PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim …
Segala puji bagi Allah SWT yang
selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta salawat salam selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Untuk yang pertama, skripsi ini kupersembahkan untuk ayahku tercinta. Sosok yang pertama jadi tujuan hidupku. Sosok yang selalu menjadi panutanku, yang selalu mengajarkanku arti dari hidup. Ayah terimakasih biarpun ayah lagi sakit tapi semangat ayah untuk bisa sembuh dan bertahan hidup membuat aku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sosok yang selalu membangkitkan aku disaat terpuruk dari hidupku, yang selalu memanjatkan doa kepada putri sulung tercinta dalam setiap sujudnya, Ibu, terimakasih. Terimakasih untuk semua pengorbanan untuk anakmu ini. Dan juga terimakasih kepada sosok yang selalu mencerahkan dan menghangatkan keadaan rumah, adikku Khairin dan Ellsya yang selalu membuat kakaknya tersenyum, kakak sayang kalian.
Ucapan terimakasih yang amat dalam, kepada dosen pengajar FKIP Biologi Unlam atas ilmunya yang sudah diberikan kepada saya, ilmunya akan saya gunakan sebaik-baiknya. Kepada dosen pembimbing skripsi saya, Bapak Drs. Dharmono, M.Si dan Ibu Dra. Sri Amintarti, M.Si, terimakasih banyak atas ilmu, pengalaman, dan bimbingan yang diberikan kepada saya, banyak ilmu yang saya dapatkan dari bapak dan ibu.
Kepada tim Ekologi Takisung seperti Mella, Riya, Lisda, Maya, Diyah, Rina, Maria, Ima, Sugi, Hasnah, Mitha, Eva, Devi, serta teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih banyak atas semangat, ilmu, kepedulian, perhatian yang kalian berikan kapada saya selama 3,5 tahun ini. Kepada teman-teman Kos pink seperti Mila, Nisa, Jejung, Arma, Windra, Linda, Tina, Maulida dll yang tidak bisa disebutkan satu-satu terimakasih banyak atas dukungan dan semangat kalian.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan, tidak hanya menjadi sebuah bayangan semu.
Untuk yang pertama, skripsi ini kupersembahkan untuk ayahku tercinta. Sosok yang pertama jadi tujuan hidupku. Sosok yang selalu menjadi panutanku, yang selalu mengajarkanku arti dari hidup. Ayah terimakasih biarpun ayah lagi sakit tapi semangat ayah untuk bisa sembuh dan bertahan hidup membuat aku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sosok yang selalu membangkitkan aku disaat terpuruk dari hidupku, yang selalu memanjatkan doa kepada putri sulung tercinta dalam setiap sujudnya, Ibu, terimakasih. Terimakasih untuk semua pengorbanan untuk anakmu ini. Dan juga terimakasih kepada sosok yang selalu mencerahkan dan menghangatkan keadaan rumah, adikku Khairin dan Ellsya yang selalu membuat kakaknya tersenyum, kakak sayang kalian.
Ucapan terimakasih yang amat dalam, kepada dosen pengajar FKIP Biologi Unlam atas ilmunya yang sudah diberikan kepada saya, ilmunya akan saya gunakan sebaik-baiknya. Kepada dosen pembimbing skripsi saya, Bapak Drs. Dharmono, M.Si dan Ibu Dra. Sri Amintarti, M.Si, terimakasih banyak atas ilmu, pengalaman, dan bimbingan yang diberikan kepada saya, banyak ilmu yang saya dapatkan dari bapak dan ibu.
Kepada tim Ekologi Takisung seperti Mella, Riya, Lisda, Maya, Diyah, Rina, Maria, Ima, Sugi, Hasnah, Mitha, Eva, Devi, serta teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih banyak atas semangat, ilmu, kepedulian, perhatian yang kalian berikan kapada saya selama 3,5 tahun ini. Kepada teman-teman Kos pink seperti Mila, Nisa, Jejung, Arma, Windra, Linda, Tina, Maulida dll yang tidak bisa disebutkan satu-satu terimakasih banyak atas dukungan dan semangat kalian.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan, tidak hanya menjadi sebuah bayangan semu.
Alhamdulillah …
ABSTRAK
Wilayah pantai merupakan
salah satu tipe lahan basah. Pada kawasan Pantai Takisung Kabupaten Tanah laut
ditemukan perairan tergenang yang awalnya merupakan kawasan muara sungai yang
berbatasan dengan laut, disana ditemukan tumbuhan semak. Masyarakat setempat
menggunakan ranting semak sebagai bahan kayu bakar, aktivitas warga ini dapat menghilangkan tumbuhan semak
padahal tumbuhan semak yang hidup di sekitar perairan tesebut memiliki peran
yang penting sebagai penahan erosi dan mempertahankan kelangsungan perairan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur
semak di tepi
kawasan perairan tergenang Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah
Laut. Penelitian ini menggunakan
metode eksploratif teknik observasi. Pengambilan sampel
ditentukan dengan mengambil semua spesies tumbuhan
semak yang terdapat di zona barat dan zona timur tepi kawasan perairan
tergenang sepanjang ±1,5 km dengan jarak antar titik 100 meter. Pengamatan
dilakukan sebanyak 2 zona, yaitu zona barat dan zona timur. Total titik
keseluruhan dari seluruh zona tersebut sebanyak 30 titik. Pada tiap titik dibuat
plot ukuran 5m x 5m, selanjutnya mengukur faktor lingkungan seperti intensitas
cahaya, kecepatan angin, kelembaban udara, pH tanah, kelembaban tanah, suhu
udara dan salinitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi semak
yang terdapat pada daerah tepi kawasan perairan tergenang desa takisung yaitu
pada zona timur didapat 12 spesies semak yaitu Cassia
occidentalis L., Citrus aurantifolia, Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Heliotropium indicum L., Lantana camara, Melastoma affine D.Don, Melastoma malabathricum L.,Meliaceae (famili), Mimosa pudica, Moraceae (famili), Passiflora foetida, sedangkan
pada zona barat didapat 8 spesies semak yaitu Acanthus
ilicifolius L., Cassia occidentalis
L, Catharanthus trichophyllus (Baker)
Pichon, Clotalaria
striata D.C, Eupatorium
odoratum, Lantana camara, Melastoma affine D.Don, Mimosa pudica. Zona timur memiliki nilai
penting tertinggi adalah Eupatorium
odoratum NP = 61,49% dan yang terendah Citrus
aurantifolia NP = 6,56%. Zona barat memiliki nilai penting tertinggi
adalah Acanthus ilicifolius L. NP = 71,06% dan yang terendah adalah Cassia occidentalis L. NP = 19,43%. Zona timur indeks
keanekaragaman sebesar 2,11 dan zona barat indeks keanekaragaman sebesar 1,89 jadi, dapat dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies pada zona
timur dan zona barat sedang.
Kata kunci: Komposisi, Struktur,
Semak, Tepi perairan tergenang
PENDAHULUAN
Wilayah pantai merupakan salah satu tipe lahan basah, yaitu
lahan basah pesisir yang meliputi daerah pesisir yang tergenang air, yang
umumnya payau atau asin, baik secara tetap atau musiman, umumnya terpengaruh
oleh pasang surut air laut dan kondisi laut lainnya. Ekosistem yang termasuk
dalam kelompok ini adalah hutan bakau, dataran lumpur dan pasir, muara, padang
lamun, dan rawa-rawa di daerah pesisir, sedangkan tipe lahan basah lainnya
adalah lahan basah daratan meliputi daerah yang jenuh atau tergenang oleh air
yang pada umumnya bersifat tawar dan tidak terkena pengaruh air laut. Tipe
lahan basah yang termasuk kelompok ini yaitu danau, sungai air terjun, rawa air
tawar, dan danau-danau musiman (Nirarita dkk., 1996).
Salah satu daerah di kawasan Pantai Takisung
Kabupaten Tanah Laut ditemukan perairan tergenang
yang pada awalnya merupakan kawasan muara sungai yang berbatasan dengan laut,
berdasarkan survei pendahuluan pada bulan mei terlihat sungai tersebut tidak
mengalir lagi dan berubah menjadi perairan tergenang. Perairan tergenang ini
memiliki jarak 50 meter dari laut dengan panjang keseluruhan ±3 km dengan lebar
yang bervariasi antara 40-60 meter yang banyak ditemukan tumbuhan berupa herba
dan semak baik ditepian maupun di dalam kolam. Berdasarkan hasil wawancara, penduduk
sekitar memanfaatkan perairan tergenang tersebut sebagai sumber ikan.
Masyarakat setempat juga menggunakan ranting semak sebagai
bahan kayu bakar, sehingga mereka menebang semak untuk mengambil rantingnya.
Aktivitas warga ini dapat menghilangkan tumbuhan semak padahal tumbuhan semak
yang hidup di sekitar perairan tesebut memiliki peran yang penting sebagai
penahan erosi dan mempertahankan kelangsungan perairan karena kemampuan
perakarannya yang kuat dalam mengikat tanah.
Menurut Nazaruddin (1994), semak adalah
tanaman yang agak kecil dan rendah, agak berkayu atau hanya cabang utamanya
yang berkayu, serta pertumbuhannya cenderung merambat dan menjalar. Tanaman
ini cukup padat dan menutupi permukaan tanah sehingga dapat berfungsi sebagai
penahan erosi dan mempertinggi resapan air (Lisnawati & Wibowo, 2007), sedangkan menurut
Darsiharjo (2006) bangunan yang dibongkar kemudian tumbuh semak, secara
ekologis lebih baik dan berfungsi sebagai daerah resapan air dan biodiversiti.
Menurut Rachman dkk. (2007)
tanaman semak berfungsi sebagai media intersepsi hujan strata/lapisan
kedua setelah pepohonan, menghasilkan guguran daun, ranting dan cabang yang
dapat melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan, menyalurkan
air ke sekitar perakaran dan melepasnya secara perlahan-lahan. Semak memiliki
perakaran yang dalam dan kanopi lebat. Contoh: sadaguri (Sida rhombifolia L.),
opo-opo/hahapaan (Flemingia sp.),
orok-orok (Crotalaria sp.). Flemingia sp. merupakan salah satu spesies
semak pengendali longsor.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan informasi
tentang tumbuhan optimal yang dapat tumbuh di tempat tersebut terutama tumbuhan
semak yang memiliki perakaran yang cukup kuat. Hal tersebut diperkuat dengan
adanya informasi dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Tanah laut yang
belum pernah melakukan pendataan di kawasan tersebut, oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian tentang bagaimanakah komposisi dan struktur semak yang
terdapat di Tepi Kawasan Perairan Tergenang di Desa Takisung. Perairan
tergenang tersebut bisa juga dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa untuk
pembelajaran berbasis lingkungan dan ekosistem alam khususnya terhadap
keanekaragaman floranya.
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimanakah komposisi dan struktur semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kecamatan
Takisung Kabupaten Tanah Laut. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui komposisi dan struktur semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kecamatan
Takisung Kabupaten Tanah Laut.
Manfaat
dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi
khususnya bagi mahasiswa pendidikan Biologi tentang spesies-spesies semak di tepi
Kawasan Perairan Tergenang Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten
Tanah Laut. sebagai penunjang mata kuliah Ekologi Tumbuhan, Ekologi Lahan Basah, Botani Tumbuhan Tinggi dan Morfologi Tumbuhan. Aplikasi dan penunjang mata pelajaran tentang Ekosistem pada semester
1 dan Klasifikasi Tumbuhan pada semester 2 di Sekolah Menengah Pertama dan
materi Keanekaragaman Hayati pada semester 1 di Sekolah Menengah Umum. sebagai
sumber informasi bagi masyarakat desa dan masyarakat sekitarnya mengenai
spesies-spesies semak yang ada di Tepi Kawasan Perairan Tergenang di Desa
Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. sebagai bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksploratif dengan teknik
pengambilan data secara observasi yaitu turun langsung kelapangan untuk
penelitian yang direncanakan, berkaitan dengan tujuan penelitian, dan dicatat
secara sistematis.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di kawasan perairan tergenang di daerah Takisung Kabupaten
Tanah Laut laut
berukuran lebar 40-60 meter, panjang ±1,5 km. Waktu yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 6 bulan (Juli-Desember) yang meliputi 2 bulan tahap persiapan dan 4 bulan tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan
penyusunan laporan penelitian. Penelitian
lapangan dilakukan pada bulan Oktober 2011.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua spesies semak yang terdapat di zona timur dan
zona barat tepi kawasan perairan tergenang di desa Takisung Kabupaten Tanah
Laut. Sampel dalam penelitian
ini adalah tumbuhan semak
yang terdapat di zona timur dan zona barat tepi kawasan perairan
tergenang sepanjang ±1,5 km dengan jarak antar titik 100
meter. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 zona yaitu zona timur yang merupakan
daerah tepi perairan tergenang mendekati daerah persawahan dan pemukiman warga
sebanyak 15 titik dan zona barat yang merupakan tepi perairan tergenang
berdekatan dengan pesisir pantai, pada zona barat dilakukan pengamatan sebanyak
15 titik sehingga didapat total keseluruhan dari seluruh zona tersebut sebanyak
30 titik, dengan ukuran plot pada tiap titik 5 meter x 5 meter.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1)
Patok dan tali
rafia untuk membuat kuadran dengan ukuran 5 meter x 5 meter pada setiap titik
pengamatan.
(2)
Pisau atau
cutter untuk memotong sampel yang ditemukan.
(3)
Rol meter digunakan untuk mengukur
jarak antar plot atau mengukur luas area penelitian (m).
(4)
Kantong plastik, digunakan untuk
menyimpan sampel tumbuhan yang ditemukan.
(5)
Kertas label untuk memberikan
label pada sampel hasil penelitian yang didapatkan.
(6)
Kertas koran, buku gambar, dan
selotip untuk membuat herbarium.
(7)
Termometer batang, digunakan untuk
mengukur suhu udara di lingkungan kawasan penelitian (0C).
(8)
Higrometer, digunakan untuk
mengukur kelembaban udara (%).
(9)
Soil tester, digunakan untuk
mengukur kelembaban tanah dan pH tanah (%).
(10) Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya (Lux).
(11) Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin (km/jam).
(12) Salinometer digunakan untuk mengukur salinitas air (‰)
(13) Kamera digital, digunakan untuk membuat dokumentasi penelitian.
(14) Kertas milimeter blok, digunakan untuk
mengukur luas daun, panjang daun, dan lebar daun.
(15) Tabel kerja dan alat tulis untuk mencatat
hasil pengamatan di lapangan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
Bahan dalam penelitian ini adalah semua spesies semak yang
terdapat pada daerah sampel penelitian. Dalam pembuatan herbarium digunakan
Alkohol 5%.
Prosedur Penelitian
1.
Menentukan area pengamatan yaitu zona
barat dan zona timur di kawasan perairan tergenang di
daerah takisung Kabupaten Tanah Laut.
2.
Melakukan
observasi lokasi penelitian yang sesuai untuk pengambilan sampel.
3.
Membuat surat izin penelitian.
4.
Menentukan area pengamatan yaitu daerah di
kawasan perairan tergenang Pantai Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.
5.
Menetapkan titik pengambilan semua spesies
tumbuhan semak di kawasan perairan tergenang plot 5
meter x 5 meter sepanjang ±1,5 km dengan
jarak antar titik 100 meter. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 zona yaitu zona
timur yang merupakan daerah tepi perairan tergenang mendekati daerah persawahan
dan pemukiman warga sebanyak 15 titik dan zona barat yang merupakan tepi
perairan tergenang berdekatan dengan pesisir pantai, pada zona barat dilakukan
pengamatan sebanyak 15 titik sehingga didapat total keseluruhan dari seluruh
zona tersebut sebanyak 30 titik (Lampiran 2). Pada zona barat
berbatasan/berdekatan dengan pesisir pantai, hanya sedikit ditemukan tumbuhan
semak karena pada daerah ini terjadi abrasi pantai yaitu proses terjadinya
pengikisan daratan (erosi) oleh gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya
substrat dan berkurangnya luas daratan.
6.
Membuat plot dengan ukuran 5 meter x 5 meter pada
setiap titik pengamatan.
7.
Mengamati dan menghitung jumlah individu
setiap spesies yang ditemukan untuk menentukan variabel kerapatan, dominansi
dan frekuensi.
8.
Mengidentifikasi spesies
semak yang ditemukan dengan menggunakan pertelaan spesies atau
determinasi spesies menggunakan pustaka yaitu: Dasuki (1994), steenis (2003),
Tjitrosoepomo, (2005) dan website.
9.
Membuat herbarium dari semak
yang ditemukan.
10. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada waktu
penelitian meliputi:
zona
barat dan zona timur perairan tergenang. Dilakukan pada 3 titik yaitu pada
titik awal, tengah dan akhir.
a) Suhu udara (oC)
b) Kelembaban udara (%)
c) pH tanah dan kelembaban tanah (%)
d) Kecepatan angin (m/s)
e) Salinitas
air (‰)
f) Intensitas cahaya (Lux)
11. Pengukuran tekstur tanah dan unsur tanah meliputi 5
unsur yaitu unsur N, C, Fe, P dan K dilakukan di laboratorium Tanah Fakultas
Pertanian Banjarbaru.
12. Mentabulasi data yang didapat ke dalam tabel kerja
untuk memperoleh nilai frekuensi, frekuensi relatif, kerapatan, kerapatan
relatif, nilai penting (NP) dan indeks diversitas (keanekaragaman).
13. Mengambil foto setiap spesies tumbuhan yang didapatkan
pada titik sampel.
14. Menganalisis semua data hasil pengamatan yang
dilakukan di Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
15.
Sampel tanaman
yang tidak diketahui atau meragukan nama spesiesnya, dikirim ke laboratorium
dasar FMIPA UNLAM Banjarbaru.
