seperti keindahan yang mengular di tubuhmu
pergantian waktu perlahan merayap di punggung kita
menggigiti tiap sendi
dan urat yang letih
jadi kemana kita sekarang sayang?
melaju bersama ombak atau angin?
atau terberai seperti awan
menggumpal lalu hujan
kenapa kini kau tanyakan tentang arah?
padahal dulu kita bisa membatu dalam rangkul sampai semua yang kita tuju jadi debu
kenapa sekarang khawatir dengan usia
seingatku kita selalu bercumbu sebagai balita dimabuk asmara
berayun di ayunan hutan, meluncur di curam pelangi
dan tak pernah berhenti bernyanyi
kenapa kau tumbuh jadi Akasia berduri
sedang aku tetap rumpun keladi yang tak bisa menampung air matamu?
kenapa waktu tak membiarkanmu tetap putri malu dan aku angin sepoi yang mengatupkan daunmu
mungkin biar kusimpan saja semua tanya ini di garasi hati
seperti yang kau bilang dulu saat kau bergelayut di pundakku pertama kali
biar semua alasan jadi abstrak di atas kanvas rindu dan ikatan kalbu
seperti baris terakhir surat yang kau sisipkan di bukuku yang kau pinjam dulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar