Rabu, 15 Februari 2012

KOMPOSISI DAN STRUKTUR SEMAK DI TEPI KAWASAN PERAIRAN TERGENANG DESA TAKISUNG KECAMATAN TAKISUNG KABUPATEN TANAH LAUT (Oleh: Sophia Nirmalida, Pembimbing: Dharmono, Sri Amintarti; 2012; 86 halaman)

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim …
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta salawat salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.                                           
Untuk yang pertama, skripsi ini kupersembahkan untuk ayahku tercinta. Sosok yang pertama jadi tujuan hidupku. Sosok yang selalu menjadi panutanku, yang selalu mengajarkanku arti dari hidup. Ayah terimakasih biarpun ayah lagi sakit tapi semangat ayah untuk bisa sembuh dan bertahan hidup membuat aku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sosok yang selalu membangkitkan aku disaat terpuruk dari hidupku, yang selalu memanjatkan doa kepada putri sulung tercinta dalam setiap sujudnya, Ibu, terimakasih. Terimakasih untuk semua pengorbanan untuk anakmu ini. Dan juga terimakasih kepada sosok yang selalu mencerahkan dan menghangatkan keadaan rumah, adikku Khairin dan Ellsya yang selalu membuat kakaknya tersenyum, kakak sayang kalian.        
Ucapan terimakasih yang amat dalam, kepada dosen pengajar FKIP Biologi Unlam atas ilmunya yang sudah diberikan kepada saya, ilmunya akan saya gunakan sebaik-baiknya. Kepada dosen pembimbing skripsi saya, Bapak Drs. Dharmono, M.Si dan Ibu Dra. Sri Amintarti, M.Si, terimakasih banyak atas ilmu, pengalaman, dan bimbingan yang diberikan kepada saya, banyak ilmu yang saya dapatkan dari bapak dan ibu.                                            
Kepada tim Ekologi Takisung seperti Mella, Riya, Lisda, Maya, Diyah, Rina, Maria, Ima, Sugi, Hasnah, Mitha, Eva, Devi, serta teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih banyak atas semangat, ilmu, kepedulian, perhatian yang kalian berikan kapada saya selama 3,5 tahun ini. Kepada teman-teman Kos pink seperti Mila, Nisa, Jejung, Arma, Windra, Linda, Tina, Maulida dll yang tidak bisa disebutkan satu-satu terimakasih banyak atas dukungan dan semangat kalian.                                                                              
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan, tidak hanya menjadi sebuah bayangan semu.
Alhamdulillah …


ABSTRAK


Wilayah pantai merupakan salah satu tipe lahan basah. Pada kawasan Pantai Takisung Kabupaten Tanah laut ditemukan perairan tergenang yang awalnya merupakan kawasan muara sungai yang berbatasan dengan laut, disana ditemukan tumbuhan semak. Masyarakat setempat menggunakan ranting semak sebagai bahan kayu bakar, aktivitas warga ini dapat menghilangkan tumbuhan semak padahal tumbuhan semak yang hidup di sekitar perairan tesebut memiliki peran yang penting sebagai penahan erosi dan mempertahankan kelangsungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur semak di tepi kawasan perairan tergenang Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif teknik observasi. Pengambilan sampel ditentukan dengan mengambil semua spesies tumbuhan semak yang terdapat di zona barat dan zona timur tepi kawasan perairan tergenang sepanjang ±1,5 km dengan jarak antar titik 100 meter. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 zona, yaitu zona barat dan zona timur. Total titik keseluruhan dari seluruh zona tersebut sebanyak 30 titik. Pada tiap titik dibuat plot ukuran 5m x 5m, selanjutnya mengukur faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, kecepatan angin, kelembaban udara, pH tanah, kelembaban tanah, suhu udara dan salinitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi semak yang terdapat pada daerah tepi kawasan perairan tergenang desa takisung yaitu pada zona timur didapat 12 spesies semak yaitu Cassia occidentalis L., Citrus aurantifolia, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Heliotropium indicum L., Lantana camara, Melastoma affine D.Don, Melastoma malabathricum L.,Meliaceae (famili), Mimosa pudica, Moraceae (famili), Passiflora foetida, sedangkan pada zona barat didapat 8 spesies semak yaitu Acanthus ilicifolius  L., Cassia occidentalis L, Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Lantana camara, Melastoma  affine D.Don, Mimosa pudica. Zona timur memiliki nilai penting tertinggi adalah Eupatorium odoratum NP = 61,49% dan yang terendah Citrus aurantifolia NP = 6,56%. Zona barat memiliki nilai penting tertinggi adalah Acanthus ilicifolius L. NP = 71,06% dan yang terendah adalah Cassia occidentalis L. NP = 19,43%. Zona timur indeks keanekaragaman sebesar 2,11 dan zona barat indeks keanekaragaman sebesar 1,89 jadi, dapat dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies pada zona timur dan zona barat sedang.
Kata kunci: Komposisi, Struktur, Semak, Tepi perairan tergenang