Analisis Data
Data dianalisis
dengan cara sebagai berikut :
(1)
Hasil pengamatan dan pemotretan
yang diperoleh diidentifikasi dengan mengacu pada pustaka yaitu, Tjitrosoepomo (2000), Steenis
(1988), Dasuki (1994), dan Website
(2) Menghitung Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif,
Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Nilai Penting digunakan rumus-rumus dari Michael (1995) sebagai
berikut :
Jumlah
individu suatu spesies
Kerapatan
(K) =
Luas area
Kerapatan
suatu spesies
Kerapatan
Relatif (KR) = x
100%
Kerapatan seluruh spesies
Jumlah plot yang ditempati suatu spesies
Frekuensi
(F) =
Jumlah seluruh plot
Frekuensi suatu spesies
Frekuensi
Relatif (FR) =
x 100%
Frekuensi seluruh spesies
Jumlah penutupan suatu spesies
Dominansi (D) =
Luas area
Dominansi
suatu spesies
Dominansi
Relatif (DR) = x 100%
Total dominansi seluruh spesies
Nilai Penting (NP) = KR + FR + DR
Indeks Diversitas menurut rumus Shannon – Winner (H') (Michael, 1996) Indeks Diversitas (ID), yaitu:
H' = - ∑ Pi Ln Pi
Keterangan : Pi = n / N
n = jumlah individu suatu spesies
N = jumlah total individu semua spesies
H = Nilai indeks keanekaragaman
Menurut Fachrul (2007) besarnya indeks keanekaragaman spesies
didefinisikan sebagai berikut :
a.
Nilai H' > 3
menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah tinggi.
b.
Nilai H' 1 ≤
H' ≤ 3
menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedang.
c.
Nilai H' < 1
menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit/rendah.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Komposisi vegetasi semak di tepi Kawasan Perairan Tergenang Desa
Takisung Kabupaten Tanah Laut
No
|
Nama
Ilmiah
|
Zona Timur
|
Zona Barat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
|
Acanthus ilicifolius L.
Cassia occidentalis L.
Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon.
Citrus aurantifolia
Clotalaria
striata D.C
Eupatorium odoratum
Heliotropium indicum L.
Lantana camara
Melastoma affine D.Don
Melastoma malabathricum L.
Meliaceae (famili)
Mimosa pudica
Moraceae (famili)
Passiflora foetida
|
-
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
√
√
√
-
√
√
-
√
√
-
-
√
-
-
|
Keterangan : (Lihat lampiran 4)
Zona Timur :Tepi Kiri kawasan perairan
tergenang kearah daratan (Persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat :Tepi Kanan kawasan perairan tergenang
mendekati pesisir pantai
Tabel 2. Rata-rata pengukuran parameter lingkungan di tepi perairan
tergenang
No
|
Faktor lingkungan
|
Zona Timur
|
Zona Barat
|
||||
1.
|
Suhu udara (oC)
|
31-32
|
31-33
|
||||
2.
|
Kelembaban
tanah (%)
|
75-90
|
75-90
|
||||
3.
|
Kelembaban udara (%)
|
50-60
|
50-55
|
||||
4.
|
pH tanah
|
5,6-6
|
5,6-6 ,4
|
||||
5.
|
Intensitas cahaya (K. Lux)
|
5,87-8,38
|
7,12-10,21
|
||||
6.
|
Kecepatan angin (m/s)
|
0,98-2,39
|
0,69-2,39
|
||||
7.
|
Salinitas air (‰)
|
4,4 - 4,8
|
|||||
8.
|
Tekstur
tanah
|
Pasir
55,48
|
Debu
31,97
|
Liat
12,55
|
Pasir
75,07
|
Debu
14,20
|
Liat
10,73
|
Liat berpasir
|
Lumpur liat berpasir
|
||||||
9.
|
Kandungan
unsur hara tanah :
|
||||||
Nitrogen(%)
|
0,
15
|
0,05
|
|||||
C
organic (%)
|
2,65
|
2,08
|
|||||
Fe
(%)
|
0,65
|
0,71
|
|||||
P (mg/100gr)
|
44,97
|
15,89
|
|||||
Kalium
(mg/100gr)
|
0,49
|
0,64
|
|||||
Keterangan : (Lihat lampiran 8)
Zona Timur :Tepi Kiri kawasan perairan
tergenang menjauhi pesisir pantai (daerah persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat : Tepi Kanan kawasan
perairan tergenang mendekati pesisir pantai
Tabel 3.
Indeks Nilai Penting Semak di tepi kawasan perairan tergenang kabupaten tanah
laut
No
|
Nama Spesies
|
NP
|
|
Zona Timur
|
Zona Barat
|
||
1
|
Eupatorium odoratum
|
61,49***
|
69,70
|
2
3.
|
Acanthus ilicifolius L.
Melastoma affine D.Don
|
0
49,43
|
71,06***
34,10
|
4
|
Lantana camara
|
42,43
|
35,83
|
5
|
Mimosa pudica
|
30,73
|
25,48
|
6
|
Heliotropium indicum L.
|
23,38
|
0
|
7
|
Clotalaria striata D.C
|
23,24
|
23,38
|
8
|
Moraceae (famili)
|
16,67
|
0
|
9
|
Melastoma malabathricum L.
|
16,45
|
0
|
10
|
Cassia occidentalis L
|
11,40
|
19,43**
|
11
|
Meliaceae (famili)
|
9,51
|
0
|
12
|
Passiflora foetida L.
|
8,69
|
0
|
13.
|
Citrus aurantifolia
|
6,56**
|
0
|
14.
|
Catharanthus trichophyllus (Baker)
Pichon.
|
0
|
21,02
|
Keterangan : (Lihat
lampiran 5)
Zona Timur :Tepi Kiri kawasan perairan tergenang
menjauhi pesisir pantai (daerah persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat :Tepi Kanan kawasan perairan tergenang
mendekati pesisir pantai
*** : Nilai Penting (NP)
tertinggi
** : Nilai Penting (NP) terendah
Tabel 4. Indeks Diversitas (Keanekaragaman) Semak di tepi Kawasan
Perairan Tergenang
Spesies
|
H'
|
H'
|
|
No
|
|||
Zona Timur
|
Zona Barat
|
||
2,11
|
1,89
|
Keterangan : (Lihat lampiran 5)
Zona Timur :Tepi Kiri kawasan perairan tergenang menjauhi pesisir pantai
(daerah persawahan dan pemukiman penduduk)
Zona Barat :Tepi
Kanan kawasan perairan tergenang mendekati pesisir pantai
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tersebut terlihat adanya
perbedaan spesies semak yang membentuk komunitas antara zona timur dan zona
barat. Dari hasil penelitian pada zona timur didapat 12 spesies semak yaitu Cassia occidentalis L., Citrus aurantifolia, Clotalaria striata
D.C, Eupatorium odoratum, Heliotropium
indicum L., Lantana camara, Melastoma
affine D.Don, Melastoma malabathricum
L.,Meliaceae (famili), Mimosa pudica, Moraceae (famili), Passiflora foetida.
Pada zona barat didapat 8 spesies semak yaitu Acanthus
ilicifolius L., Cassia occidentalis
L, Catharanthus trichophyllus (Baker)
Pichon, Clotalaria
striata D.C, Eupatorium
odoratum, Lantana camara, Melastoma affine D.Don, Mimosa pudica.
Nilai Penting (NP) merupakan jumlah dari
nilai FR, KR, dan DR, semakin tinggi nilai pentingnya maka semakin tinggi pula
tingkat penguasaannya di dalam suatu komunitas di mana spesies itu berada.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2, zona timur yang memiliki nilai
penting tertinggi adalah Eupatorium
odoratum NP = 61,49% dan
yang terendah Citrus aurantifolia NP = 6,56%, sedangkan pada zona barat yang memiliki nilai
penting tertinggi adalah Acanthus
ilicifolius L. NP = 71,06%, dan yang terendah adalah Cassia occidentalis L. NP = 19,43%.
Eupatorium
odoratum memiliki NP
tertinggi pada zona timur yaitu 61,49%. Menurut Polunin (1994), kecepatan angin sangat
membantu dalam hal pemencaran suatu tumbuhan, hasil pengukuran parameter
lingkungan kecepatan angin pada daerah penelitian berkisar 0,76 m/s - 2,39 m/s hal inilah yang membuat
Eupatorium odoratum tumbuh subur
karena dari segi morfologinya Eupatorium odoratum memiliki biji yang
banyak, batang tegak, bercabang banyak, berbulu pendek dan permukaan daun
berbulu halus serta dengan biji yang kecil-kecil. Biji yang kecil-kecil ini
menguntungkan perkembangbiakannya, karena bila biji matang akan terlontar
dibawa oleh hembusan angin, sehingga pada waktu dilapangan ditemukan spesies
ini dapat tumbuh hidup bergerombol, jika biji terpencar, maka lebih banyak
berkecambah yang kiranya akan hidup di daerah lain.
Tumbuhan biji memperlihatkan mekanisme pemencaran
misalnya oleh angin. Tumbuhan ini melakukan reproduksi generatif dengan bunga,
benang sarinya memiliki tangkai yang panjang sehingga kepala sarinya muncul
sendiri dan mudah terayun-ayun oleh angin, dengan demikian serbuk sarinya
ringan, halus, kering akan tersebar ke udara (Loveless, 1989), selain itu menurut W. Setiawati dkk. (2008), Eupatorium odoratum dapat
tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan akan tumbuh lebih baik lagi apabila
mendapat cahaya matahari yang cukup, hal inilah yang merupakan faktor pendukung
Eupatorium odoratum dapat tumbuh
dengan baik dan subur pada daerah penelitian.
Acanthus ilicifolius L. memiliki nilai penting tertinggi pada zona barat
yaitu 71,06%. Menurut Rusila Noor Y,
dkk. (1999) tumbuhan Acanthus ilicifolius L. hidup pada daerah yang cukup cerah, memiliki
kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari
batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh,
tumbuhan ini juga memiliki biji yang kecil dan ringan. Tumbuhan ini juga
melakukan perbanyakan dengan menggunakan biji. Tumbuhan ini mampu hidup dalam kadar garam yang tinggi, mempunyai
mekanisme untuk menerima garam yang masuk dalam tubuhnya.
Hal inilah yang merupakan salah satu faktor tumbuhan Acanthus illicifolius hanya ditemukan pada zona barat yang berdekatan dengan
daerah pesisir pantai yang memiliki kadar garam yang cukup tinggi, selain itu
keadaan tanah pada zona barat ini sedikit berlumpur didaerah muara dan berpasir
yang terkadang sering basah dan lembab sehingga Acanthus illicifolius memiliki sistem perakaran yang kuat agar
dapat berdiri dengan tegak. Acanthus
illicifolius memiliki sistem perakaran yang kuat, dengan demikian Acanthus illicifolius berada di daerah
itu dalam kondisi yang sesuai pada zona barat, sehingga tumbuhan ini banyak
ditemukan pada zona barat daerah penelitian.
Citrus aurantifolia memiliki NP terendah pada zona timur yaitu 6,56%, karena hasil
pengukuran parameter lingkungan suhu udara
pada daerah penelitian berkisar antara 31-33 oC. Menurut Prihatman (2000), tumbuhan ini dapat
subur dengan baik pada suhu antara 25-30 oC, tumbuhan ini
memiliki syarat tumbuh dengan baik apabila tumbuh pada ketinggian tempat 100m-1.300m
di atas permukaan laut, sedangkan kecepatan
angin yang besar akan merontokkan bunga dan buah. Daerah
penelitian yang berdekatan dengan pantai memiliki kecepatan angin yang cukup
besar yaitu 0,69 – 2,39 m/s hal ini membuat bunga tumbuhan Citrus aurantifolia tersebut bisa rontok
dan mempengaruhi reproduksi tumbuhan tersebut, dengan demikian Citrus
aurantifolia berada di daerah itu dalam kondisi yang kurang sesuai,
sehingga tumbuhan ini sangat sedikit ditemukan pada daerah penelitian.
Cassia occidentalis L. memiliki NP terendah pada zona barat yaitu 19,43%., karena hasil pengukuran parameter lingkungan pada daerah penelitian
intensitas cahaya cukup tinggi antara 5,87 - 10,21 K. lux. Menurut Balai
Informasi Teknologi LIPI (2009), Cassia occidentalis Linn tumbuh liar di
pinggir kota, daerah
tepi sungai, semak
belukar menyukai tempat terbuka
atau agak teduh. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor kenapa Cassia occidentalis Linn pada daerah penelitian ditemukan dengan jumlah yang
sedikit padahal tanaman ini memiliki buah polong berkulit keras berisi 20 -
30 biji
yang bentuknya lengkung
berwarna coklat kuning
mengkilat yang memudahkan untuk reproduksi dan penyebarannya.
Menurut Balai
Informasi Teknologi LIPI (2009), Cassia occidentalis Linn tumbuh baik dan
optimal pada ketinggian 1-1200 m diatas permukaan laut, sedangkan pada daerah
pengamatan ketinggiannya 0 mdpl, dengan demikian Cassia occidentalis
Linn
berada di daerah itu dalam kondisi yang kurang sesuai.
Perbedaan
jumlah nilai penting ini disebabkan karena faktor morfologi tumbuhan, parameter
lingkungan, dan kondisi tanah yang menjadi syarat tumbuh masing-masing
tumbuhan. Hasil pengamatan di lokasi
penelitian pada zona barat dan timur menggambarkan bahwa spesies-spesies yang
ditemukan pada daerah perairan tergenang arah ke hulu tampak tumbuhan yang
beranekaragam spesiesnya dan jumlahnya, sedangkan pada daerah hilir spesies dan
jumlahnya sedikit berkurang, disebabkan karena daerah tersebut hampir mendekati
perumahan penduduk sehingga aktivitas manusia juga berpengaruh. Keanekaragaman
suatu komunitas atau vegetasi ditandai oleh banyaknya spesies organisme yang
membentuk komunitas atau vegetasi tersebut, adapun indeks keanekaragaman pada
kedua zona yaitu zona timur memiliki
indeks keanekaragaman sebesar 2,11
dan zona barat memiliki indeks keanekaragaman terendah sebesar 1,89, jadi dapat
dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies pada zona barat dan zona timur
sedang.
KESIMPULAN
1.
Komposisi spesies semak yang
terdapat pada tepi kawasan perairan tergenang desa takisung kecamatan takisung
kabupaten tanah laut yaitu pada zona timur didapat 12 spesies semak yaitu Cassia
occidentalis L., Citrus aurantifolia,
Clotalaria striata D.C, Eupatorium odoratum, Heliotropium indicum L., Lantana camara, Melastoma
affine D.Don, Melastoma
malabathricum L.,Meliaceae (famili),
Mimosa pudica, Moraceae
(famili), Passiflora foetida, sedangkan pada zona barat
didapat 8 spesies semak yaitu Acanthus ilicifolius L., Cassia occidentalis L, Catharanthus trichophyllus (Baker) Pichon, Clotalaria striata D.C,
Eupatorium odoratum, Lantana camara,
Melastoma affine
D.Don, Mimosa pudica.
2.
Struktur semak yang terdapat pada
tepi kawasan perairan tergenang desa takisung kecamatan takisung kabupaten
tanah laut pada zona timur memiliki nilai penting tertinggi
adalah Eupatorium odoratum NP = 61,49% dan yang terendah Citrus aurantifolia NP = 6,56%, sedangkan pada zona barat memiliki nilai
penting tertinggi adalah Acanthus ilicifolius L. NP = 71,06% dan yang
terendah adalah Cassia occidentalis L. NP = 19,43%. Indeks Keanekaragaman pada kedua zona
yaitu zona timur indeks keanekaragaman sebesar 2,11 dan zona barat indeks keanekaragaman sebesar 1,89, jadi dapat dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies pada zona
barat dan zona timur sedang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
seperti yang disimpulkan diatas maka disarankan sebagai berikut :
1.
Untuk melengkapi data vegetasi
semak di tepi perairan tergenang desa Takisung perlu penelitian lebih lanjut
pada waktu yang berlainan (musim hujan).
2.
Perlu dilakukan penelitian
selanjutnya tentang tumbuhan semak ditepi perairan tergenang yang berpotensi
sebagai tumbuhan obat.
3.
Perlu dilakukan penelitian
selanjutnya untuk mengidentifikasi nama spesies semak yang hanya dapat
ditelusuri sampai tingkat famili saja.
DAFTAR PUSTAKA
Balai
Informasi Teknologi LIPI. 2009. Tanaman
Obat. LIPI, Jakarta.
Darsiharjo.
2006. Model Pembelajaran Penanganan
Bahaya Banjir dan Longsor. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Dasuki, U.A. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu
Hayati. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Lisnawati.Y.,
dan A. Wibowo. 2007. Penggunaan
Citra Landsat etm+ untuk Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan
Puncak. Pusat Litbang
Hutan Tanaman, Bogor.
Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan, untuk
Daerah Tropik 2, Gramedia Indonesia Press, Jakarta.
Nazaruddin. 1994. Penghijauan
Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nirarita,
E.C.H., P. Wibowo, S. Shanti, D. Padmawinata, Kusmarini. M. Syarif, Y.
Hendriani, Kusniangsih, dan L.B.Sinulingga. 1996. Ekologi Lahan Basah.
Buku Panduan untuk Guru dan
Praktisi Pendidikan Direktorat Jendral
Perlindungan Hutan dan Pelestarian, Bogor.
Prihatman K. 2000. Citrus
sp.. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS
Rachman A., A. Dariah,
S. H. Tala’ohu, dan U. Haryati. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Pengendalian
Longsor. Badan Penelitian dan pengembangan pertanian, Departemen pertanian.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N.
Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PHKA/WI-IP, Bogor.
Steenis, C.G.G.J. Van.
2003. Flora. Terjemahan. PT. Pradya
Paramitha, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
W. Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T.
Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar