TUGASMATA KULIAH
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
“BAHAYA
PENCEMARAN TIMBAL PADA MAKANAN DAN MINUMAN BESERTA KOMENTARNYA”
Dosen
pengasuh :
Drs. H.
Hardiansyah,M.Si
Drs.
Bunda Halang, M.T
Oleh :
SOPHIA NIRMALIDA
(A1C208010)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVESITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
Bahaya Pencemaran Timbal pada Makanan dan Minuman
Sumber:
Pikiran Rakyat, 19 Agustus 2004
TIMBAL (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam segi
kesehatan, karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat keracunan makanan
atau udara yang terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik berbahaya. Timbal bisa
terkandung di dalam air, makanan, dan udara. Pb di atmosfer berasal dari
senyawa hasil pembakaran bensin reguler dan premium yang tidak sempurna.
Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan
dirasakan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, khususnya di wilayah Kota
Bandung. Kepadatan arus lalu lintas disebabkan tingginya volume kendaraan yang
tidak sesuai dengan ketersediaan ruas jalan yang ada. Kondisi tersebut
merupakan faktor utama penyebab kemacetan arus lalu lintas. Dampak negatif yang
didapatkan adalah tingginya tingkat polusi udara lingkungan kota, sebagai hasil
emisi gas pembuangan kendaraan bermotor.
Dilihat dari sumbernya, pencemaran udara terbesar memang berasal
dari asap buangan kendaraan bermotor, khususnya di Kota Bandung. Hasil dari
berbagai observasi menyebutkan, kontribusi pencemaran udara dari transportasi
mencapai 66,34% dari total pencemaran, sementara kegiatan industri menyumbang
18,90%, permukiman 11,12% dan kegiatan persampahan 3,68%.
Asap kendaraan bermotor dapat mengeluarkan partikel Pb yang
kemudian dapat masuk/mencemari ke dalam makanan yang dijajakan di pinggir jalan
atau dapat terserap manusia secara langsung melalui pernapasan. Pb dapat
merusak jaringan saraf, fungsi ginjal, menurunkan kemampuan belajar dan membuat
anak-anak hiperaktif. Anak-anak yang menjadi paling menderita akibat pencemaran
udara, karena paru-parunya belum berkembang sempurna dan daya tahan tubuhnya
belum kuat.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang tubuhnya telah terkontaminasi
Pb sampai 10 mikrogram bisa menurun atau menjadi idiot. Pada ibu hamil yang
terkontaminasi Pb dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan, keguguran atau
paling tidak, sel otak jabang bayi menjadi tidak bisa berkembang. Bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan. Cukup memprihatinkan, ternyata anak-anak Bandung
tercatat 50% kadar timbal dalam darah anak itu tinggi, seperti yang telah
dilaporkan Dr. Puji Lestari, staf pengajar dan peneliti Teknik Lingkungan ITB,
dari hasil penelitiannya terhadap 90 orang anak sekolah di Kota Bandung
("PR", 12/7).
Sumber
pencemaran Pb
Biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar 5-25 ppm, dalam air tanah
1-60 ppm dan agak lebih rendah dalam air permukaan. Air minum dapat tercemar
cukup tinggi oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis Pb, peralatan makanan
keramik berglasur merupakan sumber Pb yang lain. Bagi kebanyakan orang, sumber
utama asupan timbal adalah makanan yang biasanya mengandung 100-300
mikrogram/hari. Makanan/minuman yang dikemas dalam kaleng, terutama yang
bersifat asam, terbukti dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Kadar
Pb dalam kemasan kaleng tersebut sebesar 637,64 + 94,25 ppm dan kadar Pb
yang bermigrasi ke dalam makanan/minuman bisa mencapai 0,171 + 0,02 ppm,
dengan kecepatan reaksi pelepasan Pb sebesar 5,56 x 10-5 bpj/jam.
Hasil penelitian The National Foof Processors Association
mengungkapkan, kehadiran partikel Pb merupakan salah satu sumber kontaminasi di
dalam produk makanan/minuman yang dikalengkan. Keberadaan partikel Pb ini dapat
berasal dari kaleng yang dilakukan pematrian pada proses penyambungan antara
kedua bagian sisi dari tin plate untuk membentuk badan kaleng atau
antara bagian badan kaleng dan tutupnya yang dipatri.
Sumber pencemaran Pb yang lain yaitu dari makanan/minuman jajanan
yang dijual di pinggir jalan, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan mahasiswa
dan dosen Jurusan Teknologi Pangan FT-Unpas. Dilaporkan, dari sepuluh jenis
makanan/minuman jajanan yang dijual di pinggir jalan di sekitar wilayah
Kiaracondong dan Cicadas, tujuh jenis di antaranya mengandung Pb (jumlah sampel
50), seperti yang terlihat pada tabel.
Dampak kesehatan
Gejala
dan tanda-tanda secara klinis akibat terpapar Pb yang timbul akan berbeda,
seperti tersebut di bawah ini :
1.
Terpapar secara akut
Timbal di udara yang dihirup manusia dapat menimbulkan
gejala-gejala gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya
diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah. Sedangkan manifestasi secara neurologi
adalah encephalophaty seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau,
sering pingsan dan koma. Pada beberapa kasus akibat terpapar Pb, oliguria dan
gagal ginjal yang akut dapat berkembang dengan cepat.
Pada
anak-anak nafsu makan berkurang, sakit perut dan muntah, bergerak terasa kaku,
kelemahan , tidak ingin bermain, peka terhadap rangsangan, sulit berbicara dan
gangguan pertumbuhan otak dan koma.
2.
Terpapar secara kronis
Intoksikasi Pb
secara kronis berjalan lambat. Kelelahan, kelesuan, iritabilitas dan gangguan gastrointestinal
merupakan tanda awal dari intoksikasi Pb secara kronis. Secara
epidemiologi paparan dengan dosis rendah sudah menimbulkan efek yang merugikan
pada perkembangan dan fungsi dari sistem saraf pusat. Gejala lainnya adalah
kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi,
serta aborsi spontan pada wanita.
Upaya
pencegahan
Berbagai upaya dan tindakan pengamanan perlu dilakukan dalam
rangka mencegah dan mengurangi pencemaran Pb, baik yang berasal dari hasil
pembakaran mesin mobil/motor maupun hasil industri atau dari makanan/minuman
yang tercemar Pb. Upaya-upaya tersebut di antaranya adalah :
1.
Melalui tes medis (misal tes kandungan Pb dalam darah), terutama bagi
seseorang/pekerja yang terpapar Pb.
2.
Selalu mewaspadai terhadap pencemaran Pb dengan menghindari atau tidak berada
lama di tempat-tempat yang udaranya terkena polusi gas buangan kendaraan maupun
industri, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil.
3.
Mengontrol lingkungan sebagai tempat beradanya unsur Pb bebas di udara, dan
penggunaan bensin tanpa Pb merupakan salah satu alternatif yang perlu segera
direalisasikan.
4.
Memberikan informasi/penyuluhan tentang bahaya cemaran Pb terhadap kesehatan
kepada para pedagang makanan/minuman jajanan dan harus selalu dalam keadaan
tertutup rapat pada produk dagangannya.
5.
Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/minuman
yang diduga mengandung Pb (misalnya keramik berglasur, wadah yang dipatri atau
mengandung cat, dan lain-lain).
6.
Pemantauan terhadap kadar Pb di udara maupun dalam makanan/minuman secara
berkesinambungan, dengan melibatkan instansi yang terkait dan suatu
lembaga-lembaga penelitian.***
Wisnu Cahyadi, Ir., M.Si., Dosen
Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Unpas. Mahasiswa Program Doktor,
Departemen Farmasi, Pascasarjana ITB.
http://dharwiyanti.blogdrive.com/archive/43.html.
Diakses 30 Nopember 2008.
KOMENTAR DARI ARTIKEL MENGENAI
“BAHAYA PENCEMARAN TIMBAL PADA MAKANAN DAN MINUMAN”
Selain kontaminasi Pb pada minuman,
juga ditemukan kontaminasi Pb pada makanan olahan atau makan kaleng. Makanan
yang telah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alat-alat
pengolahannya. Beberapa studi terbatas juga telah menemukan Pb pada daun
tumbuhan. Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan
diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian jumlah Pb yang masuk
bersama makanan dan atau minuman ini masih mungkin ditolerir oleh lambung
disebabkan asam lambung (HCL) mempunyai kemampuan untuk menyerap logam Pb.
Tetapi walaupun asam lambung mempunyai kemampuan untuk menyerap keberadaan
logam Pb ini, pada kenyataannya Pb lebih banyak dikeluarkan oleh tinja.
Pada pengamatan yang dilakukan
terhadap para pekerja yang bekerja menangani senyawa Pb, tidak ditemukan
keracunan kronis berat. Gejala keracunan kronis ringan yang ditemukan berupa
insomnia dan beberapa macam gangguan tidur lainnya. Sedangkan gejala pada kasus
keracunan akut ringan adalah menurunnya tekanan darah dan berat badan.
Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma dan bahkan kematian.
Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan di Amerika Serikat, disimpulkan bahwa pemasukan Pb sehari-hari ke
dalam tubuh dan digolongkan pada tingkat keterpaparan normal adalah dalam
kisaran 330 ug per hari, dengan tingkatan variasi antara 100 ug sampai dengan
2000 ug. Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi Pb dalam darah
tidak sama.
(Palar, Haryando. 1994.
Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta: Jakarta)
1 komentar:
teriamakasih banyak, sangat menarik sekali pembahasannya...
Posting Komentar