PENDAHULUAN
Wilayah pantai merupakan salah satu tipe lahan basah, yaitu lahan basah pesisir yang meliputi daerah pesisir yang tergenang air, yang umumnya payau atau asin, baik secara tetap atau musiman, umumnya terpengaruh oleh pasang surut air laut dan kondisi laut lainnya. Ekosistem yang termasuk dalam kelompok ini adalah hutan bakau, dataran lumpur dan pasir, muara, padang lamun, dan rawa-rawa di daerah pesisir, sedangkan tipe lahan basah lainnya adalah lahan basah daratan meliputi daerah yang jenuh atau tergenang oleh air yang pada umumnya bersifat tawar dan tidak terkena pengaruh air laut. Tipe lahan basah yang termasuk kelompok ini yaitu danau, sungai air terjun, rawa air tawar, dan danau-danau musiman (Nirarita dkk., 1996).
Salah satu daerah di kawasan Pantai Takisung Kabupaten Tanah Laut ditemukan perairan tergenang yang pada awalnya merupakan kawasan muara sungai yang berbatasan dengan laut, berdasarkan survei pendahuluan pada bulan mei terlihat sungai tersebut tidak mengalir lagi dan berubah menjadi perairan tergenang. Perairan tergenang ini memiliki jarak 50 meter dari laut dengan panjang keseluruhan ±3 km dengan lebar yang bervariasi antara 40-60 meter yang banyak ditemukan tumbuhan berupa herba dan semak baik ditepian maupun di dalam kolam. Berdasarkan hasil wawancara, penduduk sekitar memanfaatkan perairan tergenang tersebut sebagai sumber ikan.
Masyarakat setempat juga menggunakan ranting semak sebagai bahan kayu bakar, sehingga mereka menebang semak untuk mengambil rantingnya. Aktivitas warga ini dapat menghilangkan tumbuhan semak padahal tumbuhan semak yang hidup di sekitar perairan tesebut memiliki peran yang penting sebagai penahan erosi dan mempertahankan kelangsungan perairan karena kemampuan perakarannya yang kuat dalam mengikat tanah.
Menurut Nazaruddin (1994), semak adalah tanaman yang agak kecil dan rendah, agak berkayu atau hanya cabang utamanya yang berkayu, serta pertumbuhannya cenderung merambat dan menjalar. Tanaman ini cukup padat dan menutupi permukaan tanah sehingga dapat berfungsi sebagai penahan erosi dan mempertinggi resapan air (Lisnawati & Wibowo, 2007), sedangkan menurut Darsiharjo (2006) bangunan yang dibongkar kemudian tumbuh semak, secara ekologis lebih baik dan berfungsi sebagai daerah resapan air dan biodiversiti.
Menurut Rachman dkk. (2007) tanaman semak berfungsi sebagai media intersepsi hujan strata/lapisan kedua setelah pepohonan, menghasilkan guguran daun, ranting dan cabang yang dapat melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan, menyalurkan air ke sekitar perakaran dan melepasnya secara perlahan-lahan. Semak memiliki perakaran yang dalam dan kanopi lebat. Contoh: sadaguri (Sida rhombifolia L.), opo-opo/hahapaan (Flemingia sp.), orok-orok (Crotalaria sp.). Flemingia sp. merupakan salah satu spesies semak pengendali longsor.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan informasi tentang tumbuhan optimal yang dapat tumbuh di tempat tersebut terutama tumbuhan semak yang memiliki perakaran yang cukup kuat. Hal tersebut diperkuat dengan adanya informasi dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Tanah laut yang belum pernah melakukan pendataan di kawasan tersebut, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang bagaimanakah komposisi dan struktur semak yang terdapat di Tepi Kawasan Perairan Tergenang di Desa Takisung. Perairan tergenang tersebut bisa juga dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa untuk pembelajaran berbasis lingkungan dan ekosistem alam khususnya terhadap keanekaragaman floranya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimanakah komposisi dan struktur semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui komposisi dan struktur semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi khususnya bagi mahasiswa pendidikan Biologi tentang spesies-spesies semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. sebagai penunjang mata kuliah Ekologi Tumbuhan, Ekologi Lahan Basah, Botani Tumbuhan Tinggi dan Morfologi Tumbuhan. Aplikasi dan penunjang mata pelajaran tentang Ekosistem pada semester 1 dan Klasifikasi Tumbuhan pada semester 2 di Sekolah Menengah Pertama dan materi Keanekaragaman Hayati pada semester 1 di Sekolah Menengah Umum. sebagai sumber informasi bagi masyarakat desa dan masyarakat sekitarnya mengenai spesies-spesies semak yang ada di Tepi Kawasan Perairan Tergenang di Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksploratif dengan teknik pengambilan data secara observasi yaitu turun langsung kelapangan untuk penelitian yang direncanakan, berkaitan dengan tujuan penelitian, dan dicatat secara sistematis.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan perairan tergenang di daerah Takisung Kabupaten Tanah Laut laut berukuran lebar 40-60 meter, panjang ±1,5 km. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 6 bulan (Juli-Desember) yang meliputi 2 bulan tahap persiapan dan 4 bulan tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan penelitian. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Oktober 2011.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua spesies semak yang terdapat di zona timur dan zona barat tepi kawasan perairan tergenang di desa Takisung Kabupaten Tanah Laut. Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan semak yang terdapat di zona timur dan zona barat tepi kawasan perairan tergenang sepanjang ±1,5 km dengan jarak antar titik 100 meter. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 zona yaitu zona timur yang merupakan daerah tepi perairan tergenang mendekati daerah persawahan dan pemukiman warga sebanyak 15 titik dan zona barat yang merupakan tepi perairan tergenang berdekatan dengan pesisir pantai, pada zona barat dilakukan pengamatan sebanyak 15 titik sehingga didapat total keseluruhan dari seluruh zona tersebut sebanyak 30 titik, dengan ukuran plot pada tiap titik 5 meter x 5 meter.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1)          Patok dan tali rafia untuk membuat kuadran dengan ukuran 5 meter x 5 meter pada setiap titik pengamatan.
(2)          Pisau atau cutter untuk memotong sampel yang ditemukan.
(3)          Rol meter digunakan untuk mengukur jarak antar plot atau mengukur luas area penelitian (m).
(4)            Kantong plastik, digunakan untuk menyimpan sampel tumbuhan yang ditemukan. 
(5)            Kertas label untuk memberikan label pada sampel hasil penelitian yang didapatkan.
(6)          Kertas koran, buku gambar, dan selotip untuk membuat herbarium.
(7)          Termometer batang, digunakan untuk mengukur suhu udara di lingkungan kawasan penelitian (0C).
(8)          Higrometer, digunakan untuk mengukur kelembaban udara (%).
(9)          Soil tester, digunakan untuk mengukur kelembaban tanah dan pH tanah (%).
(10)      Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya (Lux).
(11)      Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin (km/jam).
(12)      Salinometer digunakan untuk mengukur salinitas air (‰)
(13)      Kamera digital, digunakan untuk membuat dokumentasi penelitian.
(14)      Kertas milimeter blok, digunakan untuk mengukur luas daun, panjang daun, dan lebar daun.
(15)      Tabel kerja dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan di lapangan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
Bahan dalam penelitian ini adalah semua spesies semak yang terdapat pada daerah sampel penelitian. Dalam pembuatan herbarium digunakan Alkohol 5%.


Prosedur Penelitian
1.      Menentukan area pengamatan yaitu zona barat dan zona timur di kawasan perairan tergenang di daerah takisung Kabupaten Tanah Laut.
2.      Melakukan observasi lokasi penelitian yang sesuai untuk pengambilan  sampel.
3.      Membuat surat izin penelitian.
4.      Menentukan area pengamatan yaitu daerah di kawasan perairan tergenang Pantai Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.
5.      Menetapkan titik pengambilan semua spesies tumbuhan semak di kawasan perairan tergenang plot 5 meter x 5 meter sepanjang ±1,5 km dengan jarak antar titik 100 meter. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 zona yaitu zona timur yang merupakan daerah tepi perairan tergenang mendekati daerah persawahan dan pemukiman warga sebanyak 15 titik dan zona barat yang merupakan tepi perairan tergenang berdekatan dengan pesisir pantai, pada zona barat dilakukan pengamatan sebanyak 15 titik sehingga didapat total keseluruhan dari seluruh zona tersebut sebanyak 30 titik (Lampiran 2). Pada zona barat berbatasan/berdekatan dengan pesisir pantai, hanya sedikit ditemukan tumbuhan semak karena pada daerah ini terjadi abrasi pantai yaitu proses terjadinya pengikisan daratan (erosi) oleh gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas daratan.
6.      Membuat plot dengan ukuran 5 meter x 5 meter pada setiap titik pengamatan.
7.      Mengamati dan menghitung jumlah individu setiap spesies yang ditemukan untuk menentukan variabel kerapatan, dominansi dan frekuensi.
8.      Mengidentifikasi spesies semak yang ditemukan dengan menggunakan pertelaan spesies atau determinasi spesies menggunakan pustaka yaitu: Dasuki (1994), steenis (2003), Tjitrosoepomo, (2005) dan website.
9.      Membuat herbarium dari semak yang ditemukan.
10.  Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada waktu penelitian meliputi:
zona barat dan zona timur perairan tergenang. Dilakukan pada 3 titik yaitu pada titik awal, tengah dan akhir.
a)      Suhu udara (oC)
b)      Kelembaban udara (%)
c)      pH tanah dan kelembaban tanah (%)
d)     Kecepatan angin (m/s)
e)      Salinitas air (‰)
f)       Intensitas cahaya (Lux)
11.    Pengukuran tekstur tanah dan unsur tanah meliputi 5 unsur yaitu unsur N, C, Fe, P dan K dilakukan di laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Banjarbaru.
12.    Mentabulasi data yang didapat ke dalam tabel kerja untuk memperoleh nilai frekuensi, frekuensi relatif, kerapatan, kerapatan relatif, nilai penting (NP) dan indeks diversitas (keanekaragaman).
13.    Mengambil foto setiap spesies tumbuhan yang didapatkan pada titik sampel.
14.    Menganalisis semua data hasil pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
15.    Sampel tanaman yang tidak diketahui atau meragukan nama spesiesnya, dikirim ke laboratorium dasar FMIPA UNLAM Banjarbaru.
Analisis Data
Data dianalisis dengan cara sebagai berikut :
(1)   Hasil pengamatan dan pemotretan yang diperoleh diidentifikasi dengan mengacu pada pustaka yaitu, Tjitrosoepomo (2000), Steenis (1988), Dasuki (1994), dan Website
(2)   Menghitung Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Nilai Penting digunakan rumus-rumus dari Michael (1995) sebagai berikut :
                                                      Jumlah individu suatu spesies
Kerapatan (K)                 =
                                                       Luas area
     
                                                      Kerapatan suatu spesies
Kerapatan Relatif (KR)    =                                              x 100%
                                                      Kerapatan seluruh spesies

                                                                   
                                                       Jumlah plot yang ditempati suatu spesies
Frekuensi (F)                   =
                                                       Jumlah seluruh plot


                                                         Frekuensi suatu spesies
Frekuensi Relatif (FR)     =                                                    x 100%
                                                         Frekuensi seluruh spesies


                                                         Jumlah penutupan suatu spesies
Dominansi (D)                =
                                                               Luas area

                                     Dominansi suatu spesies
Dominansi Relatif (DR)    =                                                      x 100%
                                                             Total dominansi seluruh spesies

Nilai Penting (NP) = KR + FR + DR
                                         
Indeks Diversitas menurut rumus Shannon – Winner (H') (Michael, 1996) Indeks Diversitas (ID), yaitu:
H' = - ∑ Pi Ln Pi
Keterangan : Pi = n / N
n = jumlah individu suatu spesies
N = jumlah total individu semua spesies
H = Nilai indeks keanekaragaman
Menurut Fachrul (2007) besarnya indeks keanekaragaman spesies didefinisikan sebagai berikut :
a.       Nilai H' > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah tinggi.
b.      Nilai H' 1 ≤ H' ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedang.
c.       Nilai H' < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit/rendah.


HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Komposisi vegetasi semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kabupaten Tanah Laut

No
Nama Ilmiah
Zona Timur
Zona Barat
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.

Acanthus ilicifolius L.
Cassia occidentalis L.
Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon.
Citrus aurantifolia
Clotalaria striata D.C
Eupatorium odoratum
Heliotropium indicum L.
Lantana camara
Melastoma affine D.Don
Melastoma malabathricum L.
Meliaceae (famili)
Mimosa pudica
Moraceae (famili)
Passiflora foetida

-
-


-
-
-
-
-
-
Keterangan : (Lihat lampiran 4)
Zona Timur :Tepi Kiri kawasan perairan tergenang kearah daratan (Persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat    :Tepi Kanan kawasan perairan tergenang mendekati pesisir pantai

Tabel 2. Rata-rata pengukuran parameter lingkungan di tepi perairan tergenang
No
Faktor lingkungan
Zona Timur
Zona Barat
1.
Suhu udara (oC)
 31-32
31-33
2.
Kelembaban tanah (%)
75-90
75-90
3.
Kelembaban udara (%)
50-60
 50-55
4.
pH tanah       
5,6-6 
5,6-6 ,4
5.
Intensitas cahaya (K. Lux)
 5,87-8,38
 7,12-10,21
6.
Kecepatan  angin (m/s)
 0,98-2,39
 0,69-2,39
7.
Salinitas air (‰)
4,4 - 4,8
8.
Tekstur tanah


Pasir
55,48
Debu
31,97
Liat
12,55
Pasir
75,07
Debu
14,20
Liat
10,73
Liat berpasir
    Lumpur liat berpasir
9.


Kandungan unsur hara tanah :


Nitrogen(%)
0, 15
0,05
C organic  (%)
2,65
2,08
Fe (%)
0,65
0,71
P  (mg/100gr)
44,97
15,89
Kalium (mg/100gr)
0,49
0,64








Keterangan : (Lihat lampiran 8)
Zona Timur :Tepi Kiri kawasan perairan tergenang menjauhi pesisir pantai (daerah persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat : Tepi Kanan kawasan perairan tergenang mendekati pesisir pantai

Tabel 3. Indeks Nilai Penting Semak di tepi kawasan perairan tergenang kabupaten tanah laut
No
Nama Spesies
NP
Zona Timur
Zona Barat
1
Eupatorium odoratum
    61,49***
69,70
2
3.
Acanthus ilicifolius L.
Melastoma affine D.Don         
0
49,43
    71,06***
34,10
4
Lantana camara
42,43
35,83
5
Mimosa pudica
30,73
25,48
6
Heliotropium indicum L.
23,38
0
7
Clotalaria striata D.C
23,24
23,38
8
Moraceae (famili)
16,67
0
9
Melastoma malabathricum L.
16,45
0
10
Cassia occidentalis L
11,40
    19,43**
11
Meliaceae (famili)
9,51
0
12
Passiflora foetida L.
8,69
0
13.
Citrus aurantifolia
    6,56**
0
14.
Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon.
0
21,02
Keterangan : (Lihat lampiran 5)
Zona Timur      :Tepi Kiri kawasan perairan tergenang menjauhi pesisir pantai (daerah persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat       :Tepi Kanan kawasan perairan tergenang mendekati pesisir pantai
***                   : Nilai Penting (NP) tertinggi
**                     : Nilai Penting (NP) terendah


Tabel 4. Indeks Diversitas (Keanekaragaman) Semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang

Spesies
H'
H'
No


Zona Timur
Zona Barat

2,11
1,89
Keterangan : (Lihat lampiran 5)
Zona Timur    :Tepi Kiri kawasan perairan tergenang menjauhi pesisir pantai (daerah persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat   :Tepi Kanan kawasan perairan tergenang mendekati pesisir pantai



PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tersebut terlihat adanya perbedaan spesies semak yang membentuk komunitas antara zona timur dan zona barat. Dari hasil penelitian pada zona timur didapat 12 spesies semak yaitu Cassia occidentalis L., Citrus aurantifolia, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Heliotropium indicum L., Lantana camara, Melastoma affine D.Don, Melastoma malabathricum L.,Meliaceae (famili), Mimosa pudica, Moraceae (famili), Passiflora foetida.
Pada zona barat didapat 8 spesies semak yaitu Acanthus ilicifolius  L., Cassia occidentalis L, Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Lantana camara, Melastoma  affine D.Don, Mimosa pudica.
Nilai Penting (NP) merupakan jumlah dari nilai FR, KR, dan DR, semakin tinggi nilai pentingnya maka semakin tinggi pula tingkat penguasaannya di dalam suatu komunitas di mana spesies itu berada. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2, zona timur yang memiliki nilai penting tertinggi adalah Eupatorium odoratum NP = 61,49% dan yang terendah Citrus aurantifolia NP = 6,56%, sedangkan pada zona barat yang memiliki nilai penting tertinggi adalah Acanthus ilicifolius L. NP = 71,06%, dan yang terendah adalah Cassia occidentalis L. NP = 19,43%.
Eupatorium odoratum memiliki NP tertinggi pada zona timur yaitu 61,49%. Menurut Polunin (1994), kecepatan angin sangat membantu dalam hal pemencaran suatu tumbuhan, hasil pengukuran parameter lingkungan kecepatan angin pada daerah penelitian berkisar 0,76 m/s - 2,39 m/s hal inilah yang membuat Eupatorium odoratum tumbuh subur karena dari segi morfologinya Eupatorium odoratum memiliki biji yang banyak, batang tegak, bercabang banyak, berbulu pendek dan permukaan daun berbulu halus serta dengan biji yang kecil-kecil. Biji yang kecil-kecil ini menguntungkan perkembangbiakannya, karena bila biji matang akan terlontar dibawa oleh hembusan angin, sehingga pada waktu dilapangan ditemukan spesies ini dapat tumbuh hidup bergerombol, jika biji terpencar, maka lebih banyak berkecambah yang kiranya akan hidup di daerah lain.
Tumbuhan biji memperlihatkan mekanisme pemencaran misalnya oleh angin. Tumbuhan ini melakukan reproduksi generatif dengan bunga, benang sarinya memiliki tangkai yang panjang sehingga kepala sarinya muncul sendiri dan mudah terayun-ayun oleh angin, dengan demikian serbuk sarinya ringan, halus, kering akan tersebar ke udara (Loveless, 1989), selain itu menurut W. Setiawati dkk. (2008), Eupatorium odoratum dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan akan tumbuh lebih baik lagi apabila mendapat cahaya matahari yang cukup, hal inilah yang merupakan faktor pendukung Eupatorium odoratum dapat tumbuh dengan baik dan subur pada daerah penelitian.
Acanthus ilicifolius L. memiliki nilai penting tertinggi pada zona barat yaitu 71,06%. Menurut Rusila Noor Y, dkk. (1999) tumbuhan Acanthus ilicifolius L. hidup pada daerah yang cukup cerah, memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh, tumbuhan ini juga memiliki biji yang kecil dan ringan. Tumbuhan ini juga melakukan perbanyakan dengan menggunakan biji. Tumbuhan ini mampu hidup dalam kadar garam yang tinggi, mempunyai mekanisme untuk menerima garam yang masuk dalam tubuhnya.
Hal inilah yang merupakan salah satu faktor tumbuhan Acanthus illicifolius hanya ditemukan pada zona barat yang berdekatan dengan daerah pesisir pantai yang memiliki kadar garam yang cukup tinggi, selain itu keadaan tanah pada zona barat ini sedikit berlumpur didaerah muara dan berpasir yang terkadang sering basah dan lembab sehingga Acanthus illicifolius memiliki sistem perakaran yang kuat agar dapat berdiri dengan tegak. Acanthus illicifolius memiliki sistem perakaran yang kuat, dengan demikian Acanthus illicifolius berada di daerah itu dalam kondisi yang sesuai pada zona barat, sehingga tumbuhan ini banyak ditemukan pada zona barat daerah penelitian.
Citrus aurantifolia memiliki NP terendah pada zona timur yaitu 6,56%, karena hasil pengukuran parameter lingkungan suhu udara pada daerah penelitian berkisar antara 31-33 oC. Menurut Prihatman (2000), tumbuhan ini dapat subur dengan baik pada suhu antara 25-30 oC, tumbuhan ini memiliki syarat tumbuh dengan baik apabila tumbuh pada ketinggian tempat 100m-1.300m di atas permukaan laut, sedangkan kecepatan angin yang besar akan merontokkan bunga dan buah.                                                                                                                        Daerah penelitian yang berdekatan dengan pantai memiliki kecepatan angin yang cukup besar yaitu 0,69 – 2,39 m/s hal ini membuat bunga tumbuhan Citrus aurantifolia tersebut bisa rontok dan mempengaruhi reproduksi tumbuhan tersebut, dengan demikian Citrus aurantifolia berada di daerah itu dalam kondisi yang kurang sesuai, sehingga tumbuhan ini sangat sedikit ditemukan pada daerah penelitian.
Cassia occidentalis L. memiliki NP terendah pada zona barat yaitu 19,43%., karena hasil pengukuran parameter lingkungan pada daerah penelitian intensitas cahaya cukup tinggi antara  5,87 - 10,21 K. lux. Menurut Balai Informasi Teknologi LIPI (2009), Cassia occidentalis Linn tumbuh  liar  di  pinggir  kota,  daerah  tepi  sungai,  semak  belukar  menyukai tempat terbuka atau agak teduh. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor kenapa Cassia occidentalis Linn pada daerah penelitian ditemukan dengan jumlah yang sedikit padahal tanaman ini memiliki buah polong berkulit keras berisi 20 - 30  biji  yang  bentuknya  lengkung  berwarna  coklat  kuning  mengkilat yang memudahkan untuk reproduksi dan penyebarannya.
Menurut Balai Informasi Teknologi LIPI (2009), Cassia occidentalis Linn tumbuh baik dan optimal pada ketinggian 1-1200 m diatas permukaan laut, sedangkan pada daerah pengamatan ketinggiannya 0 mdpl, dengan demikian Cassia occidentalis Linn berada di daerah itu dalam kondisi yang kurang sesuai.
Perbedaan jumlah nilai penting ini disebabkan karena faktor morfologi tumbuhan, parameter lingkungan, dan kondisi tanah yang menjadi syarat tumbuh masing-masing tumbuhan. Hasil pengamatan di lokasi penelitian pada zona barat dan timur menggambarkan bahwa spesies-spesies yang ditemukan pada daerah perairan tergenang arah ke hulu tampak tumbuhan yang beranekaragam spesiesnya dan jumlahnya, sedangkan pada daerah hilir spesies dan jumlahnya sedikit berkurang, disebabkan karena daerah tersebut hampir mendekati perumahan penduduk sehingga aktivitas manusia juga berpengaruh. Keanekaragaman suatu komunitas atau vegetasi ditandai oleh banyaknya spesies organisme yang membentuk komunitas atau vegetasi tersebut, adapun indeks keanekaragaman pada kedua zona yaitu zona timur memiliki indeks keanekaragaman sebesar 2,11 dan zona barat memiliki indeks keanekaragaman terendah sebesar 1,89, jadi dapat dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies pada zona barat dan zona timur sedang.

KESIMPULAN
1.        Komposisi spesies semak yang terdapat pada tepi kawasan perairan tergenang desa takisung kecamatan takisung kabupaten tanah laut yaitu pada zona timur didapat 12 spesies semak yaitu Cassia occidentalis L., Citrus aurantifolia, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Heliotropium indicum L., Lantana camara, Melastoma affine D.Don, Melastoma malabathricum L.,Meliaceae (famili), Mimosa pudica, Moraceae (famili), Passiflora foetida, sedangkan pada zona barat didapat 8 spesies semak yaitu Acanthus ilicifolius  L., Cassia occidentalis L, Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Lantana camara, Melastoma  affine D.Don, Mimosa pudica.
2.        Struktur semak yang terdapat pada tepi kawasan perairan tergenang desa takisung kecamatan takisung kabupaten tanah laut pada zona timur memiliki nilai penting tertinggi adalah Eupatorium odoratum NP = 61,49% dan yang terendah Citrus aurantifolia NP = 6,56%, sedangkan pada zona barat memiliki nilai penting tertinggi adalah Acanthus ilicifolius L. NP = 71,06% dan yang terendah adalah Cassia occidentalis L. NP = 19,43%. Indeks Keanekaragaman pada kedua zona yaitu zona timur indeks keanekaragaman sebesar 2,11 dan zona barat indeks keanekaragaman sebesar 1,89, jadi dapat dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies pada zona barat dan zona timur sedang.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang disimpulkan diatas maka disarankan sebagai berikut :
1.        Untuk melengkapi data vegetasi semak di tepi perairan tergenang desa Takisung perlu penelitian lebih lanjut pada waktu yang berlainan (musim hujan).
2.        Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang tumbuhan semak ditepi perairan tergenang yang berpotensi sebagai tumbuhan obat.
3.        Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi nama spesies semak yang hanya dapat ditelusuri sampai tingkat famili saja.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Tanaman Obat. LIPI, Jakarta.

Darsiharjo. 2006. Model Pembelajaran Penanganan Bahaya Banjir dan Longsor. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Dasuki, U.A. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Lisnawati.Y., dan A. Wibowo. 2007. Penggunaan Citra Landsat etm+ untuk Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Puncak. Pusat Litbang Hutan Tanaman, Bogor.

Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan, untuk Daerah Tropik 2, Gramedia Indonesia Press, Jakarta.
Nazaruddin. 1994. Penghijauan Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nirarita, E.C.H., P. Wibowo, S. Shanti, D. Padmawinata, Kusmarini. M. Syarif, Y. Hendriani, Kusniangsih, dan L.B.Sinulingga. 1996. Ekologi Lahan Basah. Buku Panduan untuk  Guru dan Praktisi  Pendidikan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian, Bogor.
Prihatman K. 2000. Citrus sp.. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS

Rachman A., A. Dariah, S. H. Tala’ohu, dan U. Haryati. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Pengendalian Longsor. Badan Penelitian dan pengembangan pertanian, Departemen pertanian.

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor. 

Steenis, C.G.G.J. Van. 2003. Flora. Terjemahan. PT. Pradya Paramitha, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
W. Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.


Tidak ada komentar:

Welcome to my Activity

disini aq nampilin segala macam aktivitasku dan suasana hatiku baik senang, sedih, galau, gundah, gulana dll.

Total Tayangan Halaman