Topik : Uji
Toksisitas Dengan Bayclin Pada Ikan Pepuyu
Tujuan : Untuk
mengetahui pengaruh bayclin terhadap daya tahan tubuh ikan pepuyu
1.
ALAT DAN
BAHAN
Alat yang digunakan adalah :
1.
Bak plastik
2.
Saringan ikan
3.
Gelas ukur
4.
Suntikan
5.
Alat tulis
Bahan yang digunakan adalah :
1.
Ikan Pepuyu
2.
Bayclin
3.
Air
4.
Kertas label
II. CARA KERJA
a. Uji
Pendahuluan
1. Menyiapkan
alat dan bahan.
2. Menyediakan
15 bak, memberi label A untuk pengulangan pertama, B untuk pengulangan kedua
dan C untuk pengulangan ketiga.
3. Mengisi
air sebanyak 5,5 liter kedalam masing-masing bak.
4. Memberi
label pada 3 bak dengan huruf k sebagai control.
5. Memasukkan
bayclin sebanyak 1 ml kedalam kedalam bak A, B, dan C dan beri label 1 pada
masing-masing bak.
6. Memasukkan
bayclin sebanyak 2 ml kedalam kedalam bak A, B, dan C dan beri label 2 pada
masing-masing bak.
7. Memasukkan
bayclin sebanyak 3 ml kedalam kedalam bak A, B, dan C dan beri label 3 pada
masing-masing bak.
8. Memasukkan
bayclin sebanyak 4 ml kedalam kedalam bak A, B, dan C dan beri label 4 pada
masing-masing bak.
9. Memasukkan
ikan kedalam masing-masing bak.
10. Mengamati
reaksi yang terjadi pada ikan.
11. Mencatat
waktu setiap ikan dapat bertahan hidup.
III. TEORI DASAR
Toksikologi
merupakan salah satu pecahan dari bidang biologi terapan seperti kedokteran,
farmasi, ilmu lingkungan sanitasi, dan lain sebagainya. Dalam bidang ilmu
khusus ini dipelajari tentang racun (daya tacun dan keracunan) yang dapat
ditimbulkan oleh sesuatu.
Toksikologi
berasal dari kata toksik yang berarti racun dan logos yang berarti ilmu.
Pengertian lain yang dikemukakan tentang toksikologi adalah semua substansi
yang digunakan, dibuat atau hasil dari suatu formulasi dan produk untuk
menimbulkan pengaruh-pengaruh negative bagi manusia. Ada beberapa bentuk aksi
penyerangan dari suatu toksikan. Semua itu ditentukan bentuk toksisitas atau
daya racun yang dimiliki oleh toksikan. Bentuk-bentuk toksisitas
tersebut adalah:
-
Toksisitas fisika
-
Toksisitas kimia
-
Toksisitas fisiologi
Toksisitas
pada toksikologi berkaitan erat dengan terjadinya pencemaran lingkungan.
Masalah pencemaran lingkungan mulai terangkat kepermukaan dunia dan menjadi
topic utama berkisar pada tahun 50-an. Tepatnya ketika ditemukan suatu penyakit
mental dan kelainan pada syaraf (penyakit minamata) yang diderita oleh penduduk
yang hidup di sekitar teluk Minamat di Jepang.
Pencemaran
atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada
keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan kondisi asal paa
kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan
pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat
racun (toksik) yang berbahaya bagi organism hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah
yang kemuidan menjadi pemicu terjadinya pencemaran.
Lingkungan
dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau wilayah yang
didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang berasal dari
ornamen-ornamen yang saling mengikat, saling menyokong kehidupan mereka. Karena
itu suatu tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dan
interaksi di dalamnya disebut dengan ekosistem.
Suatu
lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan
dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya,
sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke
dalam tatanan lingkungan itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
kemasukan benda asing itu, memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organism
yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut.
Sehingga pada tindak lanjut dalam arti bila lingkungan tersebut telah tercemar
dalam tingkatan yang tinggi, dapat membunuh dan bahkan menghapuskan satu atau
lebih jenis organism yang tadinya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu.
Jadi pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan
lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan
aslinya.
Suatu
substansi toksik atau suatu substansi racun yang secara demonstrative mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan kanker, tumor, atau pengaruh neoplastik pada
manusia, ataupun pada hewan percobaan, juga mampu menyebabkan terjadinya
perubahan permanen dari suatu keturunan atau perubahan genetis yang bersifat
permanen pada keturunan baik pada manusia ataupun hewan, menyebabkan cacat
fisik pada perkembangan janin manusia ataupun hewan dan bahkan dapat
mengakibatkan terjadinya kematian bila substansi tersebut masuk ke dalam tubuh
baik melalui jalur pernafasan, kulit, mata, mulut, ataupun jalur-jalur lainnya
yang memungkinkan. Di samping itu juga mampu mengakibatkan terjadinya
perubahana atau kelainan seksual pada manusia.
Kerusakan
yang ditimbulkan oleh suatu bentuk aksi kimia mempunyai bentuk dan variasi yang
luas. Asam-asam kuat atau alkalis, yang mengalami kontak langsung dengan organ
mata, kulit dan atau saluran pencernaan, dapat mengakibatkan kerusakan pada
jaringan dan bahkan kematian pada sel-sel. Di samping itu, kemasukan atau
keterpaparan oleh uap atau senyawa logam berat dapat mengakibatkan terganggunya
system metabolism atau system fisiologi tubuh.
Suatu bentuk
aksi serangan dari suatu toksikan secara fisika bebeda dengan bentuk serangan
toksikan secara kimia. Pada aksi fisika ini, bentuk serangan cenderung dalam
bentuk penghancuran dan peradangan. Sebagai contoh adalah kasus dermatitis yang
terjadi pada kulit, kekeringan, kulit pecah-pecah dan lain-lain.
Kenyataan itu
kemuidan mengungkapkan secara jelas bahwa masalah-maslah toksikologi tidak
dapat dipisahkan dari masalah-masalah lingkungan hidup seperti pencemaran
lingkungan.
IV. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan
|
tawal
|
takhir
|
Ak
A1
A2
A3
A4
|
Sabtu, 14 November 2009, jam
10.05
|
-
22. 15
17. 23
16.45
13. 32
|
Bk
B1
B2
B3
B4
|
Sabtu, 14 November 2009, jam
10.05
|
-
18. 21
16. 33
14. 55
13.36
|
Ck
C1
C2
C3
C4
|
Sabtu, 14 November 2009, jam
10.05
|
-
21.10
Minggu, 09.55
17.44
16. 23 wita
|
Keterangan :
A = pengulangan pertama
B = pengulangan kedua
C = pengulangan ketiga
1 = perlakuan 1 (konsentrasi 1 ml)
2 = perlakuan 2 (konsentrasi 2 ml)
3 = perlakuan 3 (konsentrasi 3 ml)
4 = perlakuan 4 (konsentrasi 4 ml)
k = kontrol
V. ANALISIS DATA
Dari hasil
pengamatan pada percobaan yang dilakukan dengan memberikan 4 macam perlakuan
dan satu control, dimana perlakuan pertama air ditambah dengan 1 ml bayclin,
perlakuan kedua air ditambah dengan 2 ml bayclin, perlakuan ketiga air ditambah
dengan 3 ml bayclin dan perlakuan
keempat air ditambah dengan 4 ml bayclin. Setelah diamati maka didapatkan hasilnya sebagai
berikut:
a.
Perlakuan pertama
Ikan pepuyu
yang dimasukkan ke dalam air sebanyak 5,5 liter yang dicampurkan dengan 1 ml
bayclin dapat bertahan hidup selama:
·
Pengulangan
pertama (A1) selama 12 jam 10 menit.
·
Pengulangan
kedua (B1) selama 8 jam 16 menit.
·
Pengulangan
ketiga (C1) selama 11 jam 10 menit.
Perbedaan waktu bertahan hidup
ikan pada kondisi air yang sama yaitu pada penambahan 1 ml bayclin disebabkan
oleh perbedaan daya tahan tubuh ikan yang berbeda-beda. Semakin kuat daya tahan
tubuhnya, semakin lama ikan tersebut dapat bertahan dalam kondisi air yang
telah ditambahkan dengan 1 ml bayclin.
b.
Perlakuan kedua
Ikan pepuyu
yang dimasukkan ke dalam air sebanyak 5,5 liter yang dicampurkan dengan 2 ml
bayclin dapat bertahan hidup selama:
·
Pengulangan
pertama (A2) selama 7 jam 18 menit.
·
Pengulangan
kedua (B2) selama 6 jam 28 menit.
·
Pengulangan
ketiga (C2) selama 23 jam 50 menit.
Pada pengulangan ketiga (C2)
terlihat perbedaan waktu yang sangat jelas dibandingkan dengan pengulangan
pertama (A2) dan pengulangan kedua (B2). Hal ini disebabkan karena daya tahan
tubuh ikan yang lebih kuat dan selama pengamatan, ikan pada perlakuan ini tidak
terlalu aktif.
c.
Perlakuan ketiga
Ikan pepuyu
yang dimasukkan ke dalam air sebanyak 5,5 liter yang dicampurkan dengan 3 ml
bayclin dapat bertahan hidup selama:
·
Pengulangan
pertama (A3) selama 6 jam 40 menit.
·
Pengulangan
kedua (B3) selama 4 jam 50 menit.
·
Pengulangan
ketiga (C3) selama 7 jam 39 menit.
Perbedaan waktu bertahan hidup
ikan pada penambahan 3 ml bayclin tidak terlalu mencolok. Hal ini mungkin
disebabkan karena ikan tersebut memiliki daya tahan tubuh yang sama.
d.
Perlakuan keempat
Ikan pepuyu
yang dimasukkan ke dalam air sebanyak 5,5 liter yang dicampurkan dengan 4 ml
bayclin dapat bertahan hidup selama:
·
Pengulangan
pertama (A4) selama 3 jam 27 menit.
·
Pengulangan
kedua (B4) selama 3 jam 31 menit.
·
Pengulangan
ketiga (C4) selama 6 jam 18 menit.
Perbedaan waktu bertahan hidup
ikan pada kondisi air yang sama yaitu pada penambahan 4 ml bayclin disebabkan
oleh perbedaan daya tahan tubuh ikan yang berbeda-beda. Semakin kuat daya tahan
tubuhnya, semakin lama ikan tersebut dapat bertahan dalam kondisi air yang
telah ditambahkan dengan 4 ml bayclin.
Dari
keempat perlakuan dapat dilihat bahwa semakin besar volume bayclin yang
ditambahkan dalam 5,5 liter air maka semakin cepat ikan tersebut mati. Kematian
yang terjadi pada ikan tersebut juga disebabkan oleh berbagai faktor, baik
faktor luar seperti kondisi air yang berbau, kadar oksigen terlarut, intensitas
cahaya yang kurang, ukuran tubuh, dan sebagainya. Faktor dalam diantaranya adalah
daya tahan tubuh ikan yang kurang mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya.
Alasan kami
memilih ikan pepuyu sebagai bahan percobaan ini adalah karena ikan pepuyu ini
biasa hidup di rawa. Sedangkan pemilihan bayclin sebagai bahan ml, hidupnya penguji
toksisitas karena, bayclin merupakan limbah rumah tangga, yang pembuangannya
langsung ke lingkungan. Sehingga limbah bayclin tersebut langsung berpengaruh
terhadap ikan pepuyu tersebut.
Adanya
bayclin yang dimasukkan tersebut berpengaruh terhadap kadar garam yang
terkandung dalam air yang menyebabkan air menjadi berbau, dan berubah warnanya
menjadi hitam. Dimana zat-zat tau bahan yang terkandung pada deterjen tersebut
seperti :
- Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau termakan.
- Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air dan filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.
- Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst.
Hal tersebut adalah salah satu penyebab mengapa ikan nila menjadi mati
disamping faktor-faktor seperti, daya tahan tubuh (internal), intensitas
cahaya, kondisi air, dan sebagainya.
Pada ikan yang mati terlihat adanya perubahan morfologi berupa munculnya
bercak kemerah-merahan pada tubuh ikan, pada daerah insang mengeluarkan darah,
dan pada bagian tubuhnya banyak mengeluarkan lendir.
V. KESIMPULAN
1.
Faktor-faktor
yang menyebakan ikan nila mati diantaranya yaitu, daya tahan tubuh (internal), intensitas cahaya,
kondisi air, dan sebagainya.
2.
Semakin
tinggi kadar konsentrasi bayclin maka semakin cepat pula menyebabkan kematian
pada ikan, namun hal tersebut juga tergantung pada daya tahan tubuh ikan.
3.
Morfologi
ikan setelah dicampurkan bayclin ditemukan munculnya bercak kemerah-merahan
pada tubuh ikan, pada daerah insang mengeluarkan darah, dan pada bagian
tubuhnya banyak mengeluarkan lendir.
4.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Palar, Heryando. 1994. Pencemaran
& Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar