 15 buah ember plastik dan memberi label untuk kontrol dan masing-masing konsentrasi.
4.      Mengisi masing-masing ember plastik tersebut dengan air ± 5 liter.
5.      Memasukkan larutan Wifol dengan konsentrasi berbeda tersebut kedalam masing-masing ember yang telah berisi air.
6.      Memasukkan ikan nila pada tiap ember tersebut.
7.      Mengamati perubahan yang terjadi.

III.             TEORI DASAR

Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari bidang biologi terapan seperti kedokteran, farmasi, ilmu lingkungan sanitasi, dan lain sebagainya. Dalam bidang ilmu khusus ini dipelajari tentang racun (daya tacun dan keracunan) yang dapat ditimbulkan oleh sesuatu.
Toksikologi berasal dari kata toksik yang berarti racun dan logos yang berarti ilmu. Pengertian lain yang dikemukakan tentang toksikologi adalah semua substansi yang digunakan, dibuat atau hasil dari suatu formulasi dan produk untuk menimbulkan pengaruh-pengaruh negative bagi manusia. Ada beberapa bentuk aksi penyerangan dari suatu toksikan. Semua itu ditentukan bentuk toksisitas atau daya racun yang dimiliki oleh toksikan. Bentuk-bentuk toksisitas tersebut adalah:
-          Toksisitas fisika
-          Toksisitas kimia
-          Toksisitas fisiologi
Toksisitas pada toksikologi berkaitan erat dengan terjadinya pencemaran lingkungan. Masalah pencemaran lingkungan mulai terangkat kepermukaan dunia dan menjadi topic utama berkisar pada tahun 50-an. Tepatnya ketika ditemukan suatu penyakit mental dan kelainan pada syaraf (penyakit minamata) yang diderita oleh penduduk yang hidup di sekitar teluk Minamat di Jepang.
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan kondisi asal paa kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organism hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemuidan menjadi pemicu terjadinya pencemaran.
Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang berasal dari ornamen-ornamen yang saling mengikat, saling menyokong kehidupan mereka. Karena itu suatu tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dan interaksi di dalamnya disebut dengan ekosistem.
Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kemasukan benda asing itu, memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organism yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut. Sehingga pada tindak lanjut dalam arti bila lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang tinggi, dapat membunuh dan bahkan menghapuskan satu atau lebih jenis organism yang tadinya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu. Jadi pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya.
Suatu substansi toksik atau suatu substansi racun yang secara demonstrative mempunyai kemampuan untuk menimbulkan kanker, tumor, atau pengaruh neoplastik pada manusia, ataupun pada hewan percobaan, juga mampu menyebabkan terjadinya perubahan permanen dari suatu keturunan atau perubahan genetis yang bersifat permanen pada keturunan baik pada manusia ataupun hewan, menyebabkan cacat fisik pada perkembangan janin manusia ataupun hewan dan bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kematian bila substansi tersebut masuk ke dalam tubuh baik melalui jalur pernafasan, kulit, mata, mulut, ataupun jalur-jalur lainnya yang memungkinkan. Di samping itu juga mampu mengakibatkan terjadinya perubahana atau kelainan seksual pada manusia.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu bentuk aksi kimia mempunyai bentuk dan variasi yang luas. Asam-asam kuat atau alkalis, yang mengalami kontak langsung dengan organ mata, kulit dan atau saluran pencernaan, dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan bahkan kematian pada sel-sel. Di samping itu, kemasukan atau keterpaparan oleh uap atau senyawa logam berat dapat mengakibatkan terganggunya system metabolism atau system fisiologi tubuh.
Suatu bentuk aksi serangan dari suatu toksikan secara fisika bebeda dengan bentuk serangan toksikan secara kimia. Pada aksi fisika ini, bentuk serangan cenderung dalam bentuk penghancuran dan peradangan. Sebagai contoh adalah kasus dermatitis yang terjadi pada kulit, kekeringan, kulit pecah-pecah dan lain-lain.
Kenyataan itu kemuidan mengungkapkan secara jelas bahwa masalah-masalah toksikologi tidak dapat dipisahkan dari masalah-masalah lingkungan hidup seperti pencemaran lingkungan.

IV.       HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan
Percobaan
Perlakuan
Tawal
Takhir
∆ T
I
(Minggu, 15/11/09)
Jam 10.00 wita
Kontrol
10.00


Konsentrasi: 1 ml
10.00
11.44
1 jam 44 menit
Konsentrasi: 2 ml
10.00
11.23
1 jam 23 menit
Konsentrasi: 3 ml
10.00
10.54
54 menit
Konsentrasi: 4 ml
10.00
10.31
31 menit

II
(Senin, 16/11/09)
Jam 13.00 wita
Kontrol
13.00


Konsentrasi: 0,1 ml
13.00
-
Ket: masih hidup
Konsentrasi: 0,2 ml
13.00
-
Ket: masih hidup
Konsentrasi: 0,3 ml
13.00
-
Ket: masih hidup
Konsentrasi: 0,4 ml
13.00
-
Ket: masih hidup

III
(Selasa, 17/11/2009, Jam 19.00 Wita)
Kontrol
19.00


Konsentrasi: 0,5 ml
19.00
04.25
9 jam 25 menit
Konsentrasi: 0,6 ml
19.00
03.55
8 jam 55 menit
Konsentrasi: 0,7 ml
19.00
02.45
7 jam 45 menit
Konsentrasi: 0,8 ml
19.00
01.10
6 jam 10 menit


V.          ANALISIS DATA
Pada percobaan ini, praktikan melaksanakan uji daya ketahanan hidup ikan nila, menggunakan wifol sebagai toksin. Wifol banyak digunakan masyarakat untuk pembersih lantai dan secara tidak langsung dari pemakaian rumah tangga tersebut, Wifol dapat mencemari air (habitat ikan).
Ikan nila telah banyak digunakan dalam penelitian toksikologi karena respon ikan nila yang cukup cepat terhadap perubahan lingkungan, ikan nila biasa dipelihara di tambak-tambak yang terpelihara dengan baik dan jauh dari pencemar, namun lain halnya dengan ikan nila yang ada di sungai-sungai (tidak ditambak) yang hidup secara alami, ikan-ikan ini rentan terhadap pencemaran lingkungan air. Dari percobaan ini praktikan dapat membuktikan bahwa ikan nila dapat digunakan sebagai bioindikator bagi pencemaran air, artinya pada tingkat pencemaran tertentu ikan nila tidak dapat hidup.
Pada percobaan ini, praktikan melaksanakan 3 kali percobaan dengan adanya perubahan konsentrasi pada setiap percobaan. Pada uji pendahuluan (percobaan I), digunakan konsentrasi Wifol sebanyak 1 ml, 2 ml, 3, ml, dan 4 ml, pada uji pendahuluan ini, percobaan gagal karena ikan-ikan nila mati sebelum 2 jam setelah dimasukkan ke dalam ember yang berisi air + Wifol, pada konsentrasi 4 ml, dalam waktu 31 menit ikan nila telah mati, kemudian menyusul ikan dalam konsentrasi 3 ml, mati dalam waktu 54 menit, pada konsentrasi 2 ml, ikan mati setelah 1 jam 23 menit, dan pada konsentrasi 1 ml ikan mati setelah 1 jam 44 menit, waktu ini dihitung dari awal memasukkan ikan ke dalam ember yang berisi air yang telah diberi wifol masing-masing konsentrasi. Rendahnya ketahanan hidup ikan nilai pada percobaan I ini, disebabkan oleh konsentrasi detol yang terlalu tinggi, dan ikan nila yang digunakan cukup kecil (masih belum dewasa), sehingga daya tahan terhadap konsentrasi yang tinggi sangat lemah.
Pada percobaan II, digunakan konsentrasi 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml, pada pengamatan percobaan ini, ikan nila tetap hidup sampai hari berikutnya (Senin jam 13.00 wita sampai Selasa 19.00 wita), karena ikan tidak ada yang mati, maka konsentrasi ditambahkan menjadi masing-masing 0,5 ml, 0,6 ml, 0,7 ml, dan 0,8 ml, penambahan konsentrasi dilakukan pada hari Selasa pukul 19.00 wita. Dari Selasa 19.00 wita, dikatakan sebagai percobaan III karena adanya penambahan konsentrasi, akhirnya pada pukul 01.10 ikan nila pada konsentrasi 0,8 ml mati (6 jam l0 menit dari pukul 19.00), disusul ikan pada konsentrasi 0,7 pada pukul 02.45 (8 jam 45 menit dari pukul 19.00), kemudian ikan pada konsentrasi 0,6 ml mati pada pukul 03.55 (8 jam 55  menit dari pukul 19.00), dan yang terakhir ikan pada konsentrasi 0,5 ml mati pada pukul 04.25 (9 jam 25 menit dari pukul 19.00).
Dari ketiga percobaan di atas, ikan nila yang sebagai kontrol tetap hidup sampai akhir percobaan, hal ini membuktikan bahwa ikan nilai dapat digunakan sebagai bioindikator.
Dari konsentrasi terendah 0,5 ml per 5 liter air, Wifol sudah mampu mengganggu ketahanan hidup ikan nila, hal ini berarti jika Wifol banyak mencemari lingkungan air, bukan tidak mungkin habitat ikan menjadi tercemar, dan akhirnya populasi ikan akan menurun, atau ikan tersebut menjadi berbahaya jika dikonsumsi manusia.

VI.       KESIMPULAN

1.      Ikan nila dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap pencemaran Wifol pada air.
2.      Ketahanan hidup ikan nila mulai terganggu pada konsentrasi wifol 0,5 ml per 5 liter air.
3.      Tinggi konsentrasi zat pencemar mempengaruhi ketahanan hidup ikan secara signifikan, artinya semakin tinggi konsentrasi zat, maka ketahanan hidup ikan semakin terganggu, sehingga memberikan efek negatif.


VII.  DAFTAR PUSTAKA

Kaspul. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. PMIPA FKIP UNLAM. Banjarmasin.

Kimball, J.W. 1992. Biologi Jilid I. PN. Erlangga. Jakarta.

Suntoro, S. S. 1994. Anatomi Hewan Materi Pokok Modul 1 – 6. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wulangi, Kartolo. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Welcome to my Activity

disini aq nampilin segala macam aktivitasku dan suasana hatiku baik senang, sedih, galau, gundah, gulana dll.

Total Tayangan Halaman